Tampilkan postingan dengan label AKADEMI KEBIDANAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AKADEMI KEBIDANAN. Tampilkan semua postingan

Makalah Rheumatoid Arthritis

Makalah Diagnostik Rheumatoid Arthritis

BAB I
PENDAHULUAN
     Artritis Reumatoid (AR) adalah salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.
Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik (keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke membran yang berada disekitar sendi.
     Faktor resiko yang akan disebabkan terkena artritis reumatoid adalah;
  1. Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
  2. Umur. Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
  3. Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis rematoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
  4. Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
Gejala dan Tanda
     Gejala dan tanda dari Artritis Reumatoid (AR) dapat dilihat sebagai berikut;
  1. Nyeri sendi
  2. Pembengkakan sendi
  3. Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan
  4. Tangan kemerahan
  5. Lemas
  6. Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit
  7. Demam
  8. Berat badan turun
     Artritis reumatoid biasanya menyebabkan masalah dibeberapa sendi dalam waktu yang sama. Pada tahap awal biasanya mengenai sendi-sendi kecil seperti, pergelangan tangan, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Dalam perjalanan penyakitnya, selanjutnya akan mengenai sendi bahu, siku, lutut, panggul, rahang dan leher.
Pemeriksaan Tambahan
     Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan adalah pemeriksaaan darah rutin. Orang dengan RA pemeriksaan rasio sedimen eritrosit (ESR) cenderung meningkat, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya proses peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan darah lain yang biasa nya dilakukan adalah pemeriksaan antibodi seperti faktor rheumatoid dan anti-CCP.
     Selain itu juga dapat dilakukan analisa cairan sendi. Dokter anda akan mengambil cairan sendi dengan menggunakan jarum steril, lalu cairan sendi akan dianalisa apakah terdapat peningkatan kadar leukosit atau tidak dan juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit rematik lainnya.
     Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat progesifitas penyakit RA. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang. Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresifitas dan kerusakan sendi jangka panjang.
Tata Laksana
     Penyakit rheumatoid arthritis tidak dapat disembuhkan. Tujuan dari pengobatan adalah mengurangi peradangan sendi untuk mengurangi nyeri dan mencegah atau memperlambat kerusakan sendi. Secara umum pengobatan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat-obatan dan operasi.
Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan;
  1. NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
  2. Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius.
  3. Obat remitif (DMARD). Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas.
     Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
     Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos, yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi (mukopolisakarida, asam hialuronat) pada beberapa jenis penyakit reumatik, sehingga istilah yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai saat ini.
Gambaran Klinis rheumatoid arthritis
Contoh makalah rheumatoid arthritis
     Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik, termasuk penyakit jaringan ikat (penyakit kolagen). Sedangkan istilah artritis, umumnya dipakai bila sendi merupakan tempat utama penyakit reumatik. Reumatologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit sendi, termasuk penyakit artritis, fibrositis, bursitis, neuralgia dan kondisi lainnya yang menimbulkan nyeri somatik dan kekakuan. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendi yang seringkali memberikan gejala yang hampir sama. Oleh karena itu pendekatan diagnostik sangat diperlukan agar didapatkan diagnosis yang tepat, sehingga pasien akhirnya memperolah penatalaksanaan yang adekuat. Perlu diingat pula bahwa gangguan reumatik dapat merupakan manifestasi artikular berbagai penyakit dan sebaliknya beberapa penyakit reumatik mempunyai manifestasi ekstra-artikular pada berbagai organ.
Rumusan Masalah
  1. Apa Pengertian Artritis Reumatoid (AR)?
  2. Bagaimana Epidemiologi, Etiologi, Patogenesis, Gambaran Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Artritis Reumatoid (AR)?
  3. Apa Pengertian Artritis Reumatoid Juvenilis?
Tujuan Penulisan
  1. Dapat mengetahui Pengertian Artritis Reumatoid (AR)
  2. Dapat mengidentifikasi Epidemiologi, Etiologi, Patogenesis, Gambaran Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Artritis Reumatoid (AR)
  3. Dapat mengetahui Pengertian dari Artritis Reumatoid Juvenilis
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Artritis Reumatoid (AR)

     Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non artikular lainnya.
     Artritis Reumatoid ditandai dengan adanya peradangan dari lapisan selaput sendi (sinovium) yang mana menyebabkan sakit, kekakuan, hangat, bengkak dan merah. Peradangan sinovium dapat menyerang dan merusak tulang dan kartilago. Sel penyebab radang melepaskan enzim yang dapat mencerna tulang dan kartilago. Sehingga dapat terjadi kehilangan bentuk dan kelurusan pada sendi, yang menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan bergerak.
     Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat artritis, timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai artritis reumatoid yang merupakan penyakit autoimun.
     Manifestasi tersering penyakit ini adalah terserangnya sendi yang umumnya menetap dan progresif. Mula-mula yang terserang adalah sendi kecil tangan dan kaki. Seringkali keadaan ini mengakibatkan deformitas sendi dan gangguan fungsi disertai rasa nyeri.

Epidemiologi Artritis Reumatoid (AR)

     Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen).15 Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur.
     Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan pada umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.

Etiologi Artritis Reumatoid (AR)

     Penyebab Artritis Reumatoid belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan Artritis Reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
     Kecenderungan wanita untuk menderita Artritis Reumatoid dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
     Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artritis Reumatoid. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab Artritis Reumatoid antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
     Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien Artritis Reumatoid, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas.

Patogenesis Artritis Reumatoid

     Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis Artritis Reumatoid terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut :
     Antigen penyebab Artritis Reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.
     Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor b ¬¬¬(TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
     Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada Artritis Reumatoid adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
     Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.8,10 Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
     Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-b.
     Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR, antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian, sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus.10 Tidak terhentinya destruksi persendian pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien Artritis Reumatoid. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.
     Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan.

Gambaran Klinis Artritis Reumatoid

     Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

  1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
  2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
  3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
  4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
  5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
  6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
  7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
Tangan
     Berlainan dengan persendian distal interphalangeal (DIP) yang relatif jarang dijumpai, keterlibatan persendian pergelangan tangan, MCP dan PIP hampir selalu dijumpai pada Artritis Reumatoid. Gambaran swan neck deformities akibat fleksi kontraktur MCP, heperekstensi PIP dan fleksi DIP serta boutonniere akibat fleksi PIP dan hiperekstensi DIP dapat terjadi akibat kontraktur otot serta tendon fleksor dan interoseus merupakan deformitas patognomonik yang banyak dijumpai pada Artritis Reumatoid.
     Selain gejala yang berhubungan dengan sinovitis, pada AR juga dapat dijumpai nyeri atau disfungsi persendian akibat penekana nervus medianus yang terperangkap dalam rongga karpalis yang mengalami sinovitis sehingga menyebabkan gejala carpal tunnel syndrome. Walaupun jarang, nervus ulnaris yang berjalan dalam kanal Guyon dapat pula mengalami penekanan dengan mekanisme yang sama.
     Artritis Reumatoid dapat pula menyebabkan terjadinya tenosinovitis akibat pembentukan nodul reumatoid sepanjang sarung tendon yang dapat menghambat gerakan tendon dalam sarungnya. Tenosinovitis pada Artritis Reumatoid dapat menyebabkan terjadinya erosi tendon dan mengakibatkan terjadinya ruptur tendon yang terlibat.
Panggul
     Karena sendi panggul terletak jauh di dalam pelvis, kelainan sendi panggul akibat Artritis Reumatoid umumnya sulit dideteksi dalam keadaan dini. Pada keadaan dini keterlibatan sendi panggul mungkin hanya dapat terlihat sebagai keterbatasan gerak yang tidak jelas atau gangguan ringan pada kegiatan tertentu seperti saat mengenakan sepatu. Walaupun demikian, jika destruksi rawan sendi telah terjadi, gejala gangguan sendi panggul akan berkembang lebih cepat dibandingkan gangguan pada persendian lainnya.
Lutut
     Penebalan sinovial dan efusi lutut umumnya mudah dideteksi pada pemeriksaan. Herniasi kapsul sendi kearah posterior dapat menyebabkan terbentuknya kista Baker. 
Kaki dan Pergelangan Kaki
     Keterlibatan persendian MTP, talonavikularis dan pergelangan kaki merupakan gambaran yang khas Artritis Reumatoid. Karena persendian kaki dan pergelangan kaki merupakan struktur yang menyangga berat badan, keterlibatan ini akan menimbulkan disfungsi dan rasa nyeri yang lebih berat dibandingkan dengan keterlibatan ekstremitas atas. Peradangan pada sendi talonavikularis akan menyebabkan spasme otot yang berdekatan sehingga menimbulkan deformitas berupa pronasio dan eversio kaki yang khas pada AR. Walaupun jarang, nervue tibialis posterior dapat pula mengalami penekanan akibat sinovitis pada rongga tarsalis (tarsal tunnel) yang dapat menimbulkan gejala parestesia pada telapak kaki.

Komplikasi Artritis Reumatoid

     Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid

     Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:

  1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
  2. Protein C-reaktif biasanya positif.
  3. LED meningkat.
  4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
  5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
  6. Trombosit meningkat.
  7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
     Pada periksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi.

Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

     Langkah pertama dalam diagnosis dari rheumatoid arthritis adalah suatu pertemuan antara dokter dan pasien. Dokter meninjau sejarah gejala, meneliti radang sendi dan kelainan bentuk, kulit untuk rheumatoid nodules, dan bagian tubuh untuk radang. Tes darah tertentu dan X-ray sering berlaku. Diagnosis akan berdasarkan pola gejala, yang mendistribusikan radang sendi, dan temuan dari darah dan x-ray. Beberapa kunjungan mungkin diperlukan sebelum dokter dapat menentukan diagnosis. Distribusi radang sendi adalah hal penting bagi dokter dalam membuat diagnosis. Dalam rheumatoid arthritis, sendi kecil tangan, pergelangan tangan, kaki, dan lutut yang biasanya meradang dalam distribusi simetris (mempengaruhi kedua sisi tubuh). Bila hanya satu atau dua sendi yang radang, diagnosis rheumatoid arthritis akan semakin sulit. Dokter mungkin akan melakukan tes lainnya yang akan kita diskusi pada gambarberikutnya.
     Setelah diagnosis Artritis Reumatoid dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
3. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski masih dalam status tersangka.
     Jenis-jenis yang digunakan adalah:

  1. Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
  2. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia.
  3. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus.
  4. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis.
  5. Obat imunosupresif atau imunoregulator. Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian.
  6. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.

4. Riwayat Penyakit alamiah Artritis Reumatoid

     Riwayat penyakit alamiah Artritis Reumatoid sangat bervariasi. Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode Artritis Reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita Artritis Reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.12
Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa dengan pengobatan yang digunakan saat ini, sebagian besar pasien Artritis Reumatoid umumnya akan dapat mencapai remisi dan dapat mempertahankannya dengan baik pada 5 atau 10 tahun pertamanya. Setelah kurun waktu tersebut, umumnya pasien akan mulai merasakan bahwa remisi mulai sukar dipertahankan dengan pengobatan yang biasa digunakan selama itu. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien sukar mempertahankan ketaatannya untuk terus berobat dalam jangka waktu yang lama, timbulnya efek samping jangka panjang kortikosteroid. Khasiat DMARD yang menurun dengan berjalannya waktu atau karena timbulnya penyakit lain yang merupakan komplikasi Artritis Reumatoid atau pengobatannya. Hal ini masih merupakan persoalan yang banyak diteliti saat ini, karena saat ini belum berhasil dijumpai obat yang bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).

5. Rehabilitasi pasien Artritis Reumatoid

     Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien Artritis Reumatoid dengan cara:

  • Mengurangi rasa nyeri
  • Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
  • Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
  • Mencegah terjadinya deformitas
  • Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
  • Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
     Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan Artritis Reumatoid telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam penatalaksanaan Artritis Reumatoid.
     Bagian lain tubuh, selain sendi, yang dipengaruhi oleh rheumatoid radang dirawat secara individual. Sjogren's syndrome (seperti yang dijelaskan di atas, melihat gejala) dapat membantu dengan air mata buatan dan kelembaban kamar di rumah atau kantor anda. Obat tetes mata, cortisporine ophthalmic drops (Restasis), juga tersedia untuk membantu mata kering pada orang-orang yang terpengaruh. Tetap check-up mata dan antibiotik awal untuk pengobatan infeksi mata adalah penting.  Radang otot (tendinitis), bursae (radang kandung lendir), dan rheumatoid nodules dapat disuntik dengan cortisone. Peradangan lapisan dari jantung dan/atau paru-paru atau mungkin memerlukan obat oral cortisone dosis tinggi. 

6. Pembedahan Artritis Reumatoid

     Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien Artritis Reumatoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

Artritis Reumatoid Juvenilis

     Anak-anak dapat terkena Artritis Reumatoid seperti orang dewasa. Di Amerika Serikat 13,9/ 100.000. Terdapat tiga subtipe AR juvenilis bila dipandang dari awitan gejalanya.
     Awitan sistemik (penyakit still) mengenai sekitar 20% dari semua kasus. Anak laki-laki dan perempuan terserang dalam jumlah yang sebanding. Bentuk ini dapat terjadi pada setiap usia. Sesuai dengan namanya penyakit ini melibatkan berbagai sistem organ, namun disamping itu juga mengakibatklan poliartritis klinik. Subtipe ini memiliki prognosis terburuk dari antara ketiga tipe dan dapat menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan.
     Awitan poliartikular bertanggung jawab atas sekitar 40% dari semua kasus. Anak perempuan diserang dengan rasio 2:1 bila dibandingkan dengan anak laki-laki, dan bentuk ini juga dapat terjadi pada semua umur. Lima atau lebih sendi terserang pada saat yang bersamaan tetapi biasanya hanya mengkibatkan kelainan ekstra artikular yang tidak berat. Bentuk ini memiliki prognosis yang lebih baik daripada awitan sistemik, tetapi dapat juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
     Awitan pausiartikular bertanggung jawab atas kira-kira 40 dari semua kasus. Anak perempuan yang diserang dengan rasio 6:1 bila dibandingkan dengan laki-laki. Bentuk ini biasanya terjadi sebelum usia 6 tahun. Tidak lebih dari 4 sendi akan diserang, dan biasanya tidak ada atau jarang terjadi kelainan ekstra-artikular. Bentuk ini memiliki prognosis yang paling baik dari ketiga bentuk.
     Penatalaksanaan artritis reumatoid juvenilis serupa dengan penatalaksanaan penyakit ini pada orang dewasa, tetapi ada beberapa perbedaan penting. Beberapa obat yang dipakai untuk orang dewasa tidak boleh diberikan pada anak-anak. Kortikosteroid sistemik dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, osteoporosis dan katarik. Beberapa obat imunosupresif dapat menekan fungsi sumsum tulang, sterilitas, dan keganasan pada anak-anak.
BAB III
Kesimpulan

  1. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial.
  2. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi.
  3. Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai menimbulkan kematian, namun apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap. Selain itu karena penyakit ini bersifat kronis dan sering kambuh, maka penderita akan mengalami penurunan produktivitas pekerjaan karena gejala dan keluhan yang timbul menyebabkan gangguan aktivitas fisik, psikologis, dan kualitas hidup menderita.
  4. Meskipun prognose untuk kehidupan penderita tidak membahayakan, akan tetapi kesembuhan penyakit sukar tercapai.
  5. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Ed.III, hal. 536-539. Jakarta: Media Aeculapius.
Daud. R. dan Adnan H.M., 1996, Artritis Reumatoid Dalam: Noer S. (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I, ed. III. Hal. 62-70. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Howard L. Weiner, Lawrence P. Levitt, 2001, Buku Saku Neurologi, Edisi V, hal. 232, Jakarta: EGC.
Michael A. Carter, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, Edisi IV, hal.
Nasution, Artritis Reumatoid, 1996, Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I, ed. III, hal 29-36. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Peter E. L., 2000,Arthritis Rheumatoid, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, ed XIII, vol.4, hal 1840-1847, Jakarta:EGC.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Ed. II. Hal 410-441. Jakarta: EGC.
Baca Cara Menstimulasi Perkembangan Anak

Pengertian Drug Abuse

PENGERTIAN, DAMPAK, PENYALAHGUNAAN DAN CARA MENGATASI DRUG ABUSE

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
     Arti dari Drug Abuse merupakan penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan  mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
     Drug Abuse biasanya berkaitan dengan jumlah dan frekuensi penggunaan, dan paling banyak dilakukan pada obat-obat yang memerlukan resep dokter (Prescribed Drug). Paling tidak ada tiga kategori umum dalam menggunakan obat resep yaitu: Use as Appropriate (gunakan dengan seharusnya); Use as Directed (gunakan sesuai petunjuk); Use as Prescribed (gunakan sesuai dengan resep).
pengertian dan cara mengatasi
Drug Abuse
2. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa Pengertian Drug Abuse?
  2. Bagaimana Dampak Yang DiTimbulkan Dari Drug Abuse?
  3. Bagaimana Penyalahgunaan Obat dalam Kesehatan?
  4. Bagaimana Cara Mengatasi Drug Abuse Pada Wanita Hamil?
  5. Bagaimana Cara Mengatasi Drug Abuse secara umum?
3. TUJUAN PENULISAN
  1. Dapat Mengetahui Pengertian Drug Abuse
  2. Dapat Mengetahui Efek Yang DiTimbulkan Dari Drug Abuse
  3. Dapat Mengetahui Penyalahgunaan Obat dalam Kesehatan
  4. Dapat Mengetahui Cara Mengatasi Drug Abuse Pada Wanita Hamil
  5. Dapat Mengetahui Cara Mengatasi Drug Abuse secara umum
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Drug Abuse

     Drug abuse adalah cara menggunakan obat hanya untuk kesenangan pribadi atau golongan saja. Obat itulah yang dinamakan obat-obatan terlarang atau narkoba. Obat jenis ini adalah obat yang dapat menimbulkan efek perasaan yang senang (euphoria) yang biasanya dapat membuat candu. Pengaruh yang di timbulkan oleh obat terlarang ini dilihat dari seberapa besar kemungkinan obat tersebut akan membuat peminumnya menjadi kecanduan. Semakin kuat obat tersebut, maka semakin besar kemungkinan peminumnya menjadi kecanduan. Penyalahgunaan obat (drug abuse) dalam dua tiga dekade terakhir bertambah gawat secara global dan juga sudah mencapai keadaan serius di Indonesia. Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai “kesadaran tertentu” karena pengaruh obat pada jiwa.
     Penyalahgunaan obat-obatan terlarang diantara para remaja terjadi pada kisaran dari coba-coba hingga ketergantungan. Cakupan konskuensi dari tidak ada sampai mengancam nyawa, tergantung kepada obat-obatan terlarang tersebut, keadaan, dan frekuensi pada penggunaannya. Meskipun begitu, bahkan penggunaan yang tidak rutin bisa menghasilkan bahaya yang berarti, seperti kelebihan dosis, kecelakaan kendaraan bermotor, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun percobaan dan pemakaian yang tidak rutin sering terjadi, ketergantungan obat tetap mengancam.
     Penggunaan zat-zat kimia yang terlarang pada remaja, meskipun secara keseluruhan menurun dalam beberapa tahun terakhir, namun tetap tinggi. Pada tahun 2000, sekitar 54 % pada usia dua belas dilaporkan telah mabuk; 49% dilaporkan menggunakan mariyuana; 16% amphetamine; 13% halusinogen; 9 % obat tidur; 9 % kokain; dan 20 % heroin. Penggunaan methylenedioxymethamphetamine (ekstasi), tidak seperti di toko-toko obat yang disebutkan, meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, dengan 11% pada umur dua belas melaporkan menggunakannya kadang-kadang. Data ini dari Amerika Serikat.
     Lebih dari 6% anak laki-laki di sekolah tinggi, termasuk beberapa orang yang bukan atlit menggunakan anabolic steroid setidaknya sekali. Masalah yang utama dengan penggunaan anabolic steroid pada remaja adalah penutupan pertumbuhan lapisan pada ujung tulang lebih cepat, mengakibatkan perawakan pendek yang tetap. Efek samping lainnya yang terjadi pada remaja dan maupun orang dewasa.
     St. Louis pada tahun 2008 menyatakan bahwa terbalik dengan trend masa lalu, remaja putri sekarang mencoba mariyuana, alkohol dan rokok lebih sering daripada remaja putra, menurut survey terbaru dari National Survey on Drug Use and Health. Sementara itu survey menunjukkan kalau penggunaan obat-obatan ilegal pada remaja putri dan wanita meningkat dari 5.8 persen menjadi 6.3 persen antara tahun 2007 hingga 2008 sementara pada remaja putra dan pria justru menurun dari 10.4 menjadi 9.9 persen.
     Lebih dari itu, literatur mengenai kecanduan pada perempuan terus bertambah dan menunjukkan kalau mereka jauh lebih mirip dengan laki-laki dalam hal kecanduan. Wanita malah lebih rentan terhadap penyalahgunaan zat dan efeknya, karena hormon seks perempuan mempengaruhi rangkaian hadiah di otak, yang kemudian mempengaruhi respon wanita pada obat-obatan. Studi menyarankan adanya perlakuan obat baru untuk kecanduan dan tip praktis untuk wanita agar dapat berhenti.
     Dibawah ini merupakan kelompok obat-obatan yang sering disalah gunakan:
  1. Narkoba : pada dasarnya merupakan obat-obatan yang apabila pemakaiannya disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan.
  2. Narkotika : zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
  3. Psikotropika : Zat atau obat baik alamiah atau sentetik bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melaluai susunan saraf pusat yang menyebbkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
  4. Zat adiktif lainnya adalah : minuman beralkohol bersifat sedatif, hipnotik dan depresan,rokok.
     Dari segi hukum obat-obat yang sering disalahgunakan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Narkotika atau obat bius
     Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan menjadi:
  1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
  2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
  3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
2. Bahan psikotropika
     Zat atau obat baik alamiah atau sentetik bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melaluai susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
     Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu:
  1. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman, sampai tertidur.
  2. Dalam hal ini pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih, capek/depresi.
  3. Bahan member halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu lebih indah dari sebenarnya dihadapi.
     Menurut undang-undang No 5/1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan digolongan menjadi:
  1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
  2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatn dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
  3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
  4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2. Dampak Yang Ditimbulkan Dalam Drug Abuse

     Adapun dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan drug abuse adalah:
1. Variasi respon pada pengulangan dosis dapat berupa :

  1. Efek kumulatif : peningkatan repon secara progresif yang terjadi saat kecepatan administrasi obat lebih dari kecepatan eliminasi.
  2. Toleransi : pengurangan respon pada obat karena penggunaan berulang. Mekanisme ini dipengaruhi oleh peningkatan biotransformasi dan adaptasi reseptor. Proses ini dapat dikarakteristikan sebagai receptor downregulation (pengurangan jumlah atau afinitas reseptor) atau reseptor upregulation (peningkatan jumlah atau afinitas reseptor. Ini bisa terjadi pada obat-obatan seperti psikoaktif, kardiovaskular maupun obat-obatan yang disalahgunakan (mis. Kokain). Perkembangan yang cepat dari toleransi ini disebut tachyphylaxis.
  3. Resistensi : Hilangnya respon pada dosis yang semestinya efektif. Biasanya berhubungan dengan obat anti infeksi. 
     Kebanyakan proses fisiologi diregulasi oleh aktivitas neurotransmiter. Obat-obatan juga memodifikasi aksi neurotransmiter dalam beberapa cara, seperti :
  1. Peningkatan dan pengurangan sintesis.
  2. Pengurangan penyimpanan di presinaps.
  3. Peningkatan dan pengurangan pelepasan.
  4. Mengaktivasi dan mengeblok reseptor postsinaps.
  5. Pengurangan reuptake pada membran presinaps.
  6. Pengurangan inaktivasi secara enzimatik.
2. Secara farmakologi, efek yang ditimbulakan dibagi menjadi depresan, stimulant dan halusinogen.
a. Depresan
     Obat terlarang yang akan menyebabkan depresi (menekan) aktivitas susunan saraf pusat. Efek yang dirasakan oleh pemakai adalah menjadi tenang pada awalnya, kemudian apatis, mengatuk dan tidak sadarkan diri. Semua gerak reflex menurun, mata menjadi sayu, daya penilaian menurun, gangguan terhadap system kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Termasuk kelompok depresan ini adalah:
  1. Opioid seperti heroin, morfin dan turunanannya
  2. Sedative seperti barbiturate dan diazepam, nitrazepam, dan turunannya.
b. Stimulant
     Memilki efek dapat merangsang fungsi tubuh. Pada awalnya pemakai akan merasa segar, penuh percaya diri, kemudian berlanjut menjadi susah tidur, perilaku hiperaktif, agresif, denyut jantung menjadi cepat, dan mudah tersinggung. Contohnya: kokain, amfetamin, ekstasi dan kafein.
c. Halusinogen
     Kelompok obat yang menyebabkan penyimpangan persepsi termasuk halusinasi seperti mendengar suara atau melihat sesuatu tanpa ada rangsang, dan sering menjadi “aneh”. Para pemakai menjadi psikopat (curiga berlebihan), mata menjadi merah dan agresif serta disorientasi.Termasuk dalam kelompok ini contohnya ialah LSD, meskalin, mariyuana/ganja.
3. Pada sistem saraf pusat, penggunaan berulang dapat menyebabkan efek sebagai berikut.
a. Analgesik
     Sensasi nyeri terdiri dari input berbahaya ditambah reaksi organisme terhadap stimulus tersebut. Analgesik pada opioids dapat mengubah persepsi nyeri dan reaksi pasien terhadap nyeri. Obat ini juga dapat menyebabkan peningkatan threeshold rasa nyeri. Namun, efeknya hanya bisa disimpulkan dari efek subjektif pasien.
b. Euphoria
     Pasien biasanya juga akan mengalami sensasi menyenangkan dan bebas dari rasa khawatir. Meskipun begitu, pada pasien yang normal (tidak merasakan sakit), pengalaman dysphoric akan lebih terasa daripada efek menyenangkan. Dysphoria akan menyebabkan kelelahan dan perasaan tidak enak.
c. Sedasi
     Rasa mengantuk dan kaburnya pemikiran sering terjadi pada pemberian obat jenis ini ditambah lagi dengan kerusakan pada kemampuan logika. Kadang-kadang juga bisa terjadi sedikit amnesia. Meski mengantuk pasien lebih mudah dibangunkan. Namun, kombinasi ,orfin dengan obat depressan pusat lain, mungkin mengakibatkan depresi yang mendalam. Morfin merupakan obat analgesik yang dapat menggangu pola tidur REM dan NREM, begitu juga dengan obat opioids lainnya.
d. Depresi respirasi
     Obat-obatan jenis ini akan menghambat mekanisme pernafasan di batang otak. Tekanan CO2 alveolar juga mungkin meningkat.
e. Penekan batuk
     Obat-obatan jenis ini dapat melakukan supresi pada respon batuk. Codeine, salah satu jenis obat, sering digunakan pada orang yang menderita batuk patologis dan pasien yang membutuhkan penjagaan ventilasi melalui tabung endotrakeal. Namun, supresi batuk ini juga dapat menyebabkan akumulasi sekret yang akan menhambat jalan nafas dan atelectasis.
f. Miosis
     Miosis merupakan aksi farmakologis yang sedikit atau bahkan tidak ada toleransi sama sekali. Oleh karena itu, hal ini penting dalam diagnosa overdosis opioids.Konstriksi pupil biasanya akan nampak pada pasien yang addict.
g. Kekakuan tungkai
     Hal ini dipercaya sebagai akibat aktivitas obat ini di spinal kord. Hal ini juga bisa menyebabkan gangguan torak sehingga ventilasi juga terganggu.
h. Emesis
     Analgesik opioids dapat mengaktivasi zona pemicu kemoreseptor pada batang otak yang memicu muntah dan mual.
4. Dari segi hukum
     Dari segi hukum, tentunya tindakan ini merupakan tindak pidana yang bertentangan dengan UU Narkotika dan UU psikotropika disebutkan bahwa semua yang terlibat baik produsen, penyalur, pemakai dapat dikenai sanksi berupa hukuman penjara, denda bahkan hukuman mati. Orang yang mempersulit upaya penyidikan pun dikenai sanksi denda maksimal Rp. 750 juta dan hukuman maksimal adalah mati.
     Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua undang-undang penting, yaitu:
  1. Undang-undang Republik Indonesia No 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997 tentang psikotropika
  2. Undang-undang Republik Indonesia No 22 tahun 1997 tanggal 1 September 1997 tentang Narkotika.

3. Penyalahgunaan Obat dalam Kesehatan

     Penyalahgunaan obat dalam kesehatan bukan hanya tentang obat-obatan terlarang seperti ganja atau kokain. Obat-obatan sah juga dapat disalahgunakan - yang berarti bahwa mereka sudah digunakan oleh orang lain selain pasien atau dalam cara atau dosis selain dari apa yang sudah dianjurkan. 

1. Barbiturates (Obat bius) 
     Diresepkan untuk mengurangi kecemasan atau membuat tidur, obat anti-depresi memperlambat fungsi otak. Barbiturat adalah jenis anti-depresi. Fenobarbital adalah barbiturate; lainnya seperti Mebaral, Seconal, dan Nembutal. Meskipun berguna ketika digunakan sebagai resep, barbiturat dapat membuat kecanduan. Jika diambil dengan obat-obatan tertentu, termasuk alkohol, dapat memperlambat jantung dan pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian. Istilah untuk barbituates termasuk "barbs," "reds," red birds, "" phennies, "" tooies, "" yellows, "dan" yellow jackets. "
2. Benzodiazepines: Valium, Xanax 
     Valium dan Xanax adalah contoh benzodiazepin, jenis lain dari obat anti-depresi. Mereka mungkin diresepkan untuk mengobati kecemasan, reaksi stres akut, serangan panik, kejang-kejang, dan gangguan tidur (biasanya untuk penggunaan jangka pendek). Seperti obat anti-depresi lainnya, mereka memiliki kegunaan yang masuk akal tetapi mungkin disalahgunakan. Penarikan benzodiazepin "dapatbermasalah" tetapi jarang mengancam nyawa, Diingatkan oleh National Institute on Drug Abuse (Nida).
3. Obat tidur 
     Obat tidur adalah anti-depresi. Obat tidur - Ambien, Sonata, dan Lunesta adalah obat tidur yang lebih baru yang disebut nonbenzodiazepines. Obat ini "mungkin memiliki lebih sedikit potensi untuk kecanduan" daripada obat anti-depresi lain,yang dinyatakan dalam situs National Institute on Drug Abuse (Nida).
4. Codeine dan Morfin 
     Penghilang rasa sakit adalah kelompok lain obat resep yang biasanya disalahgunakan. Mereka termasuk kodein dan morfin - Oramorph dan Aviniza mengandung morfin. Morfin biasanya diresepkan untuk rasa sakit parah; kodein, untuk rasa sakit ringan. Julukan untuk kodein termasuk " Captain Cody" dan "Cody." Istilah untuk morfin termasuk "M" dan "Miss Emma."
5. OxyContin, Percocet 
     OxyContin, Percocet, dan Percodan saling berbagi bahan aktif, oxycodone, yangmana merupakan pereda nyeri opiod. Obat ini tidak identik; Percocet juga mengandung acetaminophen sementara Percodan juga mengandung aspirin. Obat ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan medis, dan bukan dengan alkohol, barbituates, antihistamin, atau benzodiazepin - kombinasi obat yang dapat mengancam nyawa. Julukannya termasuk "oxy," "O.C," dan "oxycotton" untuk OxyContin dan "percs" untuk Percocet atau Percodan.

4. Cara Mengatasi Drug Abuse Pada Wanita Hamil


     Meningkatnya risiko retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dan persalinan preterm  pada wanita hamil berhubungan dengan penyalahgunaan marijuana dan kokain. Resiko abrupsio plasenta juga semakin meningkat dikarenakan penggunaan kokain. Lebih lanjut, bayi dari ibu dengan penyalahgunaan “crack cocaine” sering menggambarkan abnormalitas pengetahuan dan tingkah laku yang menetap. Sulit untuk menentukan dengan pasti dampak dari penggunaan obat-obat terlarang terhadap status gizi dari wanita hamil, karena drug abuse pada wanita hamil disertai dengan penyalahgunaan substansi lainnya, seperti alkohol atau rokok; kemiskinan; dan pendidikan yang rendah, semua ini membawa akibat pada status gizi.
   Cara mengatasi drug abuse pada wanita hamil dianjurkan dengan memberikan suplemen vitamin dan mineral pada wanita hamil yang menyalahgunakan obat, tetapi suplemen tersebut tidak dapat diharapkan untuk mengoreksi masalah yang berhubungan dengan drug abuse selama kehamilan. Segala usaha harus dibuat untuk meyakinkan wanita hamil agar berhenti menggunakan obat-obatan.

5. Cara Mengatasi Drug Abuse secara umum


     Adanya dampak negativ (bahaya) yang ditimbulkan dari pemakaian obat terlarang baik bagi diri sendiri maupun orang lain perlu diminimalisir. Cara mengatasi drug abuse secara dini yang perlu dilakukan adalah mulai dari keluarga, karena keluarga merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Berbagai alasan pengguna memakai obat tersebut, sangat bervariatif mulai dari kurangnya kasih sayang sampai terpengaruh bujukan teman. Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan.
     Berikut merupakan beberapa cara mengatasi drug abuse secara umum yang dapat ditempuh antara lain:
  1. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar, maupun temu wicara antara gerakan anti narkoba dengan para pelajar, penyuluhan kepada masyarakat umum meupun sekolah-sekolah mengenai bahaya narkoba.
  2. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para pendengar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan disekolah, diskotik, club malam, café, meupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat transaksi.
  3. Pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam pemakaian obat terlarang adalah kurangnya kasih sayang dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika mereka memakai obat tersebut.
  4. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi)  narkoba sering terjadi disekitar lingkungan sekolah.
  5. Pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun akhirnya mereka jalani.
     Bebagai solusi ataupun cara mengatasi drug abuse yang dapat ditempuh baik oleh individu itu sendiri, keluarga, masyarakat (institusi) antara lain:
  1. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan penanganan yang memadai
  2. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan
  3. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta lingkungannya
  4. Selalu berprilaku positif dengan melakukan aktifitas fisik dalam penyaluran energy remaja yang tinggi seperti berolahraga
  5. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik disekolah meupun dirumah dan lingkungan sekitar
  6. Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang
  7. Saling menghargai sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga
  8. Penyelesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar secara positif dan konstruktif.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
     Arti Drug Abuse adalah penyalahgunaan obat bila digunakan tidak untuk tujuan  mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
2. Saran
     Demikian Pengertian Drug Abuse yang dapat kami sampaikan semoga kiranya dapat bermanfaat dalam bidang ilmu kesehatan.
Referensi
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V. Wacana Prima, 2009.
Sunarto dan Hartono, B. Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Baca Drug abuse

PERBEDAAN MASTITIS DAN BENDUNGAN ASI

Beda Bendungan ASI dengan Mastitis

     Masa Nifas merupakan suatu masa yang dilewati seorang ibu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir sampai 6 minggu berikutnya. akan terjadi beberapa perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik bisa ditandai dengan proses involusi dimana rahim kembali mengecil secara bertahap dan beberapa perubahan lainnya. Perubahan psikologi akan terjadi dengan sendirinya di mana ibu sudah memiliki tanggung jawab untuk mengasuh bayinya. Selama perubahan-perubahan tersebut tidak menjadi masalah bagi ibu berarti ibu mengalami masa nifas yang normal. Namun apabila dalam 6 minggu ini terajadi masalah maka bu harus waspada.
     Setelah melahirkan banyak ibu yang mengeluh. Sebenarnya keluhannya hampir sama yaitu bayi tidak mau disusui. Hal ini dapat terjadi karena teknik menyusui yang digunakan ibu kurang tepat. Akibatnya dapat terjadi bendungan payudara maupun mastitis.
perbedaan bendungan asi dan mastitis
apa perbedaan mastitis dan bendungan asi

     Berikut ini akan saya jelaskan mengenai perbedaan antara Bendungan ASI dengan Mastitis.

BENDUNGAN ASI

     Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus Laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu (misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung)
Gejalanya:
  • Payudara bengkak, keras, panas.
  • Nyeri bila ditekan
  • Warnanya kemerahan
  • suhu tubuh sampai 38 c
Pencegahannya:
  • Jangan dibersihkan dengan sabun
  • Gunakan teknik menyusui yang benar
  • Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
  • Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat

MASTITIS

     Mastitis merupakan infeksi yang terjadi pada payudara. ini merupakan kelanjutan dari bendungan payudara. hal ini dapat terjadi karena kurangnya perawatan payudara sehingga bakteri staphylococcus aureus dapat dengan mudah menginfeksi payudara. Ibu yang terkena Mastitis bisa sampai mengeluarkan nanah dari payudaranya (abses payudara).
Ada 3 macam Mastitis:
  1. Mastitis Periduktal : ditemukan pada ibu yang menjelang menopouse
  2. Mastitis Puerperalis : pada wanita hamil dan menyusui
  3. Mastitis Supurativa : pada wanita yang terkena TBC, Sifilis, dan infeksi staphilococcus

Mastitis Puerperalis pada ibu menyusui

Gejala:
  • payudara keras dan benjol-benjol
  • payudara bengkak
  • warnanya kemerahan
  • ibu sering pusing
Pencegahan :
  • Bila ingin menyusui selalu cuci tangan terlebih dahulu
  • Susui bayi sesering mungkin
  • istirahat cukup
  • gunakan teknik menyusui yang benar
  • Minum banyak air
  • Gunakan Bra yang nyaman
  • Jaga kebersihan diri
     Apabila terjadi infeksi yang parah segera periksa ke bidan atau dokter untuk mendapatkan terapi. Biasanya pasien akan diberi eritromisin 250mg 3x1 atau kloksasilin 500 mg diminum tiap 6 jam. masing-masing dikonsumsi selama 10 hari.
Cukup sekian arti perbedaan bendungan ASI dan Mastitis, Semoga dapat bermanfaat.
sumber: ovieacha

Pemberian ASI Eksklusif untuk Working Mom

Persiapan ASI eksklusif untuk ibu bekerja (working moms)

     Para Ibu bekerja (working moms) bukan halangan untuk selalu dapat memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif ketika kembali bekerja Ibu (working moms) tetap bisa memberikan ASI eksklusif dengan memberikan ASI perahan (ASIP) kepada sibuah hatinya sebagai ganti ASI (Air Susu Ibu). Dengan motivasi Ibu yang kuat, kesungguhan, ketekunan dan Ibu yang penuh komitmen, Ibu bisa berhasil menyusui selama 6 bulan tanpa susu formula bahkan hingga 2 tahun tanpa susu formula. 
persiapan pemberian asi eksklusif untuk working mom infinite
persiapan pemberian asi eksklusif untuk working mom

     Terdapat beberapa persiapan pemberian ASI eksklusif untuk working mom yang harus dilakukan oleh para Ibu bekerja (working moms) sebelum masa cuti berakhir. Persiapan tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Tanamkan rasa percaya diri Ibu bahwa si kecil akan baik-baik saja di rumah. Selain hal tersebut niatkan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan ASIP, tidak memikirkan susu formula sebagai alternatif, dan hanya ASI (Air Susu Ibu) sebagai satunya sumber gizi bagi bayi sampai usia 6 bulan. Keteguhan hati dan motivasi tinggi merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk working mom.
  2. Persiapan fisik Ibu seperti istirahat yang cukup, asupan gizi yang baik, selalu minum banyak cairan, makan buah dan sayur yang segar, serta kurangi kegiatan yang tidak terlalu penting untuk dilakukan.
  3. Belajar memerah ASI dengan tangan. Meskipun Ibu berencana memerah ASI dengan pompa,  sebaiknya belajarlah memerah dengan tangan karena memiliki banyak keunggulan, diantaranya:
      Mulailah menyiapkan tempat penyimpanan yaitu:
  • Kulkas, jika memungkinkan kulkas yang dua pintu dengan freezer terpisah.
  • Tempat/wadah ASIP, disarankan menggunakan botol kaca karena bisa dipakai ulang, aman dipanaskan dan dibekukan, tidak mencemari lingkungan. Tapi pada kondisi traveling atau tak tersedia botol kaca, dapat menggunakan plastik makanan yang food grade (tidak harus plastik khusus ASI, plastik biasa pun boleh asal yang food grade). Intinya tempat penyimpanan ASI harus kedap, tidak boleh ada cairan atau udara yang dapat masuk ke dalam botol atau kantong ASI. Tes botol ASIP yang dibeli dengan cara isi dengan air lalu posisinya dibalik atau diayun-ayun dan perhatikan apakah ada cairan yang keluar. 
  • Beberapa merk botol kaca tutupnya belum sempurna sehingga ada cairan yang keluar. Jika cairan dapat keluar berarti kuman dari luar juga dapat masuk. Jadi selektiflah dalam memilih botol ASIP. Ingatlah untuk selalu memberi tanggal perah dan tanggal kadaluarsa di setiap botol atau ASIP
  • Pompa ASI (manual atau elektrik). Lebih disarankan agar Ibu memerah dengan tangan. Jika menggunakan pompa, jangan menggunakan pompa berbentuk terompet karena pompa jenis ini bukan diperuntukkan untuk menyimpan ASIP, namun hanya sekedar untuk mengosongkan payudara. Selain itu pompa jenis ini sulit dibersihkan dan disterilkan.
     Untuk lebih jelasnya  berikut ini merupakan Persiapan Pemberian ASI Eksklusif untuk Working Mom yang perlu dilakukan selama masa cuti kerja:

Bulan pertama (40 hari setelah melahirkan) 

     Pada bulan pertama setelah melahirkan produksi ASI belum stabil. Payudara bagai pabrik susu yang baru buka dan belum tahu berapa besar permintaan pasar. Sehingga payudara akan memproduksi ASI berlebih, sehingga tidak heran ASI seringkali merembes keluar. Saat inilah masa-masa emas untuk memanipulasi permintaan ASI sehingga produksi ASI berlimpah untuk seterusnya. Berikut adalah yang sebaiknya dilakukan:
  • Susui bayi secara langsung setiap kali bayi meminta. Aturan yang mengatakan bayi sebaiknya minum tiap 2-3 jam sekali kurang tepat. Yang benar adalah selama 40 hari pertama, frekuensi menyusu 8-12 kali dalam 24 jam. Terkadang ada bayi yang tertidur hingga 4-5 jam namun menyusu lebih sering dalam jam-jam berikutnya (cluster nursing). Jika frekuensi menyusu kurang dari 8 kali dan bayi tertidur, maka bangunkan untuk disusui, caranya bisa dengan dicium, atau diusap lembut dengan air sehingga ia tidak nyaman dan langsung mencari ASI.  Hal ini bisa juga terjadi pada bayi baru lahir hingga usia beberapa minggu karena aliran ASI yang lambat. Untuk membantu bayi mendapatkan aliran ASI yang lancar silahkan merujuk pada artikel “Kompresi Payudara” dan “Perlekatan Menyusu”.
  • Untuk menjamin stok ASI, rutinlah mengosongkan ASI dari payudara meskipun Ibu selalu bersama si kecil sepanjang waktu. Lakukan minimal sekali sehari pada saat ASI terasa penuh. Produksi ASI biasanya penuh pada dinihari atau pagi hari. Saat inilah saat yang tepat untuk mengosongkan ASI karena biasanya bayi sedang terlelap. Agar jam tidur Ibu tidak terlalu terganggu, Ibu bisa menyiasatinya dengan mengosongkan ASI sesegera setelah bayi menyusu karena sangat disarankan agar Ibu ikut istirahat ketika bayi tertidur.
  • Jangan pernah tergoda memberikan susu formula jika produksi ASI Ibu cukup. Indikator ASI cukup akan dijelaskan lebih lanjut di artikel “Tanda ASI sudah Cukup”.

Bulan kedua dan ketiga

  • Jika pada bulan pertama ASI dipompa dan dibuang karena Ibu senantiasa bersama sang buah hati sepanjang waktu maka menjelang akhir bulan kedua mulailah menabung ASIP. Hasil ASIP yang dilakukan di dinihari disimpan dalam tempat penyimpanan ASIP.
  • Latihlah bayi minum ASIP dengan cara disendoki atau cangkir (cup). Hal ini memerlukan waktu, sehingga Ibu perlu sabar supaya tidak menyerah terpaksa memberikannya melalui dot. Minum ASIP dengan disendoki atau cangkir bertujuan untuk menghindari bingung puting. Hindari penggunaan botol dan dot! Penelitian menunjukkan 80% bayi mengalami bingung puting, khususnya pada bayi yang berusia kurang dari empat bulan.

Tips Persiapan Pemberian ASI Eksklusif untuk Working Mom
  • Sekitar 1 bulan sebelum cuti berakhir, mulailah menabung ASIP (Cttn: beberapa situs/buku menyusui terkemuka menyarankan memerah ASI dapat dilakukan sejak awal menyusu untuk menjaga produksi ASI walaupun nantinya tidak digunakan/dibuang).
  • Berapa kali Ibu perlu memerah? Gunakan rumus sederhana ini: Jumlah jam Ibu berada di luar rumah (termasuk dalam perjalanan) dibagi tiga. Jadi 9 jam di luar rumah sama dengan 3 kali memerah. Misalkan saat baru datang ke kantor (berangkat lebih pagi agar sampai sekitar 15 menit sebelum jam kerja), saat makan siang, dan saat rehat sore atau saat akan pulang ke rumah. Namun hal ini tergantung pula dengan kapasitas penyimpanan payudara, beberapa Ibu dapat memerah ASI dengan sesi perahan yang lebih sedikit.
  • Jangan khawatir melihat produksi ASIP yang sedikit, jangan terbebani harus memproduksi berbotol-botol ASIP. Perlu diingat bahwa ASI hasil perasan tidak menunjukkan produksi ASI Ibu sesungguhnya. Sesedikit apapun hasil perahan, kumpulkan saja, lama kelamaan akan menjadi banyak dan practice makes perfect!
  • Setiap ada waktu, dikala sang bayi tidur, atau di sela-sela waktu menyusui, perahlah ASI sebanyak kemampuan. Tidak masalah Ibu mendapatkan 20 atau 30 ml. Masukkan ke tempat penyimpanan ASIP dan simpan di kulkas. Hasil perahan selama 24 jam boleh digabungkan setelah sama dingin. Setelah terkumpul 1 botol (100 ml), beri label tanggal dan naikkan ke freezer. Satu botol sehari cukup, sesuai kemampuan
  • Jika Ibu mulai menabung paling tidak 1 bulan sebelum masa cuti kerja berakhir maka voila sudah tersedia 20-30 botol ASIP beku di freezer
  • Ajari pengasuh cara penanganan ASIP, menghangatkan dan memberikannya pada bayi paling tidak satu minggu sebelum Ibu kembali bekerja. Gunakan ASIP yang paling “tua” dulu, supaya rotasi berjalan dengan baik. (Cttn: Setelah kondisi cukup ‘stabil’ tercipta, dan dikarenakan ASIP yang paling baik kandungannya adalah yang paling segar, beberapa Ibu memilih memberikan ASI hasil perahan hari itu atau maksimum sehari sebelumnya. Stok ASIP beku tetap tersedia untuk jaga-jaga, misalkan kondisi listrik padam, hasil perahan sedikit, dll. Yang penting selalu diingat masa kadaluarsa penyimpanan ASIP).
  • ASI hasil perahan di kantor disimpan di botol kaca atau plastik food grade, lalu masukkan dalam cooler bag atau bisa dititipkan di kulkas kantor (jika memungkinkan).
  • Tetaplah memerah ASI minimal sekali sehari dan selalu susui bayi langsung ketika bersama-sama. Untuk menjaga produksi ASI, janganlah memberikan ASIP ketika kita bersama bayi
Referensi
Nancy Mohrbacher, IBCLC & Kathleen Kendall-Tackett, PhD, IBCLC. Breastfeeding Made Simple: Seven Natural Laws for Nursing Mothers, 2005.  New Harbinger Publication, Canada