Kurikulum Tahun 1975

BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
     Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan “alat kunci” dalam proses pendidikan formal. Tidak mengherankan apabila alat ini selalu dirombak atau ditinjau kembali untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman. Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia. 
pembelajaran tahun 1975
kurikulum pembelajaran tahun 1975
     Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. 
1.2 Rumusan Masalah 
  1. Bagaimana konsep kurikulum 1975? 
  2. Bagaimana implementasi kurikulum 1975? 
  3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 1975? 
1.3 Tujuan 
     Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah kurikulum tahun 1975 adalah sebagai berikut: 
  1. Dapat mengetahui konsep kurikulum 1975 
  2. Dapat mengiplementasikan kurikulum 1975 
  3. Dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan kurikulum 1975 
1.4 Manfaat 
     Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, penulis mendapatkan beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: 
  1. Untuk mengetahui konsep kurkulum 1975 
  2. Untuk mengetahui implementasi kurikulum 1975 
  3. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan kurikulum 1975 
BAB II 
LANDASAN TEORI 

2.1 Kurikulum 1975 

1. Pembakuan Kurikulum 1975 
     Setiap tahun 1975, disekolah-sekolah di Indonesia berlaku berbagai macam kurikulum. Pada tingkat Sd berlaku kurikulum 1968, kurikulum PKPM ( Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) dan kurikulum menurut sistematika buku-buku pelajaran yang dihasilkan oleh proyek pengadaan buku SD. Pada tingkat SMP berlaku kurikulum 1968 dan kurikulum menurut sistematika bulu-buku pelajran hasil proyek pengadaan buku SMP. Demikian pula pada tingkat SMA, selain kurikulum 1968 yang dihasilkan oleh proyek pengadaan buku, berlaku pada kurikulum lain yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan kurikulum tertentu. Disamping itu, pada sejumlah PPSP di Indonesia sedang dikembangkan pada kurikulum sekolah pembangunan. Kurikulum sekolah pembnagunan ini, setelah dilaksanakan dan disempurnakan di PPSP, secara bertahap akan disebarkan di sekolah-sekolah biasa. 
     Melihat adanya kenyataan-kenyataan diatas, maka perlu adanya peninjauan dan pengaturan kembali kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia, yang disamping berfungsi untuk memadu berbagai jenis kurikulum yang ada juga sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran kurikulum sekolah pembangunan pada masa yang akan datang. Pertimbangan –pertimbangan inilah yang kemudian mendorong dimulainya kegiatan pembakuan kurikulum SD, SMP dan SMA di Indonesia yaitu (a) kurikulum 1975 dan (b) kurikulum yang sedang dikembangkan di PPSP. 

2. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum 1975 

     Sebagaimana halnya kurikulum PPSP, dalam membangun kurikulum 1975 digunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain kurikulum 1975, dikembangkan dengan berpedoman pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, dari tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, sampai dengan tujuan instruksional. 
3. Isi kurikulum 1975 
     Isi kurikulum 1975 juga disusun dalam bentuk bidang pengajaran atau bidang-bidang studi sebagai pengganti mata-mata pelajaran, sebagaimana halnya pada kurikulum PPSP. Jadi kurikulum 1975 juga mengenal bidang studi IPA, IPS, kesenian dan sebagianya, dan buku Biologi, Fisika, Sejarah dan sebagainya sebagaimana halnya pada kurikulum 1968 yang lalu. 
4. Organisasi Kurikulum 1975
     Lama pendidikan pada Sekolah Dasar, SMP, dan SMA masih tetap, yaitu 6 tahun untuk SD, 3 tahun untuk SMP dan 3 tahun untuk SMA. Dengan kata lain, pola penjenjangan masih 6-3-3. Pada Sekolah Dasar berlaku system catur wulan, sedangkan pada SMP dan SMA berlaku system semesteran. 
     Pada Sekolah Dasar hanya terdapat satu jenis program yang wajib diikuti oleh semua murid, yaitu meliputi 9 bidang studi yaitu: 
  1. Agama 
  2. Pendidikan Moral Pancasila 
  3. Bahasa Indonesia 
  4. Ilmu Pengetahuan Sosial 
  5. Matematika 
  6. Ilmu Pengetahuan Alam 
  7. Olahraga dan Kesehatan 
  8. Kesenian 
  9. Keterampilan 

2.2 Implementasi Kurikulum 1975 

1. Cara Penyampaian Pengajaran kurikulum 1975
     Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian pengajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana halnya modul, satuan pelajaran ini juga berbentuk satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil. Bedanya dari modul adalah bahwa satuan pelajaran disusun dan digunakan oleh guru dalam memberikan pengajaran, sedangkan modul sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa. Oleh karena itu program satuan pelajaran tidak lengkap program modul, sekalipun pokok-pokok bahannya sama. Di samping itu, mengingat satuan pelajaran digunakan oleh guru sedangkan modul sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa, sistem satuan pelajaran masih menggunakan sistem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan sebaliknya sistem modul sudah mengarah kepada sistem pengajaran secara individual, dimana peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa. Penjelasan lebih lanjut mengenai satuan pelajaran dan perbedaannya dengan modul akan diberikan secara khusus dalam buku yang akan datang. 
     Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan pelajaran disusun dengan menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan nama PPSI, singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional, yaitu langkah-langkah dalam mengembangkan program pengajaran. Penjelasan yang lebih terperinci mengenai PPSI ini juga akan diberikan secara khusus dalam bab yang akan datang. Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan pelajaran disusun dalam menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan PPSI. 
2. Cara Penilaian dalam kurikulum 1975
     Cara penilaian pada kurikulum 1975 pada dasranya sama dengan cara penilaian pada PPSP. Disamping penilaian pada cara akhir setiap catur wulan/semester, dilakukan pula penilaian secara teratur pada akhir setiap satuan program yang lebih kecil, dalam hal ini pada akhir setiap satuan pelajaran. Bila banyak murid atau siswa yang belum memahami bahan yang diberikan dalam suatu pelajaran, guru akan memperbaiki cara (metode) dalam menyajikan bahan tersebut. 

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 1975 

     Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan, pendekatan integrative, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem juga merupakan tonggak pembaharuan yang lebih nyata dan lebih mantap dalam sistem pendidikan nasional yang dimaksudkan mencapai keselarasan, meningkatakan efisiensi dan efektifitas pengajaran, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Adapun kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1975 adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan dari Kurikulum 1975 
  1. Berorientasi pada tujuan 
  2. Mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa 
  3. Relevan dengan kebutuhan masyarakat 
  4. Menggunakan pendekatan psikolog 
  5. Menekankan efektivitas dan efisiensi 
  6. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor – faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program. 
  7. Prinsip berkesinambungan 
2. Kelemahan dari Kurikulum 1975 
  1. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik 
  2. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah 
  3. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang. 
  4. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. 
  5. Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah. 
  6. Kurikulum 1975 berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru. 
  7. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas. 

2.4 Karakteristik Dari Kurikulum 1975 

     Usia pelaksanaan kurikulum sebelumnya tidak lama, kemudian berganti dengan kurikulum 1975. Terlepas apakah ini merupakan upaya pembenahan dalam dunia pendidikan atau tidak. hasil kajian mendalam terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah, para ahli, dan praktisi pendidikan melakukan inovasi dan uji coba terhadap model desain pembelajaran yang pada akhirnya terakumulasi dalam perwujudan kurikulum 1975. Hal tersebut menjadi kenyataan bahwa bongkar pasang kurikulum di negeri ini merupakan kebiasaan. Kurikulum ini lahir didasarkan pada keputusan MPR No. II/MPR/1973. Kurikulum selanjutnya tidak digunakan karena kurikulum sebelumnya didasarkan kepada Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran No. 4 Tahun 1950, TAP MPRS No. II Tahun 1960, dan keputusan-keputusan lain. Dengan demikian, adanya TAP MPR baru membutuhkan sebuah kurikulum baru yang kemudian dinamakan kurikulum 1975. 
     Inti dasar tujuan kurikulum 1975 adalah konsep pendidikan ditentukan dari pusat, para pengajar tidak perlu berpikir membuat konsep sendiri bagaimana pola pengajaran yang baik harus digelar dalam kelas. Namun, kurikulum tersebut tidak begitu lama digunakan sebab dianggap tidak konstruktif dalam proses pendidikan yang mencerdaskan sehingga muncul keinginan dari pemerintah pusat untuk menggantinya dengan kurikulum baru. Hal ini dikarenakan pendidikan perlu ditempatkan secara arif dan bijaksana dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial. Pendidikan bukan milih pemerintah atau penguasa, tetapi menjadi bagian integral dari bangsa sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diserahkan kepada masyarakat. 
Karakteristik Kurikulum 1975 adalah: 
  1. Menganut pendekatan berorientasi tujuan-tujuan. Ini berarti bahwa setiap guru harus mengetahui secara jelas tujuan yang harus dicapai oleh para murid di dalam menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut. 
  2. Menganut pendekatan integratif dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan-tujuan yang lebih akhir. 
  3. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini tidak hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya melainkan juga kepada bidang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah, Geografi. Ekonomi) dan Pendidikan Agama. 
  4. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya dan waktu yang tersedia pada jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan begi kegiatan-kegiatan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dilakukan di luar situasi sekolah (guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan). 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
     Kurikulum adalah bagian penting pendidikan dimana kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam hal ini, pendidik adalah suatu media penting untuk mengatur dan mengembangkan potensi siswa didalam sekolah untuk lebih aktif dan kreatif dalam menumbuhkan bakat dan minat peserta didik didalam perkembangan kurikulum. Sehingga peserta didik mampu menjadi warga negara yang produktif yang ikut berpartisipasi dalam perkembangan dan kemajuan negaranya, khususnya didalam dunia pendidikan. Karena, generasi muda adalah aset bangsa yang tak ternilai. Namun, didalamnya juga butuh kerjasama dalam penerapan pola kurikulum yang juga tak terlepas dari memanajemen pendidikan itu sendiri untuk memperoleh hasil yang optimal. 
3.2 Saran 
Diharapkan dengan adanya makalah kurikulum tahun 1975 agar kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang tentu saja memiliki keinginan untuk memajukan bangsa dan negaranya akan terus berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkannya. 
DAFTAR PUSTAKA
Hendyat Soetopo. Wasty Soemanto. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara
Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung 1998
Setianingsih, Dari. 2011. Analisis Kurikulum Pendidikan di Indonesia. Artikrl. http://darisetianingsih.wordpress.com/2011/06/19/analisis-kurikulum-di-indonesia/
Sumarno, Alim. 2011. Perubahan Kurikulum di Tengah-Tengah Globalisasi. Artikel. http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/perubahan-kurikulum-di-tengah-mitos-globalisasi
Yamin. Moh. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan (Panduan Menciptakan Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Kurikulum yang Progresif dan Inspiratif). Jogjakarta: Diva Press.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »