GAMBARAN PRILAKU BIDAN TERHADAP PENGGUNAAN PARTOGRAF DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELIMA KECAMATAN DELIMA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2012

GAMBARAN PRILAKU BIDAN TERHADAP PENGGUNAAN PARTOGRAF

Gambaran Partograf
Penggunaan Partograf

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

     Menurut permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi praktik bidan dan memperhatikan kompetensi bidan yang di susun oleh ICM (Iternational Confederation of The Midwife) di bagi atas 9 kompetensi yaitu kompetensi keempat merupakan asuhan persalinan dan kelahiran yang termasuk dalam ketrampilan dasar yaitu dapat melakukan pemantauan persalinan dengan menggunakan partograf (Sofyan,2006).
     Berdasarkan data yang terkumpul oleh WHO, Angka kematian Ibu adalah sebesar 450 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian Ibu dan Bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002).
     Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup. Sesuai dengan target MDGS (Millenium Development Goals) hasil tersebut masih jauh diatas target yaitu Angka Kematian Ibu AKI (2015) 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1.000 kelahiran hidup (Anonymos, 2003).
     Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan. Sedangkan lamanya persalinan pada primigravida dari kala I sampai dengan kala III adalah 14,5 jam. Sedangkan pada multi lamanya persalinan adalah 7 ¾ jam (Manuba, 1998).
     Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit misalnya partus lama dalam persalinan sehingga dapat segera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap.
     Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat (Depkes RI, 2007).
     Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan di bidang partograf, kebidanan yang lainnya dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan. Adanya perubahan pradigma menunggu terjadinya dan menangani komplikasi menjadi pencegahan terjadinya komplikasi diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
     Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka upaya dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2007).
     Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan di Indonesia sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun, khususnya yang berlangsung di desa-desa. Para pendukung ini harus dimanfaatkan dan diajak kerja sama antara lain dengan melatih mereka dalam teknik asepsis dan pengenalan dini tanda-tanda bahaya, serta kemampuan pertolongan pertama dan mengetahui kemana rujukan harus dilakukan pada waktunya. Padahal pada saat ini pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000 orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
     Peningkatan kemampuan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal (Prawirohardjo, 2005).
     Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.
     Dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 08 Oktober 2012 di wilayah kerja Puskesmas Delima periode Januari sampai Oktober 2012, bahwa jumlah Ibu bersalin 212 orang pasien diantaranya jumlah Ibu bersalin tersebut yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yaitu RSU Sigli berjumlah 39 orang pasien, 1 diantaranya meninggal dunia disaat melakukan rujukan di RSU Sigli dan jumlah kematian bayi adalah 10 orang bayi, 2 diantaranya KJDK (Kematian Janin Dalam Kandungan). Hal ini terjadi karena sebagian bidan di Puskesmas Delima tidak tepat waktu dalam menggunakan alat Partograf pada saat pertolongan persalinan, tetapi mereka menggunakan atau mengisi partograf setelah persalinan selesai.
     Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Ibu bersalin yang ditolong oleh bidan diwilayah kerja Puskesmas Delima periode Januari-Oktober cukup tinggi yaitu 174 orang (82%). Dengan jumlah bidan yang ada di wilayah kerja puskesmas delima sebanyak 30 orang bidan (diantaranya 10 orang bidan PNS, 16 Bidan PTT, 4 orang Bidan bakti).
     Dengan adanya hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2012”.

1.2 Rumusan Masalah

     Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2012”?.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

     Untuk menghindari kekaburan dan luasnya permasalahan, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian tentang Gambaran Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2012 ditinjau dari segi Pengetahuan, Pendidikan dan Masa Kerja Bidan terhadap penggunaan Partograf dalam pertolongan persalinan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

     Mengetahui Gambaran Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk Mengetahui Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie ditinjau dari segi Pengetahun.
  2. Untuk Mengetahui Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie ditinjau dari segi pendidikan.
  3. Untuk Mengetahui Prilaku Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Delima Kecamatan Delima Kabupaten Pidie ditinjau dari segi masa kerja.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah :

1.5.1 Untuk Peneliti

  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan yang pada akhirnya dapat menambah bekal ilmu dibidang kebidanan.
  2. Dapat menambah wawasan dari pengetahuan serta dapat mengaplikasikan semua ilmu yang peneliti dapatkan selama ini.

1.5.2 Untuk Institusi

  1. Untuk institusi Pendidikan dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti lainnya.
  2. Untuk Dinas Kesehatan dapat memberikan informasi kepada kepala Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan Program Kesehatan Ibu dan Anak untuk menekan faktor penyebab lajunya kemaian Ibu dan Bayi.

1.5.3 Untuk Lokasi Penelitian

  1. Untuk Puskesmas dapat dijadikan bahan masukan untuk perencanaan program KIA pada masa yang akan datang.
  2. Dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan pengetahuannya tentang penggunaan partograf dalam pertolongan persalinan.
Read More: GAMBARAN RINITIS ALERGI TERHADAP PENURUNAN KUALITAS HIDUP

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »