BAHAYA NARKOBA

Pengertian, Jenis dan Bahaya yang ditimbulkan dari Narkoba

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkotika adalah Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digukan dalam dunia kedokteran, namun dewas ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit yang menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayingnya tidak banyak yang mengetahuai bahaya narkoba. Oleh karena itu selain untuk menyelesaikan tugas dari mata pelajaran Bhs. Indonesia, kami kami menyusun makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi betapa bahayanya Narkoba.
atasi narkoba dengan cara
Bahaya Narkoba
B. Tujuan Penulisan
     Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Makalah  bahaya narkoba ini bertujuan untuk :
  1. Sebagai pengetahuan bagi para remaja tentang bahasa narkoba bagi dirinya. 
  2. Sebagai sebuah referinsi sehingga para remaja itu bisa mengerti tentang jenis-jenis narkoba. 
  3. Tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia 
C. Rumusan Masalah
     Kami membutan makalah tentang bahaya narkoba ini dengan rancangan pertanyaan-pertayaan yang timbul dari benak kami, diantaranya: 
  1. Apa pengertian Narkoba? 
  2. Ada berapa macam jenis Narkoba? 
  3. Apa bahaya yang ditimbulkan dari Narkoba? 
  4. Bagimana cara mengatasi Narkoba? 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkoba

     Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
     Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkoba adalah Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”. Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”.
Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan”
Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang kedokteran dan untuk kepentingan pengembangan pengetahuan.
Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut, siapapun yang memiliki, memproduksi, menggunakan, mendistribusikan dan/atau mengedarkan narkotika dan psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

B. Macam-macam Jenis Narkoba

a. Candu
     Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates”. Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
b. Morfin
     Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
c. Heroin ( putaw )
     Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir – akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.
d. Morfin
     Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
e. Demerol
     Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
f. Methadon
     Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

C. Bahaya Narkoba Bagi Remaja

     Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan remaja dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

D. Bahaya Narkoba bagi pelajar

     Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.
     Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
     Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red) adalah sebagai berikut:
  1. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
  2. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
  3. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
  4. Sering menguap, mengantuk, dan malas,
  5. Tidak memedulikan kesehatan diri,
  6. Suka mencuri untuk membeli narkoba.
E. Bahaya Narkoba Berdasarkan Jenisnya 
Opioid: 
  • depresi berat 
  • apatis 
  • rasa lelah berlebihan 
  • malas bergerak 
  • banyak tidur 
  • gugup 
  • gelisah 
  • selalu merasa curiga 
  • denyut jantung bertambah cepat 
  • rasa gembira berlebihan 
  • banyak bicara namun cadel 
  • rasa harga diri meningkat 
  • kejang-kejang 
  • pupil mata mengecil 
  • tekanan darah meningkat 
  • berkeringat dingin 
  • mual hingga muntah 
  • luka pada sekat rongga hidung 
  • kehilangan nafsu makan 
  • turunnya berat badan 
2. Kokain 
  • denyut jantung bertambah cepat 
  • gelisah 
  • rasa gembira berlebihan 
  • rasa harga diri meningkat 
  • banyak bicara 
  • kejang-kejang 
  • pupil mata melebar 
  • berkeringat dingin 
  • mual hingga muntah 
  • mudah berkelahi 
  • pendarahan pada otak 
  • penyumbatan pembuluh darah 
  • pergerakan mata tidak terkendali 
  • kekakuan otot leher 
3. Ganja 
  • mata lembab 
  • kantung mata terlihat bengkak, merah, dan berair 
  • sering melamun 
  • pendengaran terganggu 
  • selalu tertawa 
  • terkadang cepat marah 
  • tidak bergairah 
  • gelisah 
  • dehidrasi 
  • tulang gigi keropos 
  • liver 
  • saraf otak dan saraf mata rusak 
  • skizofrenia 
4. Ectasy 
  • enerjik tapi matanya sayu dan wajahnya pucat, 
  • berkeringat 
  • sulit tidur 
  • kerusakan saraf otak 
  • dehidrasi 
  • gangguan liver 
  • tulang dan gigi keropos 
  • tidak nafsu makan 
  • saraf mata rusak 
5. Shabu-shabu: 
  • enerjik 
  • paranoid 
  • sulit tidur 
  • sulit berfikir 
  • kerusakan saraf otak, terutama saraf pengendali pernafasan hingga merasa sesak nafas 
  • banyak bicara 
  • denyut jantung bertambah cepat 
  • pendarahan otak 
  • shock pada pembuluh darah jantung yang akan berujung pada kematian. 

F. Upaya Pencegahan Narkoba

     Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.
     Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin.
     Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
     Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa. Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
     Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik
Tips Cara Menghindari Narkoba 
  1. Jangan pernah mencobanya, walaupun untuk iseng atau untuk alasan lain, kecuali perintah dokter/alasan medis.
  2. Kuatkan iman, mantapkan pribadi, pakailah rasio (pemikiran, pertimbangan) lebih banyak dari pada emosi.
  3. Jangan menghindar dari problem, tetapi hadapi dan atasi persoalan sampai tuntas, bila tak mampu konsultasi pada ahli.
  4. Pilihlah pergaulan yang aman jangan yang berbahaya.
  5. Pilih kegiatan yang sehat, tak merugikan diri sendiri ataupun orang lain, ikutilah klub olah raga, organisasi sosial. Lakukan hobi bersama teman dan keluarga.
  6. Gunakan waktu dan tempat yang aman, jangan keluyuran malam-malam. Bersantailah dengan keluarga, berkaraoke, piknik, makan bersama, masak bersama, beres-beres bersama nonton bersama keluarga.
  7. Selalu berusaha menjadi pribadi yang baik, bertindak positif, bertanggungjawab, jadilah figure/sosok yang diteladani.
  8. Berusahalah "saling mendengar", saling mengingatkan dan saling memaafkan agar semakin mendewasakan pribadi masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah bahaya narkoba di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa:
  1. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk
  2. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketentraman umu.
  3. Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis
B. Saran
     Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul.
Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Susno. Waji. 2003. Narkoba Bagi Generasi Muda. Surabaya: Yudistira
Bones. Masrul. 1994. Bahaya Narkoba Bagi Anak Bangasa. Jakarta : Balai Pustaka
M. Arief Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol : Cara Islam Mengatasi, Mencegah dan Melawan, Bandung : Nuansa, 2004
http://mnaokeoye.wordpress.com/2010/03/05/makalah-bahaya-narkoba/
http://dhodykalem.blogspot.com/2012/05/makalah-bahaya-narkoba.html
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/penyalahgunaan-narkoba.html
Baca BRONCITIS

THYPUS ABDOMINALIS

Typhus abdominalis [Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis, penatalaksanaan dan komplikasi]

BAB I
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang
Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
typhus abdominalis
Typhus abdominalis

B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Typhus abdominalis?
  2. Bagaimana etiologi Typhus abdominalis?
  3. Bagaimana Manifestasi Klinis Typhus abdominalis?
  4. Bagaimana penatalaksanaan Typhus abdominalis?
  5. Apa komplikasi dari Typhus abdominalis?
BAB II
PEMBAHASAN 

A. Definisi Typhus abdominalis

     Demam tifoid atau thypoid fever atau typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi Typhus abdominalis

     Typhus abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. 
     Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch) merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen V1 (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

C. Manifestasi Klinis Typhus abdominalis

     Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
     Walaupun gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gnagguan kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti delirium.
    Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau awal minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.

D. Penatalaksanaan Typhus abdominalis

1. Tirah baring atau bed rest.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.
3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
  • Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
  • Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
  • Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
  • Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam. 
b. Antipiretik seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

E. Komplikasi Typhus abdominalis

     Perdarahan intestinal, perforasi intestinal, ileus paralitik, renjatan septik, pielonefritis, kolesistisis, pneumonia, miokarditis, peritonitis, meningitis, ensefalopati, bronkitis, karir kronik.
BAB III

STUDI KASUS TYPHUS ABDOMINALIS

Kasus :
Tn. T (6 tahun) BB : 30 kg, di bawa ke UGD RS Gambiran karena demam tidak turun, pagi turun sore malam naik lagi, mual muntah, setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat didapatkan data mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, pasien tampak lemah, T : 40oC, N : 90 x/menit, RR : 23 x/menit. Pasien tampak berkeringat, keluaran urin sedikit hanya 500 cc /jam. Lidah kotor. Pasien didiagnosa demam thypoid.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Nama : 
Tempat tanggal lahir :
Jenis kelamin : 
Umur : 
Pendidikan : 
Pekerjaan :
Status :
Agama :
Alamat :
Tanggal MRS :
No. RM :
Diagnosa Medis : Demam Thypoid
b. Keluhan utama : Demam
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
     Sejak kapan pasien sudah merasa tidak enak badan dan kurang nafsu makan, disertai dengan sakit kepala, badan panas, mual dan ada muntah. Panas berkurang setelah minum obat parasetamol, tapi hanya sebentar kemudian panas lagi. 
- Riwayat penyakit dahulu
     Menanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini, apakah pasien pernah dirawat di RS, atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek dan batuk, dan sembuh setelah minum obat biasa yang dijual di pasaran. 
- Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada dalam keluarga pasien yang pernah sakit seperti pasien. 
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
     Mengkaji kesadaran dan keadaan umum pasien. Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien
- Suhu : 40oc 
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 23 x/menit
b. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan persistem
Suhu : 40oc, Nadi : 90 x/menit, RR : 23 x/menit
1. B1 (breath)
  • Bentuk dada : simetris 
  • Pola nafas : teratur 
  • Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan 
  • Sesak nafas : tidak ada sesak nafas 
  • Retraksi otot bantu nafas : tidak ada 
  •  Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan 
2. B2 (Blood)
  • Irama jantung : teratur 
  • Nyeri dada : tidak ada 
  • Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan 
  • Akral : Tangan bentuk simetris, tidak ada peradangan sendi dan oedem, dapat bergerak dengan bebas, akral hangat, tangan kanan terpasang infus. Kaki bentuk simetris, tidak ada pembatasan gerak dan oedem, akral hangat. 
3. B3 (Brain)
  • Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih, pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+), tidak menggunakan alat bantu penglihatan. 
  • Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat. 
  • Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip. 
  • Kesadaran : kompos mentis 
4. B4 (Bladder)
  • Kebersiahan : bersih 
  • Bentuk alat kelamin : normal 
  • Uretra : normal 
  • Produksi urin : tidak normal (sedikit) 500 cc/jam, buang air kecil tidak menentu, rata-rata 4-6x sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri. 
5. B5 (Bowel)
  • Nafsu makan : anoreksia 
  • Porsi makan : ¼ porsi 
  • Mulut : Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada pembengkakan gusi, tidak teerlihat pembesaran tonsil 
  • Mukosa: pucat 
6. B6 (Bone)
  • Kemampuan pergerakan sendi : normal 
  • Kondisi tubuh : kelelahan, malaise, lemah 
B. Analisa Data 
Analisa Data 
Etiologi 
Masalah 
Keperawatan 
Diagnosa 
Keperawatan 
Data Subjektif 
1. Demam (panas naik turun) 
2. Mual 
3. Muntah 
Data Objektif 
1. Mukosa bibir kering 
2. Turgor kulit jelek 
3. Pasien tampak lemah 
4. Lidah tampak kotor 
5. Keluaran urin 500 cc/24 jam 
6. T : 40oc 
7. N : 90 x/m 
8. RR : 23x/m 
9. Berkeringat 
Kuman Salmonella typhi masuk ke saluran cerna 
Sebagian dimusnahkan 
Asam lambung 
Peningkatan asam lambung 
Mual, Muntah 
MK = Kekurangan Volume Cairan 
Kekurangan volume cairan 
Berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. 
Data Subjektif 
1. Demam (panas naik turun) 
Data Objektif 
1. Mukosa bibir kering 
2. Turgor kulit jelek 
3. Pasien tampak lemah 
4. Lidah tampak kotor 
5. T : 40oc 
6. N : 90 x/m 
7. Berkeringat 
Kuman Salmonella typhi masuk ke saluran cerna 
Sebagian masuk Ke usus halus 
Ileun terminalis 
Sebagian menembus 
lamina propia Masuk aliran limfe Menembus dan masuk aliran darah 
Hipothalamus 
Demam 
Peningkatan 
Suhu tubuh 
MK = Hipertermi 
Hipertermi 
Berhubungan dengan proses infeksi 
C. Diagnosa
  1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
  2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
D. Prioritas Masalah 
  1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
E. Planning 
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Tujuan : asupan cairan adekuat dalam jangka waktu 1 x 24 jam 
Kriteria Hasil: 
- Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam. 
- Menampilkan hidrasi yang baik misalnya membran mukosa yang lembab. 
- Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat. 
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi. 
2. Berikan minum per oral sesuai toleransi. 
3. Atur pemberian cairan infus sesuai order. 
4. Ukur semua cairan output (muntah, urine, diare). Ukur semua intake cairan. 
Intervensi lebih dini 
Mempertahankan intake yang adekuat 
Melakukan rehidrasi 
Mengatur keseimbangan antara intake dan output 
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. 
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam barts normal pada jangka waktu 1x24 jam 
- Kriteria Hasil: 
- Suhu antara 36o-37o c 
- RR dan nadi dalam batas normal 
- Membran mukosa lembab 
- Kulit dingin dan bebas dari keringat yang berlebih. 
- Pakaian dan tempat tidur pasien kering 
1. Monitor tanda-tanda infeksi. 
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam. 
3. Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien. Kenakan pakaian tipis pada pasien. 4. Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya. 
5. Berikan cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat. 
6. Berikan antipiretik, jangan berikan aspirin. 
7. Monitor komplikasi neurologis akibat demam. 
Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh 
Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun dihubungkan dengan resolusi infeksi. 
Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi 
Memfasilitasi kehiliangan panas lewat konveksi dan konduksi. 
Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat. 
Aspirin bersiko terjadi perdarahanGI yang menetap. 
Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang meningkat. 
F. Implementasi 
1. Senin, 28 November 2011 Jam 10.00 WIB 
1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi. 
2. Memberikan minum per oral sesuai toleransi. 
3. Mengatur pemberian cairan infus sesuai order. 
4. Mengukur semua cairan output (muntah,urine, diare), dan mengukur semua intake. 
2. Senin, 28 November 2011 Jam 11.00 WIB 
1. Memonitor tanda-tanda infeksi. 
2. Memonitor tanda-tanda vital setiap 2 jam. 
3. Memberikan suhu lingkungan yang nyaman pada pasien serta memakaikan pakaian tipis. 
4. Mengkompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya. 
5. Memberikan cairan iv sesuai order atau memnganjurkan intake cairan yang adekuat. 
6. Memberikan antipiretik. 
7. Memonitor komplikasi neurologis. 
G. Evaluasi
Diagnosa 1:
S : Pasien menunjukkan hidrasi yang baik
O : TTV normal, intake dan output cairan seimbang.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
Diagnosa 2:
S : Pasien mengatakan tidak demam lagi
O : TTV normal, membran mukosa lembab, kulit dingin dan bebas dari keringan yang berlebih, pakaian dan tempat tidur pasien kering.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
BAB IV 
PENUTUP 
A. Kesimpulan
Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. 
Penyakit Typhus abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik
B. Saran
Semoga dengan adanya asuhan keperawatan Typhus abdominalis dapat menambah wawasan punulis khususnya tentang thypus abdominalis dan pembaca pada umumnya, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harakan untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC

Askep Pada Perkembangan Psikososial Remaja Awal


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan.
Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini. Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
askep psikososial remaja
Askep Pada Perkembangan Psikososial Remaja Awal
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 
  1. Apa definisi dari Perkembangan psikososial remaja awal? 
  2. Apakah yang dimaksud Individuasi dan Identitas? 
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini:
  1. Dapat mengetahui definisi dari Perkembangan psikososial remaja awal
  2. Sebagai acuan dalam proses belajar mengajar.
  3. Untuk memenuhi salah satu tugas
  4. Sebagai penambahan wawasan bagi penulis dan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Psikososial
     Selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik maupun kognitif tersebut, ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Dalam uraian berikut, kita akan membahas beberapa aspek perkembangan psikososial yang penting selama masa remaja ini.
B. Perkembangan Individuasi dan Identitas
     Masing-masing kita memilih ide tentang identitas diri sendiri. Meskipun demikian, untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang identitas itu tidaklah mudah. Hal ini adalah karena identitas masing-masing orang merupakan suatu hal yang kompleks, yang mencakup banyak kualitas dan dimensi yang berbeda-beda, yang lebih ditentukan oleh pengalaman subjektif dari pada pengalaman objektif, serta berkembang atas dasar eksplorasi sepanjang proses kehidupan (Dusek 1991). 
     Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan suatu kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relative stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbagai perubahan. Menurut Erikson (dalam Cremers, 1989) seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorang” yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri dan unik yang mempunyai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang” yang diterima dan diakui oleh orang banyak. Orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan “siapakah atau apakah” yang diinginkan pada masa mendatang. Bila mereka telah memperoleh identitas tersebut maka ia akan menyadari cirri-ciri khas kepribadiannya, seperti kesukaan atau ketidaksukaannya, aspirasi, tujuan masa depan yang antisipasi, dan lain-lain.
     Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Meskipun ini telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak, namun pada masa remaja ia akan menerima dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan relasional pada masa remaja ini, kesadaran akan identitas menjadi kuat.
     Menurut Josselson, 1980 (dalam Seifert dan Hoffnung, 1994), proses pencarian identitas proses dimana seorang remaja mengembangkan suatu identitas personal yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain disebut individuasi.

C. Perkembangan Psikososial Remaja Awal 

a. Tahap Perkembangan
  • Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik
  • Perubahan Hormonal
  • Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
  • Perilaku memberontak dan melawan,
  • Kawan menjadi lebih penting
  • Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat.
  • Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang mereka sendiri
b. Dampak Terhadap Anak
  • Kesadaran diri meningkat (self consciousness)
  • Pemarah, anak laki0laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif,mungkin pula timbul jerawat baik pada anak laki-laki maupun. Perempuan .Bereksprerimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan dirim sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru 
  • Kasar
  • Menuntut memperoleh kebebasan
  • Ingin tampak sama dengan teman yaitu dalam cara berpakaian, gaya rambut, mendengarkan musik dan lain-lain
  • Pengaruh teman dan orang–tua teman menjadi sangat besar.
  • Remaja tidak mau berbeda dari teman sebaya
  • Mungkin tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi, Mungkin pula timbul iri hati terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan mereka.
c. Efek Terhadap Orang-Tua
  • Orang-tua mungkin menganggap anak “ ter fokus pada dirinya “.
  • Orang tua mungkin menenmukan kesulitan dalam hubungan dengan remaja
  • Orang tua merasa ditolak dan sulit menerima keinginan anak yang berbeda dari mereka
  • Orang-tua perlu menangani anak secara hati-hati, bila ingin mempertahankan hubung baik.
  • Orang–tua merasa tidak mudah membuat keseimbangan antara “permisif “ dan” over protective “ 
  • Orang tua mungkin terganggu oleh tuntutan finansial dan gaya hidup anak
  • Orang–tua merasa kurang enak karena dikritik oleh anaknya sendiri. Kadang-kadang terjadi bentrok dengan peraturan keluarga.
  • Orang tua harus meninjau sikapnya untuk mengatasi perasaan “tidak adil“
D. Perkembangan Seksualitas
     Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah saat terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas. Terutama kematangan-kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja 

E. Teori Psikososial Erikson

     Erikson adalah salah seorang teoritisi ternama dalam bidang perkembangan rentang hidup. Salah satu sumbangannya yang terbesar dalam psikologi perkembangan adalah teori psikososial tentang perkembangan. Dalam teori ini Erikson memnagi perkembangan manusia berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan yaitu:
  1. Kepercayaan vs ketidakpercayaan. (sejak lahir - 1 tahun).
  2. Otonomi vs rasa malu-malu dan ragu-ragu (masa anak-anak, usia 1-3 tahun).
  3. Inisiatif vs rasa bersalah (pada masa prasekolah usia 4-5 tahun).
  4. Ketekunan vs rasa rendah diri (pada masa sekolah dasar usia 6-11 tahun).
  5. Identitas dan kebingungan peran (masa remaja usia 12-20 tahun).
  6. Keintiman vs isolasi (pada masa awal dewasa usia 20-24 tahun).
  7. Generativitas vs stagnasi (masa pertengahan dewasa usia 25-65).
  8. Integritas ego vs keputusan (pada masa akhir dewasa usia 65 sampai mati).
     Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang mengharuskan individu menghadapi suatu krisis. Krisis ini bagi Erikson bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi, yang mempunyai kutub positif dan negatif. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya (Santrock, 1995).
     Selama masa ini, remaja mulai memiliki suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, suatu perasaan bahwa ia adalah manusia yang unik. Ia mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaan dan ketidaksukaanya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai dimasa mendatang, kekuatan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri. Dihadapannya terbentang banyak peran baru dan status orang dewasa.
     Akan tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disatu pihak, dan kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis dipihak lain, maka selama tahap pembentukan identitas ini seorang remaja mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan pada masa-masa lain akibat kekacauan peranan-peranan atau kekacauan identitas (identity confusion). Kondisi demikian menyebabkan remaja merasa terisolasi, hampa, cemas dan bimbang. Mereka sangat peka terhadap cara-cara orang lain memandang dirinya, akan menjadi mudah tersinggung dan merasa malu. Selama masa kekacauan identitas ini tingkah laku remaja tidak konsisten dan tidak dapat diprediksikan. Pada satu saat mungkin ia lebih tertutup terhadap siapa pun, karena takut ditolak, atau dikecewakan. Namun pada saat lain ia mungkin ingin jadi pengikut atau pecinta, dengan tidak mempedulikan konsekuensi-konsekuensi dari komitmennya (Hall & Lindzey, 1993).
     Berdasarkan kondisi demikian, maka menurut Erikson, salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil, akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat (Erikson, 1989).
     Disamping itu, Erikson juga menyebutkan bahwa selama masa-masa sulit yang dialami remaja, ternyata ia berusaha merumuskan dan mengembangkan nilai kesetiaan (komitmen), yaitu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas yang didikrarkan dengan bebas meskipun terdapat kontradiksi-kontradiksi yang tak terelakkan diantara sistem-sistem nilai. Lebih jauh dijelaskannya bahwa komitmen merupakan fondasi yang menjadi landasan terbentuknya suatu perasaan identitas yang bersifat kontinu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
     Pada masa remaja awal, remaja mulai memiliki suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, suatu perasaan bahwa ia adalah manusia yang unik. Ia mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaan dan ketidaksukaanya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai dimasa mendatang, kekuatan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri. Dihadapannya terbentang banyak peran baru dan status orang dewasa.
B. Saran
     Didalam penulisan makalah ini, kami menyadari belum sempurna dan lengkap menjelaskan perkembangan psikososial anak pada masa remaja awal, untuk itu diharapkan kepada setiap orang yang membaca makalah ini untuk mencari dari sumber-sumber/ media yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2005.Psikologi Perkembangan.PT.Remaja Rosda Karya.Bandung
Adams, G.R., & Gullota, T., Adolescent of Experience, California: Wadsworth, Inc,. Belmont, 1983.

Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi

ASUHAN PADA BAYI RESIKO TINGGI

BAB I
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 

     Bayi yang digolongkan dalam resiko tinggi terutama bayi dengan prematur dan berat badan lahir rendah, memerlukan stimulus yang adekuat dari lingkungan untuk tumbuh dan berkembang. Namun ternyata, perawatan di lingkungan intensif menyebabkan stimulus yang berlebihan dan menyebabkan stres pada bayi dan selanjutnya dapat mengganggu fungsi keseimbangan fisiologis, meningkatkan respon nyeri pada bayi, mengganggu keseimbangan tidur dan berpotensi mengganggu perkembangan kognitif dan psikologis bayi dalam jangka panjang. 
     Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain.Istilah bayi resiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukan perawatan dan pengawasan yang ketat.pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari.Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan bayi yang berhubungan dengan kondisi kehamilan,persalinan,dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim.
klasifikasi BBLR
Askep BBLR

     Strategi perawatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan pada bayi risiko tinggi adalah dengan prinsip developmental care atau asuhan perkembangan. Developmental care merupakan asuhan yang memfasilitasi perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan perawatan dan observasi perilaku bayi sehingga bayi mendapatkan stimulus lingkungan yang adekuat. Stimulus lingkungan yang adekuat menyebabkan terjadinya peningkatan stabilisasi fisiologis tubuh dan penurunan stres. 
1.2 Rumusan Masalah 
  1. Apa Pengertian Bayi Resiko Tinggi?
  2. Sebutkan Klasifikasi Bayi Resiko Tinggi?
  3. Bagaimana cara perawatan pada bayi dengan tingkat resiko tinggi? 
BAB II 
PEMBAHASAN 

1. Pengertian Bayi Risiko Tinggi 

     Dalam Surasmi (2003), bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukann perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Pada umumnya bayi risiko tinggi terjadi pada lahir sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan bayi yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim. 
     Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian. 

2. Klasifikasi Bayi Risiko Tinggi 

     Dalam Surasmi (2003), bayi berisiko tinggi sering diklasifikasi berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan, dan adanya masalah patofisiologi yang menyertai bayi tersebut. Di bawah ini akan diuraikan penggolongan bayi berisiko tinggi berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi Bayi Resiko Tinggi
1. Klasifikasi bayi resiko tinggi berdasarakan berat badan 
     Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500 gram disebut bayi berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR dikelompokkan sebagai berikut: 
  1. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram. 
  2. Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram. 
  3. Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1501-2500 gram. 
2. Klasifikasi bayi resiko tinggi berdasarkan umur kehamilan 
     Adapun klasifikasi bayi berisiko tinggi berdasarkan umur kehamilan ialah: 
  1. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu. 
  2. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu. 
  3. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan > 42 minggu. 
3. Klasifikasi bayi resiko tinggi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan 
     Dahulu berat badan lahir dianggap dapat memberikan taksiran usia kehamilan dengan tepat, sehingga bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau lebih dianggap cukup matang. Pertumbuhan rata-rata bayi di dalam lahir tidak sama, karena pertumbuhan bayi di dalam rahim dipengaruhi oleh berbagai faktor (keturunan, penyakit ibu, nutrisi, dan sebagainya). Oleh karena itu, dilakukan penggolongan dengan menggabungkan berat badan lahir dan usia kehamilan sebagai berikut: 
  1. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) dalam bahasa Inggris disebut small-for-gestational-age (SGA) atau small-for-date (SFD), yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin. 
  2. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau dalam bahasa Inggris disebut appropriate-for-gestational-age (AGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin. 
  3. Bayi berat untuk masa kehamilan atau dalam bahasa Inggris disebut large-for-gestational-age (AGE), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin. 
4. Klasifikasi bayi resiko tinggi berdasarkan masalah patofisiologis 
  1. Klasifikasi berdasarkan masalah patofisiologis, yaitu semua neonatus yang lahir disertai masalah patofisiologis atau mengalami gangguan fisiologis. 
  2. Klasifikasi berdasarkan masalah fisiologis, berkaitan erat dengan gangguan kimia (mis. Hipoglikemia, hipokalsemia) dan konsekuensi dari ketidakmatangan organ dan sistem (mis. Hiperbilirubin, sindrom gawat napas, hipotermi). 

3. Tetanus Neonatorum 

1. Pengertian Tetanus Neonatrum 
     Tenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani (Mansjoer, 2000). Menurut Ngastiyah (1997), tetanus neonatorum merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak aseptik. 
     Dalam Hidayat (2005), tetanus neonaturum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat. Menurut Surasmi (2003), tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). 
     Tatanus sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat, oleh karena adanya tetanaspasmin dan Clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw, karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti terkunci). 
2. Etiologi Tetanus Neonatorum 
     Menurut Ngastiyah (1997), penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang infeksinya biasa terjadi melalui luka dari tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat yang steril hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu atau pisau/gunting yang tidak disterilkan dahulu. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya. 
     Tetanus terdapat diseluruh dunia tetapi insidens di negara maju sudah sangat jarang. Penyakit tetanus ini masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang karena sanitasi lingkungan yang kurang baik dan imunisasi aktif yang belum mencapai sasaran. 
     Di Indonesia dan negara berkembang lain, penyakit tetanus neonatorum masih menjadi masalah. Hal ini terutama disebabkan oleh pertolongan persalinan bagi sebagian masyarakat masih menggunakan tenaga non-profesional (dukun bayi/peraji). Faktor lain adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau belum mendapat imunisasi tetanus toksid (TT) pada masa kehamilannya. 
3. Patofisiologis Tetanus Neonatorum 
     Menurut Suryadi dan Yuliana (2001), penyakit pada tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti: luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor, dan pada bayi dapat melalui tali pusat. 
     Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spaame otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Kemudian tetanolysin yang nampaknya tidak significane. 
     Exsotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini terikat pada sel saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh arititoksin. 
     Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin; adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. 
     Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. 
Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5 sampai 14 hari. 
4. Manifestasi Klinis 
     Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi bisa berkurang atau lebih. Gejala klinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke 3 sampai ke 10 (Surasmi, 2003). 
Gejala tetanus neonatorum (Hidayat, 2005), antara lain : 
  1. Kesulitan menetek, mulut mencucu seperti ikan (harpermond) karena adanya trismus pada otot maseter mulut, sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik. 
  2. Adanya spasme otot dan kejang 
  3. Leher kaku dan opistotonus, kondisi tersebut akan menyebabkan liur sering terkumpul di dalam mulut dan dapat menyebabkan aspirasi 
  4. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang otot pernapasan dan sianosis 
  5. Suhu meningkat sampai dengan 390 C 
  6. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah muka rhisus sardonikus 
  7. Ekstremitas kaku 
  8. Sangat sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan menangis 
5. Komplikasi 
     Menurut FKUI (1991), komplikasi pada tetanus neonatorum adalah: 
  1. Bronkopneumonia 
  2. Asfiksia dan sianosis akibat obstruksi saluran pernafasan oleh sekret 
  3. Sepsis neonatorum 
6. Pemeriksaan Penunjang 
     Menurut Suryadi dan Yuliana (2001), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita tetanus neonaturum adalah: 
  1. Pemeriksaan fisik; adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang. 
  2. Pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat). 
7. Pengobatan dan Pencegahan 
     Dalam Surasmi (2003), pengobatan dan pencegahan yang dapat dilakukan pada tetanus neonaturum adalah: 
  1. Tetanus imunoglobulin (TIG) manusia. TIG diberikan secara intramuskular dengan dosis 250-500 unit. TIG ini diberikan dengan maksud untuk menetralisasi toksin yang beredar dalam darah. 
  2. Antitetanus serum (ATS). ATS diberikan bila tidak tersedia TIG. Selama pemberian harus diperhatikan, karena ATS ini berasal dari serum kuda sehinga harus diantisipasi kemungkinan terjadinya syok anafilksis. Dosis ATS 3000-5000 unit secara intramuskular. 
  3. Antikonvulsan. Obat ini diberikan untuk merelaksasi otot dan kepekaan jaringan saraf terhadap ransanga. Obat yang lazim digunakan adalah diazepam (dengan dosis 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam beberapa dosis dan diberikan intravena atau intramuskular) dan fenobarbital (denga dosis 10-20 mg/kg BB/hari dibagi 4 kali). 
  4. Antibiotika. Antibiotika digunakan untuk membunuh kuman c. Tetani dalm bentuk vegetatif. Antibiotika yang paling sering digunakan adalah penisilin procain. Dosis 200.000 U/kg BB/hari diberikan intramuskular selama 10 hari 3 hari setelah panas turun. 
  5. Oksigen diberikan bila terjadi asfiksasi atau sianosis. 
  6. Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukan imunisasi dengan tetanus toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil sebanyak dua kali dengan interval minimal satu bulan. Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril. 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI

A. Pengkajian 
     Menurut Surasmi (2003), pengkajian yang dapat dilakukan terhadap bayi adalah: 
1. Pengkajian umum bayi baru lahir 
  1. Timbang berat badan setiap hari 
  2. Ukur panjang badan dan lingkar kepala secara periodik 
  3. Deskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat istirahat, kelancaran pernapasan, edema dan lokasinya. 
  4. Deskripsikan setiap kelainan yang tampak 
  5. Deskripsikan tanda adanya penyulit; warna pucat, mulut terbuka, menyeringai, dan seterusnya. 
2. Pengkajian sistem pernapasan 
  1. Bentuk dada, kesimetrisannya, adanya luka dan penyimpangan lain. 
  2. Penggunaan otot bantu pernapasan; pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta atau subklavikular. 
  3. Frekuensi pernapasan, keteraturan pernapasan 
  4. Auskultasi suara pernapasan, perhatikan stridor crackles, mengi, ronchi basah, pernapasan mendengkur, dan keseimbangan suara pernapasan. 
  5. Deskripsikan suara tangis bayi: keras, merintih. 
  6. Deskripsikan pemakaian oksigen pada saat kelahiran meliputi dosis, metode, tipe ventilator, dan ukuran tabung yang digunakan. 
3. Pengkajian sistem kardivaskuler 
  1. Tentukan frekuensi dan irama denyut jantung 
  2. Dengarkan suara denyut jantung; murmur 
  3. Tentukan titik letak jantung tempat denyut dapat didengar, pada palpasi akan kita ketahui perubahan intensitas jantung 
  4. Kaji warna kulit bayi, apakah sianosis, pucat 
  5. Warna kuku, mukosa, bibir 
  6. Ukur tekanan darah, ukur masa pengisian kapiler perifer (2-3 detik) dan perfusi perifer 
4. Pengkajian sistem gastrointestinal 
  1. Deskripsikan adanya distensi abdomen: pembesaran lingkaran, kulit mengkilat, eritema pasa dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik, dan kondisi umbilikus 
  2. Kalau menggunakan selang nasogastrik (NG), deskripsikan tipe selang pengisap dan cairan yang keluar (jumlah, warna, pH) 
  3. Deskripsikan warna, kepekatan, dan jumlah muntahan 
  4. Periksa raba (palpasi) batas hati 
  5. Kaji warna dan kepekatan feses, periksa adanya darah, atau ada indikasi perubahan feses 
  6. Kaji suara gerakan (peristaltik) usus pada bayi yang sudah mendapatkan makanan 
5. Pengkajian genitourinaria 
  1. Deskripsikan setiap kelainan pada genetalia 
  2. Kaji jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil lab yang ditemukan 
6. Pengkajian sistem neurologis-muskulokeletal 
  1. Deskripsikan pergerakan bayi, apakah gemetar, spontan, menghentak, tingkat aktivitas bayi dengan rangsangan berdasarkan usia kehamilan 
  2. Kaji posisi bayi, apakah fleksi atau ekstensi 
  3. Amati atau periksa refleks Moro, mengisap, rooting, Babinski, plantar. 
  4. Kaji perubahan lingkar kepala (kalau ada indikasi), ukur tegangan fontanel dan garis sutura 
  5. Tentukan respon pupil bayi yang lahir pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu 
7. Pengkajian temperatur 
  1. Ukur suhu kulit dan aksila 
  2. Tentukan suhu ruangan 
8. Pengkajian kulit 
  1. Tentukan setiap penyimpangan warna kulit, area kemerahan, iritasi, abrasi 
  2. Tentukan tekstur dan turgor kulit, apakah kering, ahlus, atau bernoda 
  3. Kaji setiap adanya kelainan bawaan pada kulit, seperti tanda lahir, ruam, dan lain-lain 
     Menurut Surasmi (2003), hal-hal yang harus dikaji pada bayi yang menderita tetanus neonatorum meliputi : 
  1.  Apakah ibu mendapat imunisasi TT selama kehamilan ? 
  2. Bagaimana riwayat pertolongan persalinan, siapa yang menolong persalinan (dokter, bidan, atau dukun)? 
  3. Bagaimana perawatan tali pusat, obat apa yang digunakan dalam perawatan tali pusat? 
  4. Riwayat penyakit saat ini, kapan bayi menampakkan kelainan atau gejala penyakit tatanus? 
  5. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan) dan tingkat kesadaran? 
B. Intervensi Keperawatan 
     Dalam Suryadi dan Yuliana (2001), intervensi keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain: 
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi atau produksi mukus. 
Tujuan : meningkatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi. 
a. Kaji status pernapasan setiap 2-4 jam. 
b. Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan pasti. 
c. Gunakan sundip lidah saat kejang. 
d. Miringkat ke samping untuk drainage. 
e. Pemberian oksigen sesuai program. 
f. Pemberian sedative sesuai program. 
g. Pertahanan kepatenan jalan napas dan bersihan mukus. 
2. Risiko injury berhubungan dengan aktivitas kejang. 
Tujuan : menghindari terjadinya injury pada anak. 
a. Pasang pangaman tempat tidur. 
b. Tempatkan anak pada tempat tidur atau pengalas yang lembut. 
c. Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan rangsangan kejang; suara, sinar yang terang, sentuhan-sentuhan. 
d. Anak harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan yang khusus. 
e. Antisipasi prosedur-prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya kejang. 
f. Hindari benda-benda yang membahayakan. 
g. Pasang sudip lidah pada mulut bila kejang. 
h. Tempatkan anak dengan posisi miring ke samping saat kejang untuk mencegah lidah jatuh ke belakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. 
i. Jangan menggunakan restrain pada anak. 
j. Catat aktivitas kejang; frekuensi, lamanya dan faktor pencetusnya. 
k. Pantau pernapasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu saat kejang. 
l. Berikan antikejang dan antibiotik sesuai program. 
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan Intake cairan yang kurang. 
Tujuan : meningkatkan status hidrasi anak. 
a. Kaji intake dan output. 
b. Kaji tanda-tanda dehidrasi; ubun-ubun, membran mukosa, dan turgor kulit. 
c. Berikan dan pertahankan intake cairan oral atau parenteral sesuai indikasi. 
d. Monitor berat jenis urine. 
e. Pertahankan kepatenan NGT. 
4. Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktivitas kejang. 
Tujuan : mengurangi rasa nyeri. 
a. Kaji tingkatan nyeri. 
b. Pemberian antikejang, dan penenang. 
c. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan rangsang. 
d. Berikan suasana lingkungan yang tenang. 
e. Tempatkan pada tempat tidur yang nyaman. 
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan membuka mulut dan adanya aktivitas kejang. 
Tujuan : meningkatkan status nutrisi pada anak. 
a. Pertahankan NGT untuk intake makanan. 
b. Kaji bising usus bila perlu dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang. 
c. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein. 
d. Berikan nutrisi parenteral sesuai program. 
e. Timbang berat badan sesuai protokol. 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
     Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana pada bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien. Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan keperawatan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan . 
3.2 Saran 
     Kita sebagai tenaga kesehatan (keperawatan ) harus meningkatkan kualitas pelayanan pada maternal maupun neonatal sehingga dapat mengurangi insiden terjadinya hiperbilirubin, BBLR,dan premature . 
DAFTAR PUSTAKA
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2 Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media Asculapius FKUI
Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Bagian IKA FKUI
Baca BBLR

ANEMIA

Manifestasi Klinis Dari Penyakit Anemia

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
     Anemia merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan, anemia adalah suatu penyakit yang disebabkan karena kekurangan darah. Penyakit anemia sering kali dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya dan di anggap hanya penyakit biasa seperti halnya penyakit flu yang bisa sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Tapi semua persepsi tentang penyakit anemia itu salah besar karena penyakit anemia yang parah bisa menyebabkan kematian. Suatu penyakit yang dianggap biasa padahal kalau tidak diobati dengan benar akan berakibat fatal dan berujung kematian.
     Dewasa ini banyak sekali orang yang terkena penyakit anemia, dan sekarang bukan hanya orang dewasa saja yang terkena penyakit ini tapi anak kecil juga bisa terkena penyakit ini, walaupun dengan jumlah yang sedikit, tapi tetap saja itu sangat menghawatirkan. Anak kecil yang seharusnya bisa bermain dengan bebas tapi karena terkena penyakit ini anak tersebut tidak bisa bermain dengan teman – temannya lagi seperti biasanya. Selain itu ibu hamil juga bisa terkena penyakit ini, walaupun bisa sembuh kembali pada saat setelah melahirkan, tapi jika ibu hamil tersebut tidak bisa menjaga asupan gizinya maka bisa berbahaya bukan hanya kepada janinnya tapi juga kepada ibu itu sendiri.
Pengertian, Penyebab, Gejala dan Dampak Anemia, Manifestasi Klinis dan Cara Penanggulangan Anemia
penyakit Anemia

     Anemia bisa disembuhkan dan bisa dicegah ada pepatah mengatakan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka lebih baik kita mencegah terkena penyakit anemia ini dari pada mengobatinya.; untuk mengobati penyakit ini bisa mengeluarkan banyak sekali biaya, biaya yang seharusnya bisa utnuk keperluan yang lain yang lebih bermanfaat tentunya. Atas dasar itulah saya membuat laporan ini, di dalam laporan ini terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit anemia dan untuk orang yang sudah terkena saya juga memberikan cara untuk pengobatannya baik dengan obat modern atau dengan cara alamiah. Saya berharap laporan ini bisa membantu siapa saja yang terkena penyakit anemia .
RUMUSAN MASALAH
  1. Apa Pengertian Anemia?
  2. Apa Penyebab Anemia?
  3. Bagaimana Gejala dan Dampak dari penyakit Anemia?
  4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari penyakit Anemia?
  5. Bagaimana Cara Penanggulangan Anemia?
TUJUAN PENULISAN
  1. Untuk memenuhi Tugas Dosen Mata Kuliah.
  2. Untuk memberi informasi tentang Pengertian Anemia.
  3. Untuk memberi informasi Penyebab Anemia.
  4. Untuk memberi informasi tentang Gejala dan dampak Anemia .
  5. Untuk memberi informasi cara penanggulangan Anemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN ANEMIA

     Penyakit Anemia sering terjadi pada manusia, anemia tidak pandang tua muda anak ataupun kelompok umur tertentu gejala anemia kadang tidak terdeteksi secara dini, bagaimana anemia tersebut? mari kita ulas sejenak tentang penyakit anemia ini.
     Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
     Pengertian Anemia terdapat beberapa pendapat tentang definisi dari anemia, antara lain yaitu:
  1. Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin dalam sirkulasi darah.
  2. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya jumlah sel yang dipadatkan (packed redcell volume) dalam 100 ml darah. 
Ada tiga kelompok besar anemia:
  1. Perdarahan secara berlebihan. Misalnya perdarahan saluran cerna, keluarnya darah haid secara berlebihan, hemoroid (wasir) dan sebagainya. 
  2. Penurunan atau gangguan produksi sel darah merah. Ini dapat terjadi akibat kurangnya zat besi, vitamin B 12, dan folat.
  3. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan, misalnya akibat penyakit talassemia dan penyakit autoimun. 
Kejadian Anemia
     Kejadian anemia terdapat di semua negara, sering terjadi pada kelompok umur tertentu seperti pada bayi prematur, bayi lahir kecil, pada balita, remaja dan anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.

B. PENYEBAB ANEMIA

     Penyebab umum dari Anemia terjadi akibat berkurangnya hemoglobin, komponen yang dibutuhkan untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. Karena kekurangan oksigen maka muncul gejala kelelahan, pusing dan lain-lain. Salah satu faktor penyebab anemia adalah gaya hidup yang kurang sehat, kurang asupan zat yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin seperti zat besi, folat, dan vitamin B12.
     Ada penyebab anemia yang lain yaitu timah hitam. Biasanya terjadi pada orang yang terpapar timah hitam dalam jangka waktu lama. Misalnya pekerja, atau penduduk yang tinggal di sekitar industri yang menggunakan bahan tersebut. Gejalanya terdapat garis biro hitam pada gusi, nyeri perut, konstipasi (sulit buang air besar), dan muntah.
Selain itu waspadai pula adanya timah pada kemasan makanan. Peralatan yang mengandung timah misalnya batere, cat, dan minyak bumi.

C. GEJALA DAN DAMPAK DARI PENYAKIT ANEMIA

Gejala Penyakit Anemia
  1. Tergantung jenis anemia, penyakit yang mendasarinya, serta kondisi tiap-tiap orang. Jika anemia terjadi dalam waktu lama, maka gejalanya: mudah lelah, jantung sering berdebar-debar (terutama saat berolahraga), napas pendek dan kepala sakit (terutama saat berolahraga), sulit berkonsentrasi dan kepala pusing, kulit menjadi pucat, kram kaki, insomnia.
  2. Gejala anemia defisiensi besi: merasa lapar dan ingin makan sesuatu yang aneh, semisal kertas, es, atau bahkan kotoran (kelainan ini dikenal dengan "pica"), kuku berbentuk kurva ke atas, rasa sakit dan terdapat luka pada bagian mulut.
  3. Gejala anemia akibat kekurangan vitamin B12 atau folat: tangan atau kaki kesemutan, kehilangan sensasi sentuh (hanya terjadi akibat kekurangan vitamin B 12), kehilangan kemampuan mencium, sulit berjalan dan terlihat goyah, tangan dan kaki kaku, demensia, kejiwaan terganggu (halusinasi, paranoia, dan psikosis).
Dampak yang ditimbulkan dari Penyakit Anemia
  1. Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah terimfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar/prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi. 
  2. Ciri-ciri remaja putri yaitu masa remaja terjadi perubahan postur tubuh dan peningkatan tinggi badan secara cepat, usia remaja 10-18 tahun (WHO 1995), rata-rata usia tingkat kematangan/mature stages pada remaja putri (WHO, 1995), diantaranya pertumbuhan payudara 10,6 tahun, puncak peningkatan TB 11,7 tahun, haid pertama 12,8 tahun.

D. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT ANEMIA

Dalam kasus penyakit anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
  1. kecepatan timbulnya anemia
  2. umur individu 
  3. mekanisme kompensasinya 
  4. tingkat aktivitasnya 
  5. keadaan penyakit yang mendasari, dan 
  6. parahnya anemia tersebut.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui: 
  1. peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
  2. meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin 
  3. mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan 
  4. redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).

E. CARA PENANGGULANGAN ANEMIA

     Pada anemia defisiensi zat besi, folat, atau vitamin B12, maka cara yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi makanan yang mengandung zat tersebut. Untuk diperhatikan.
  1. Sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing, domba), buncis, sayuran hijau, telur, kacang-kacangan, sea food. Sumber folat adalah buah segar, sayuran hijau, kembang kol, hati, ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12 adalah daging dan produk olahan susu, daging, hati, ginjal, tiram, keju, dan telur.
  2. Mengonsumsi suplemen zat besi mungkin diperlukan dalam beberapa tahun dengan mewaspadai efek sampingnya. Kelebihan zat besi mengakibatkan kelelahan, muntah, diare, sakit kepala, mudah tersinggung, dan muncul masalah pada persendian.
  3. Vitamin C diperlukan untuk membantu penyerapan besu di dalam saluran pencernaan, kecuali penderita gangguan pencernaan. Sebab vitamin C bisa memperparah penderita gangguan pencernaan.
  4. Hindari kafein, misalnya kopi atau teh dalam jumlah banyak, karena kafein dapat mengganggu penyerapan besi di saluran pencernaan.
  5. Hindari alkohol dan obat-obatan tertentu yang dapat mengakibatkan defisiensi asam folat.
  6. Jika Anda seorang vegetarian, konsultasikan kepada dokter atau ahli nutrisi tentang diet untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12. Mungkin diperlukan suplemen untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
  7. Kekurangan vitamin B12 juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit, konsultasikan ke dokter untuk mengatasi infeksi tersebut.
Hubungi dokter bila Anemia:
  1. Penderita merasakan kelelahan menetap, kesulitan bernapas, denyut nadi cepat (di atas 100 kali/menit), kulit menjadi pucat atau terdapat tanda lain terjadinya anemia.
  2. Periode menstruasi sangat mengganggu, atau terdapat penyakit perlukaan saluran cerna (ulkus), hemoroid (wasir), atau kanker kolon (usus besar).
  3. Jika memiliki riwayat keluarga penderita anemia, perlu mendapatkan konseling genetik sebelum memiliki anak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
     Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Gejala Anemia antara lain :Lesu, lemah, letih, lelah, lalai, Nafsu makan berkurang, Pucat (mata, bibir, telapak tangan), Produktivitas kerja berkurang, Kemampuan belajar berkurang, Pertumbuhan terhambat, Mudah terkena penyakit infeksi, Menganggu pengaturan suhu tubuh, Lebih mudah keracunan timbal, Refleks berkurang.
Cara penanggulangan Anemia salah satunya dengan memperbaiki pola hidup.Dampak Anemia tidak hanya terjadi pada ibu hamil saja juga, anemisa bisa juga menyerang remaja putri
B. SARAN 
  Saya penyusun makalah yang membahas anemia ini menyarankan khususnya bagi penderita Anemia untuk, antara lain :
  1. Istirahat dan batasi aktivitas
  2. Meningkatkan asupan nutrisi terutama yang mengandung zat besi/Fe, protein, dan asam folat
  3. Tranfusi
  4. Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal
  5. Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung : Zat Besi (Fe ) Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan (misal : kismis ), sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ). Asam Folat (Ati, jamur, pisang, apel) Protein (Telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html
http://anemiadefisiensibesi.blogspot.com/2011/03/makalah-gangguan-sistem-hematologi.html