makalah komunikasi terapeutik pasien gangguan jiwa

Komunikasi Terapeutik dan Strategi Pelaksanaan Dalam Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN JIWA
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
perawatan terapeutik pasien jiwa
komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa
Adapun tujuan komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa adalah:
  1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
  2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya;
  3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa adalah:
  1. Pasien harus merupakan fokus utama dari interaksi
  2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
  3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik
  4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
  5. Kerahasiaan klien harus dijaga
  6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
  7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
  8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
  9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
  10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
Berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
  1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
  2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
  3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Komunikasi dengan pasien penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa teknik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
  1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
  2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
  3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
  4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.
Kesehatan jiwa sering berpijak dalam beberapa komponen, beberapa komponen tersebut adalah:
  1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang - orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi stressor.
  2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
  3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami Harga Diri Rendah.
  4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini adalah ideal diri rendah.
  5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
  6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
  7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis anak.
  8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara kembar peluang nya 50 %.
  9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung munculnya gangguan jiwa.
  10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
  11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
  12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat ditekan sekecil mungkin.

Strategi Pelaksanaan Keperawatan Dalam Komunikasi Terapeutik pada pasien gangguan jiwa

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
  1. Klien  Mengungkapkan keinginan bunuh diri
  2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
  3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
  4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
  5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
  6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
  7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
b). Data Objektif (DO)
  1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh)
  2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
  3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
  4. Status perkawinan yang tidak harmonis
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri 
3. Tujuan Khusus 
  1. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
  2. Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari
  3. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan
4. Tindakan Keperawatan
Memberikan manajemen koping

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP Prolog:

Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama tuan T, masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih apabila diajak bicara menjawab “ segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga berusaha menyingkirkan benda- benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien dan selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.
Percakapan
1. Fase Perkenalan 
a). Salam terapeutik 
P : “ Selamat pagi, Bapak!”
K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien
b). Perkenalan diri perawat dan klien
Perawat : “Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi . Bapak bisa panggil saya Izzah. Kalau boleh tahu nama bapak siapa?”
K : “heksa “
P : “ Oh, dengan Bapak heksa. Bapak senang dipanggil apa?”
K : “terserah”
P   : “Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?”
K : “hm”
c). Menyepakati pertemuan
P : “ Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya sekitar … menit, bagaimana?”
K : “hm”
P : “ Mas heksa ingin kita mengobrol dimana?”
K : “ di sini aja” 
d). Melengkapi identitas
P : “ Baiklah mas heksa, kami adalah mahasiswa Poltekkes Keperawatan Surabaya yang bertugas diruangan ini. Kami perawat yang akan membantu merawat mas. Hari ini sampai 2 hari yang akan datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB nanti.”
K : “hm”
e). Menjelaskan peran perawat dan klien 
P : “ Disini saya berperan merawat mas heksa untuk memberikan solusi agar masalah yang dialami mas heksa bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami mas heksa bisa hilang. ”
K : “kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?”
P  : “bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya menyelesaikan tugas kami dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini”
K  : “ Bukan urusan kamu”
f). Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
P : “Apakah mas heksa tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat melakukan aktifitas seperti biasanya?”
K : “iya, pengen”
P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung jawab kami. Dan kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya mas heksa dapat melakukan aktifitas seperti biasanya minimal mas heksa bias mereedam rasa emosinya”
K : “hm” 
g). Harapan perawat dan klien 
P : “ mas heksa, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi harapan mas heksa juga akan menjadi harapan kami. Karena itu, semua hal yang menjadi keluhan mas heksa, bisa mas heksa sampaikan kepada kami.” 
K : “hm” 
h). Kerahasiaan 
P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.” 
K : Beneran? 
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.
i). Tujuan Hubungan
P : “ Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita. Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal mungkin dan memberikan hasil terbaik untuk kami dan terutama mas heksa. Bagaimana, mas?”
K : “Ya”
j). Pengkajian keluhan utama
P : “ Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa yang mas heksa rasakan saat ini?”
K : “saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada gunanya”
P : “ memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin mati apa mas?”
K : “ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”
P : “lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas heksa?
K : “hilang, ditelan bumi”
P  : “apa mas heksa memberhentikan diri dari pekerjaan mas heksa?”
K : “dipecat”
P : “Berarti mas dulu bekerja?
K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu dan adik saya uang
P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan yang mengatur. Apa mas percaya akan hal itu? .”
K: “hm”
P: Nah.. bagus kalo mas heksa paham, berarti mas heksa tidak perlu untuk merasa capek hidup, atau mas heksa meminum minuman beracun atau berusaha menyayat nyata tangan mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas heksa, kan nanti badan mas heksa sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm…. Iya juga sih”
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah.. kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas heksa harus semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa hobinya apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung”
P: “oooh iya iya… naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa sudah merasa lelah atau stresss mas heksa bisa main bola.. atau mengobrol sama teman teman.
K : “gitu?”
P : “iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang”
K : “ya”
« Kontrak yang akan datang 
P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?
K : “hm”
Waktu 
P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?” 
K : “terserah”
P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
P : “ya”
Tempat 
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?” 
K : “sini”
P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa. Kami  permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di tempat ini ya 
K : “hm”
2. Fase Orientasi 
a). Salam terapeutik 
P : “ Selamat pagi, mas heksa!” 
K : “pagi”
b). Validasi data 
P : “ Bagaimana perasaan mas heksa sejak kemarin setelah kita bertemu?” 
K : .”fine” 
P : “ apakah perasaan mas heksa lebih tenang?” 
K : .”iya, lumayan lah”
c). Mengingatkan kontrak Topik 
P : “ Bagaimana mas, apakah masih ingat dengan kegiatan yang kita rencanakan kemarin?” 
K : “ingat”
Waktu 
P : “ Apakah mas heksa masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita rencanakan dimulai?” 
K : “09:30 WIB”
Tempat 
P : “ Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa masih ingat?” 
K : “di sini”
P : “ Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.” 
K : “ya dongssssss”
Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan? 
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong? 
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?
P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju, peralatan bola atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas..  apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya ingin bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat, atau teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah terlantar.
K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Fase Terminasi 
Salam terapeutik
P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas heksa sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau mas heksa perlu bantuan, mas heksa  bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat pulang dan beraktifitas ” “ Selamat pagi, mas!”
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »