Tampilkan postingan dengan label BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan

makalah jenis-jenis media pembelajaran

MAKALAH JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN BAGI ANAK USIA DINI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Memasuki era global seperti sekarang ini peran ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak yang sangat signifikan kepada berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun dalam bidang pendidikan. Beranjak dari hal ini, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka perlu adanya penyesuaian, terutama sekali yang berkaiatan dengan faktor-faktor pengajaran disekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang digunakan perlu dipelajari dan dikuasai guru/pengajar, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara baik dan berdaya guna serta berhasil guna.
makalah jenis jenis dan karakteristik media pembelajaran
JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN
Hasil penelitian telah menunjukkan penggunaan media dalam belajar telah terbukti unggul dalam membantu para guru dan staf pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran serta lebih cepat dan media pembelajaran efisien ditangkap oleh para siswa. Media dalam pembelajaran memiliki keunggulan yang positif dan sinergi yang mampu merubah sikap dan tingkah laku mereka kearah perubahan yang kreatif serta dinamis. Dalam hal ini peranan media dalam belajar sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dimana perkembangan media saat ini media bukan hanya dipandang sebagai alat bantu tetapi media bagian yang penting dalam sistem pendidikan dan pembelajaran.
2. Rumusan Masalah
  1. Apa saja jenis-jenis media pembelajaran?
  2. Bagaimana karakteristik dari media pembelajaran?
  3. Bagaimana cara penggunaan setiap jenis media pembelajaran?
3. Tujuan Penulisan Makalah
  1. Dapat mengetahui jenis – jenis media pembelajaran
  2. Dapat memahami karakteristik media pembelajaran
  3. Dapat mengetahui dan memahami penggunaan setiap jenis media pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN

1. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang paling sederhana dan murah sampai media yang paling canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula me­dia yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah.
Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain seperti gambar, model, overhead projektor (OHP) dan obyek‑obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), serta program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenamya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya Anda mengenal beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk meng­golongkan jenis media. Rudy Bretz (1971), misalnya, mengidentifikasi jenis‑jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu: 
(1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, serta (8) media audio visual gerak.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai berikut:
NoGolongan MediaContoh Dalam Pembelajaran
1AudioKaset audio, siaran radio, CID, telepon
2CetakBuku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3Audio cetakKaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4Proyeksi visual diamOverhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5Proyeksi audio visual diamFilm bingkai (slide) bersuara
6Visual gerakFilm bisu
7Audio visual gerakFilm gerak bersuara, video NCD, televisi
8Obyek fisikBenda nyata, model, spesimen
9Manusia dan lingkunganGuru, pustakawan, laboran
10KomputerCAI (pembelajaran berbantuan komputer)
dan CBI (pembelajaran berbasis komputer)
Sementara itu, Schramm (1985) menggolongkan media atas dasar kompleksnya suatu media. Atas dasar itu, Schramm membagi media menjadi dua golongan yaitu: media besar (media yang mahal dan kompleks) dan media kecil (media sederhana dan murah). Termasuk media besar misalnya: film, televise, dan video NCD, sedangkan yang termasuk media kecil misalnya: slide, audio, transparansi, dan teks. Selain itu Schramm juga membedakan media atas dasar jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak), media kelompok (liputannya seluas ruangan tertentu), dan media individual (untuk perorangan). Termasuk media masal adalah radio dan televisi. Termasuk media kelompok adalah: kaset audio, video, OHP, dan slide. Sedangkan yang termasuk media individual adalah: buku teks, telepon, dan program komputer pembelajaran (CAI).
Dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media yang lebih sederhana sebagai berikut: (1) media yang tidak diproyeksikan, (2) media yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) media video, (5) media berbasis komputer, dan (6) multi media kit.
Dari beberapa pengelompokkan media tersebut, kita dapat melihat bahwa hingga kini belum ada suatu pengelompokkan media yang mencakup segala aspek, khususnya untuk keperluan pembelajaran. Pengelompokkan yang ada, dilakukan atas bermacam-­macam kepentingan. Masih ada pengelompokan yang dibuat oleh ahli lain. Namun apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokan itu, tujuannya sama yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya.
Sebagai seorang guru, sebaiknya Anda mengikuti perkembangan teknologi khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran. Sehingga paling tidak kita dapat lebih mengenalnya. Beberapa jenis media tentu pernah Anda gunakan, beberapa jenis yang lain mungkin juga sudah Anda kenal meskipun belum pernah menggunakannya dalam pembelajaran. Jenis media mana yang akan kita gunakan, sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.

2. Karakteristik Media Pembelajaran

Setiap jenis media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda‑beda satu sama lain. Berikut karakteristik media pembelajaran yang ssering di gunakan :
a. Media yang tidak diproyeksikan
Kelompok media ini sering disebut sebagai media pameran (dis­played media). Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain; realia, model, dan grafis. Ketiga jenis media ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang penyajiannya tidak memerlukan tenaga listrik. Walaupun demikian media ini sangat penting bagi siswa karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup dan lebih menarik.
(a). Media realia
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun binatang. Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi. Modifikasi media realia bisa berupa: potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid).
Secara teori, penggunaan media realia ini banyak kelebihannya, misalnya dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
(b). Media model
Media model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realia. Model suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan benda sesungguhnya. Model juga bisa dibuat dalam wujud yang lengkap seperti aslinya, bisa juga lebih disederhanakan hanya menampilkan bagian/ciri yang penting. Contoh model adalah: candi borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat dalam bentuk mini.
(c). Media grafis
Media grafis tergolong jenis media visual yang menyalurkan pesan lewat simbol‑simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja. Banyak konsep yang justru lebih mudah dijelaskan melalui gambar daripada menggunakan kata kata verbal. Ingat ungkapan "Satu gambar berbicara seribu kata".
Semua media grafis, baik itu berupa gambar, sketsa bagan, grafik atau media visual yang lain harus dibuat dengan memperhatikan prinsip‑prinsip umum. Sebagai salah satu media visual, grafis harus diusahakan memenuhi ketentuan‑ketentuan agar menghasilkan visual yang komunikatif. Untuk lebih mudah diingat, ketentuan tersebut dinyatakan dalam akronim "VISUALS" (singkatan dari Visible, Interesting, Simple, Useful, Accurate, Ligitimate, dan Structured). Secara singkat prinsip umum pembuatan visual itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
Visible berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan memanfaatkan media yang kita buat. Interesting artinya menarik, tidak monoton dan fidak membosankan. Simple artinya sederhana, singkat, dan tidak berlebihan. Usefulmaksudnya adalah visual yang ditampilkan harus dipilih yang benar-benar bermanfaat bagi sasaran didik. Jangan menayangkan tulisan terlalu banyak yang sebenamya kurang penting. Accurate artinya isinva harus benar dan tepat sasaran. Jika pesan yang dikemas dalam media visual salah, maka dampak buruknya akan sulit terhapus dari ingatan siswa. Legitimate adalah bahwa visual yang ditampilkan harus sesuatu yang sah dan masuk akal. Visual yang tidak logis atau tidak lazim akan dianggap janggal oleh anak. Structured maksudnya visual harus terstruktur atau tersusun dengan baik, sistematis, dan runtut sehingga mudah dipahami pesannya.
Media grafis banyak jenisnya, misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan sebagainya.
b.  Media yang diproyeksikan
(a). Transparansi OHP
Transparansi OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Media ini terdiri dari dua perangkat, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunaknya berupa transparansi yang disebut OHT (overhead transparancy). Sedangkan perangkat lunaknya adalah OHP (overhead pro­jector). Beberapa kelebihan media transparansi OHP adalah:

  • Tidak memerlukan ruangan gelap, sehingga aktivitas belajar siswa dapat berjalan seperti biasa
  • Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan, dan bisa disajikan tanpa layar khusus (dapat langsung ke dinding kelas)
  • Memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan
  • Bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik sehingga tidak membosankan
  • Transparansi dapat dicopy dan dibagikan kepada siswa sebagai hand out
  • Dapat dipakai guru sebagai pointer (pokok‑pokok materi)
  • Dapat dipakai berulang‑ulang
  • Visual yang disajikan jauh lebih menarik dibandingkan kalau hanya digambar di papan tulis
  • Guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil menggunakan OHP
  • Lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan menggunakan kapur dan papan tulis

Meskipun banyak kelebihannya media ini juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu:

  • Tergantung pada adanya aliran listrik
  • Urutan penyajianya mudah kacau jika sebelumnya tidak dipersiapkan secara sistematis
  • Untuk jenis OHP tertentu, tidak mudah dibawa kemana­-mana.

(b). Film Bingkai/slide
Film bingkai/slide adalah suatu film transparan yang umumnya berukuran 35 mm. Dalam satu paket program film bingkai berisi beberapa bingkai film yang terpisah satu sama lain. Sebagai suatu program, maka durasi (lama putar) film bingkai sangat bervariasi, tergantung jumlah bingkai filmnya. Waktu yang diperlukan untuk menayangkan setiap bingkai juga bervariasi. Film bingkai ada juga yang dilengkapi dengan paralatan audio, sehingga selain gambar, juga bisa menyajikan suara
c. Media Audio
Media audiotermasuk media yang sudah memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan. Contoh dari media audio ini adlah kaset.Program kaset audio merupakan sumber yang cukup ekonomis karena biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan perawatan cukup murah. Beberapa kelebihan program audio adalah:

  • Materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah, jika diperlukan bisa digandakan  berkali‑kali sesuai jumlah yang dibutuhkan.
  • Untuk jumlah sasaran yang banyak, biaya produksi dan penggandaannya relatif murah
  • Jika diperlukan, rekaman dapat dihapus dan kasetnya masih dapat dipergunakan
  • Program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pelajaran dan sumber belajar yang berasal dari luar kelas/sekolah seperti: hasil wawancara, rekaman peristiwa, dan dokumentasi sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.

Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang bersifat auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara. Program audio mampu menciptakan suasana yang imajinatif dan membangkitkan sentuhan emosional bagi siswa di hati siswa. Adapun kelemahannya adalah:

  • Daya jangkaunya terbatas, tidak bisa didengarkan secara masal (kecuali disiarkan melalui radio)
  • Cenderung verbalistik karena semua informasi hanya disajikan melalui suara, sehingga sulit dipergunakan untuk menyajikan materi yang bersifat sangat teknis, praktek, dan eksak.

d.  Media video
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Jenis media audio visual lain misalnya film. Sebagian besar fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video. Biaya produksi dan perawatan video juga lebih murah. dibandingkan film. Pengoperasianyapun jauh lebih praktis. Sehingga tak heran bila media video lebih populer dan diminati dibandingkan media film. Oleh sebab itu saat ini media video telah banyak diproduksi untuk keperluan pembelajaran.
Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran di sekolah bukan lagi sesuatu yang aneh. Saat ini banyak sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan program video pembelajaran di sekolah. Sebagai media audio visual, video dapat menampilkan suara, gambar, dan gerakan, sekaligus. 

3. Penggunaan Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Salah satu ciri media pembelajaran adalah mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu peserta didik. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa sehingga media sering disebut media interaktif. Media digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa sehingga siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
Berikut prinsip – prinsip penggunaan dan pengembangan media pembelajaran menurut Taksonomi lesin dan kawan – kawan (1992) yaitu
1. Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirim dan mengomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat untuk mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya, media manusia dapat mengarahkan dan mempengarui proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar.
Media berbasis manusia memiliki dua teknik yang efektif yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala socrates. Langkah – langkah rancangan jenis pembelajaran ini adalah:

  1. Merumuskan masalah yang relefan
  2. Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang terkait untuk memecahkan masalah.
  3. Mengajarkan bahwa pengetahuan itu penting.
  4. Menuntun siswaa untuk bereksplorasi.
  5. Mengembangkan masalah
  6. Memberikan masalah baru untuk dipecahkan siswa.

2. Media berbasis cetakan
Media berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf dan penggunaan spasi kosong.
Pembelajaran berbasisi teks mulai popular pada tahun 1960 dengan istilah pembelajaran program(programed instruction) yang merupakan materi untuk belajar materi. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada tehs adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah.
3. Media berbasis visual
Media berbasis visual (image) atau perumpamaan memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isis materi pelajaran dengan kuliah nyata.
Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut.

  1. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram.
  2. Visual digunakan untuk menekankan informasi (sasaran yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
  3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.
  4. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
  5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep.
  6. Hindari visual yang tak berimbang.
  7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
  8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan  mudah dibaca.

4. Media berbasis audio-visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memperokdusinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan stori board yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian.
Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis kedalam  apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat menarik perhatian semua siswa.
5. Media berbasis komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai menejer dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai meneger dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama computer-managed intruction (CMI). Adapula peran komputer sebagai pembentu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.
BAB III
PENUTUP
1.  Simpulan
Media pembelajaran adalah media penyampai informsi atau pesan yang digunakan untuk memperjelas suatu materi yang akan di sampaikan. Jenis- jenis media pembelajaran di  kelompokkan berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, serta (8) media audio visual gerak.
Karakteristik media pembelajaran berbeda- beda tergantung dari jenis media. Antara media cetak, media audio, media visual memiliki karakteristik yang unik dan memiliki kelemahan dan keuntungan masing-masing.
2.  Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah jenis media pembelajaran masih jauh dari kata sempurna. Maka, kami menginginkan kritikan dan saran yang membangun sebagai perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Baca Juga: makalah jenis dan karakteristik media pembelajaran

Puisi Aku Malu Jadi Orang Indonesia

MALU AKU JADI ORANG INDONESIA (Karya Taufik Ismail)

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
buatlah parafrasa dari puisi malu aku jadi orang indonesia
analisis puisi aku malu jadi orang indonesia

II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
     Berikut Analisis Puisi Taufik Ismail ‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’ yang berhasil menampar pemimpin bangsa indonesia ketika itu. Dengan bahasanya yang sederhana dan lugas, dalam puisi malu aku jadi orang Indonesia pengarang menumpahkan kekecewaannya, kemarahannya dan mencoba mengingatkan kita bangsa Indonesia lewat puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
Beberapa pilihan bagus puisi Taufiq Ismail dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Read More: Penerapan Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia

Penerapan Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Penerapan Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia
Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:103) “Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia”.
Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang berlangsung dari sejak lahir sampai mati atau berlangsung seumur hidup. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah sebab, belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal hal-hal yang telah dipelajarinya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya dan tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan.
Tarigan (2008:14) menyatakan “keterampilan berbahasa terdiri atas empat jenis keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal, tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain”. Meskipun empat keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi dalam pengajaran dan pengevaluasiannya dapat dipisahkan, hal itu untuk mencapai hasil pengajaran masing-masing keterampilan tersebut dapat dicapai secara maksimal.
Untuk dapat mencapai keterampilan berbahasa , kurikulum pengajaran bahasa dewasa ini menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif adalah sebuah pendekatan yang menitikberatkan pada pemberian perhatian sistematis terhadap aspek-aspek fungsional dan struktural bahasa. Littlewood dalam Alwasilah (1996:3) menyatakan “keterampilan menulis yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat penting kedudukannya untuk menunjang terlaksananya pendekatan komunikatif dalam pengajaran berbahasa”.
Guru berperan sebagai pendidik, yaitu harus memiliki kewajiban untuk melakukan reformasi kelas (classroom reform) sehingga diberi otonomi untuk melakukan inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya. Dengan peran yang diberikannya, guru dengan leluasa untuk memahami, mengarahkan, dan mengembangkan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikimotorik. Dalam konsep itu tersirat bahwa peran seorang guru adalah sebagai pemimpin dan fasilitator belajar dan mampu menguasai berbagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Jadi guru berperan penting dalam proses pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan suasana kelas yang nyaman, sehingga pembelajaran akan berjalan lancar.
Salah satu metode pembelajaran aktif yaitu metode pembelajaran Scramble. Metode pembelajaran Scramble adalah metode pembelajaran yang menekankan pada latihan-latihan yang dikerjakan secara berkelompok dengan menggunakan kartu soal dan kartu jawaban yang nomornya diacak. Setiap kelompok ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal yang tersedia dan mencari jawaban yang sesuai dengan soal dalam kartu jawaban. Metode pembelajaran ini menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas VIII SMP Negeri, khususnya untuk meningkatkan kemampuan menulis eksposisi pada siswa, digunakan metode scramble wacana. Scramble wacana merupakan sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis dan bermakna. Melalui pembelajaran metode scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.
Dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble maka akan terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa sehingga tidak terjadi kebosanan dalam proses pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan menulis dan mengarang. SMP Negeri adalah sebuah SMP yang terletak di Kabupaten. Dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut, selama ini guru dalam menyampaikan materi cenderung menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran menulis, aktivitas guru cenderung hanya menyampaikan materi atau tema tulisan serta memberikan tugas menulis atau mengarang saja, sedangkan siswa hanya mengerjakan soal. Dalam hal ini, efektivitas dalam penyampaian materi kurang efisien, sehinggga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan dan membosankan.
Pada penelitian ini akan membandingkan metode pembelajaran Scramble dan metode pembelajaran konvensional, untuk mempermudah siswa dalam proses belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi siswa dalam sub pokok bahasan kemampuan menulis eksposisi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul : “Penerapan Metode Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan antara kemampuan menulis siswa yang diberi metode pembelajaran Scramble dengan kemampuan menulis eksposisi pada siswa yang diberi metode pembelajaran konvensional?

2.  Mana yang paling baik antara kemampuan menulis eksposisi pada siswa yang diberi metode pembelajaran Scramble dan kemampuan menulis eksposisi pada siswa yang diberi metode pembelajaran konvensional?


1.3  Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah dapat dilihat tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1.      Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kemampuan menulis eksposisi siswa yang diberi  metode pembelajaran Scramble dengan kemampuan menulis eksposisi pada siswa  yang diberi metode pembelajaran konvensional.
2.      Mengetahui mana yang paling baik antara kemampuan menulis eksposisi pada siswa yang diberi metode pembelajaran Scramble dan kemampuan menulis eksposisi pada siswa yang diberi metode pembelajaran konvensional.

1.4  Manfaat Penelitian
1.      Bagi Siswa
a.       Mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
b.      Melatih kerja sama siswa dalam berkelompok.
c.       Memudahkan siswa mencari jawaban.
d.      Mendorong siswa untuk termotivasi mengerjakan tugas yang diberikan.
2.      Bagi Guru
a.       Memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas dengan baik.
b.      Memberi motivasi kepada guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga diharapkan tidak mengalami kesulitan saat mengimplementasikan pembelajaran dengan metode pembelajaran Scramble.
3.      Bagi Sekolah
a.       Meningkatkan pelayanan pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa indonesia.
b.      Memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait dengan manfaat metode pembelajaran Scramble.
c.       Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa indonesia sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi pada siswa di sekolah.

1.5  Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.5.1  Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sesuatu yang sudah pasti kebenarannya sehingga tidak perlu dibuktikan lagi. Adapun anggapan dasar pada penelitian ini adalah kemampuan menulis eksposisi merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Negeri.

1.5.2  Hipotesis
Sebelum melakukan penelitian maka diperlukan pula rumusan hipotesis atau dugaan sementara. Dalam hipotesis terkandung nilai-nilai benar atau nilai-nilai salah. Menurut Arikunto (2006:257) menyebutkan hipotesis itu adalah suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah penerapan metode pembelajaran Scramble dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi Bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Negeri.

1.6  Definisi Istilah
Agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca maka perlu adanya penegasan istilah dalam penelitian ini. Penegasan istilah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut :
1.      Penerapan
Penerapan berarti pemasangan, pengenaan, perihal mempraktikan.
2.      Metode
metode adalah suatu perencanaan/suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran dalam tutorial
3.      Scramble
Scramble adalah sejenis permainan kata, di mana siswa harus menyusun kalimat yang telah diacak susunannya menjadi suatu paragraf yang tepat.
4.      Metode Scramble
Metode scramble adalah pembelajaran yang dapat dilakukan oleh 2 atau 4 orang dalam satu kelompok, dalam pembelajaran tersebut, siswa harus menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimat-kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu.
5.      Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan mutu (kualitas maupun kuantitas).
6.      Menulis
Menulis adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis.
7.      Eksposisi
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
1.7  Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini adalah:
1.      Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri, di mana pada kelas VIII diberikan pembelajaran menulis.

2.       Penelitian ini dibatasi hanya untuk mengukur kemampuan menulis eksposisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan metode scramble

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR
bercerita melalui media gambar
kemampuan siswa

1.1       Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan yang selalu dilatih dan dikembangkan dalam pembelajaran. Keempat aspek itu adalah (1) mendengar, (2) bebicara, (3) membaca, (4) menulis.Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga ketrampilan lainnya dengan cara beranekaragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melaui suatu hubungan urutan yang  teratur.
Tarigan,2005:1 Membaca sebagai suatu ketrampilan berbahasa mengatakan.”Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakn catur tunggal”. Keterampilan berbicara diperlukan untuk menyebarluaskan wawasan dan pengetahuan, sedangkan keterampilan lainnya diperlukan untuk memperluas mempublikasikan,dan menyebarluaskan sebuah gagasan.
Berbicara merupakan salah satu aspek yang besar pengaruhnya terhadap usaha pengembangan dan pembinaan keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini dibahas kemampuan berbicara. Plato Retarika mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan di dalam mengaplikasikan bahasa lisan yang merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna. Pada akhirnya berbicara merupakan usaha untuk mendapatkan sesuatu yang ingin kita sampaikan.
Berbicara juga merupakan interaksi langgsung dengan pendengar. Interaksi itu akan semakin baik apabila pembicara memiliki kemampuan berbicara yang baik pula. Pembicara yang memiliki kemampuan berbicara  yang baik akan mampu menyampaikan informasi dan ide-ide yang disampaikan pembicara, maka pembicara harus menguasai bermacam-macam teknik bebicara.
Tujuan pembelajaran berbicara adalah agar siswa mempunyai pemahaman yang baik dan sesuai dengan pesan yang disampaikan melalui media gambar dalam kegaiatan berbahasa di sekolah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman ini dilakukan sebagai kegiaatan pengembangan ketrampilan mendengar, mengembangkan wawasan serta pemahaman, dan daya cipta (Tarigan 1986:2) Program penyetaraan D.III Guru SLTP, Banda Ace:Unsyiah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan konsep pengembangan kompetensi dalam melakukan  tugas-tugas dengan standar tertentu. Kompetensi tidak hanya ada dalam tataran pengetahuan, tetapi kompetensi juga harus tergambar dalam pola prilaku. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat industri dan dunia kerja (Depdiknas, 2006:7) Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Di dalam KTSP, materi keterampilan berbahasa mendapat tempat yang berimbang dengan materi lainnya. Materi-materi tersebut jika dilihat dari aspek berbicara di antaranya mencakup ketrampilan menggunakan kata-kata yang tepat, menggunakan intonasi, dan mimik. Secara khusus pembelajaran berbicara difokuskan pada kemampuan menyampaikan informasi baik yang diperoleh melalui lisan maupun informasi yang diperoleh melalaui tulisan.
Media gambar adalah salah satu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis dan mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan petunjuk atau gambar. Media gambar diperliahatkan kepada siswa secara berkelompok sebelum guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan petunjuk atau hubungan dengan materi tersebut. Melalui media gambar, komponen utama yang digunakan adalah media gambar dalam mendukung proses pembelajaran. Metode ini menggunakan komponen gambar. Gambar merupakan contoh yang diberikan oleh guru, melalui media gambar yang harus dipahami oleh peserta didik.
Setiap sekolah baik itu SD, SMP, maupun tingkat yang lebih tinggi selalu berhadapan dengan proses belajar mengajar yang tidak lepas dari kegiatan berbicara. Bagi siswa, kegiatan berbicara merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu berbicara dalam berbagai kebutuhan untuk membantu proses penyerapan ilmu pengetahuan, sehingga mereka dapat belajar aktif, kreatif, memahami secara mendalam pembicaraan  yang didengar dan mampu membuat pertimbangan yang krisis terhadap topik yang di dengar. Untuk melatih keterampilan dan kemampuan pemahaman berbicara siswa, guru harus berusaha menerapkan teknik berbicara yang tepat dan model pembelajaran yang menarik, serta inovatif. Salah satu teknik yang digunakan untuk memahami pembicaraan adalah teknik bercerita gambar dengsn menggunakn media gambar.
Bercerita melalui media gambar merupakan salah satu materi memahami ragam berbicara yang terdapat dalam kompetensi dasar yang harus dicapai serta dikuasai oleh siswa kelas VIII. Kemampuan bercerita melalui gambar merupakan salah satu jenis kemampuan bercerita untuk memahami isi atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai yang tertera dalam gambar. Penggunaan media gambar dalam bercerita gambar dimaksudkan dapat bermamfaat untuk mengukur tingkat kemampuan siswa, melatih ketrampilan, dan kemampuan berbicara lebih mudah, seperti yang tercamtum di KTSP 2008.
Dalam Kurikulam Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP) 2008 yang salah satu standar kompetensiya memahami ragam wacana lisan dengan bercerita dengan menggunakn intonasi dan penggunaan kata yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negri. 
1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan umum masalah dalam penelitian ini adalah adakah kemampuan bercerita melalui media gambar pada siswa kelas VIII SMP Negri ?
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri bercerita melalui media gambar?
2)      Bagaimanakah hubungan penggunaan media gambar dengan kemampuan bercerita pada siswa kelas VIII SMP Negri?

1.3       Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penelian ini mempunyai tujuan umum Seperti dalam KTSP 2008 adalah sebagai berikut:
1)      Mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita
peningkatan kemampuan bercerita dengan menggunakan medai gambar pada siswa kelas VIII SMP Negri.
2)       Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMPN, bercerita melalui media gambar.
3) Mendeskripsikan hubungan penggunaan metode media gambar dengan kemampuan bercerita siswa kelas VIII SMP Negri. 

1.4       Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan berguna bagi peneliti sendri maupun orang lain. Dengan kata lain, manfaat penelitian merupakan hasil yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan. Pada dasarnya ada dua macam manfaat yang dapat diperoleh dari suatu penelitian, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatan kompetensi pembelajaran berbicara di sekolah dan dapat dijadikan acuan dan bahan referensi dalam memecahkan masalah secara ilmiah khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra.
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, pengajar, guru, dan siswa di masa yang akan datang. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam mengembangakan metode dan strategi belajar mengajar untuk kemampuan  pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dan dapat mengembangakan potensi yang ada pada diri sendiri. Bagi pengajar, dapat memberi sumbangan pikiran dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran masa yang akan datang, memperbaiki metode dan strategi mengajar agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan sehingga dapat menjadi suatu perbaikan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah pada umumnya.


1.5       Anggapan Dasar dan Hipotesis
                 1.5.1          Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu landasan tempat berpijak suatu penelitian .Anggapan dasar juga merupakan tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang diteliti (Arikunto, 2002:17) berpendapat anggapan dasar suatu yang diyakini kebenarannya. Hal ini menjadi ketidak ragu-raguan dalam penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian, penulis menetapkan anggapan dasar  sebagai berikut:
1)      Media gambar cocok digunakan dalam pembelajaran bercerita pada siswa kelas VIII SMPN.
2)      Pembelajaran bercerita yang diajarkan pada siswa pada siswa kelas VIII berdasarkan kurikulum yang diterapkan dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapi tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.

                 1.5.2          Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu penelitian. Hipotesis penelitian ini penulis tetapkan sebagai berikut: “Pembelajaran bercerita melalui media gambar pada siswa kelas VIII SMPN belum mampu di kategorikan nilai kurang yaitu     0 – 49” adanya permasalahan yang signifikan dari penggunaan metode media gambar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negri dalam bercerita.