Bio Teknologi Pertanian

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

Bioteknologi Pertanian adalah
Bioteknologi Pertanian

KATA PENGANTAR MAKALAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat dan hidayah – Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah "Bioteknologi Pertanian" yang sederhana ini, dan selawat serangkai salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia kejalan kebenaran, sehingga menjadi manusia beriman dan berkeperibadian. Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami kekurangan, baik keterbatasan literatur, sarana dan prasarana yang dibutuhkan maupun karena keterbatasan pengetahuan saya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata saya memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat kepada kita semua. Amin Ya Rabbal A’lamin.

Latar Belakang Bioteknologi Pertanian

Indonesia merupakan negara agraris yang menitik-beratkan pembangunannya pada sektor pertanian. Namun, berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) hingga kini kebutuhan beras masih lebih tinggi daripada produksi nasional sehingga saat ini Indonesia masih perlu mengimpor beras, bahkan pernah mencapai volume 5,8 juta ton. Kondisi ini menyebabkan Indonesia pernah menjadi negara agraris pengimpor beras terbesar di dunia. Volume impor produk-produk pertanian lainnya juga mengalami peningkatan. Impor jagung misalnya dari 298.236 ton (1998), 591.056 ton (20% dari kebutuhan, 1999) menjadi 1.199.322 ton (60% dari kebutuhan, 2000). Impor gandum sebesar 3,58 juta ton, kedelai sebesar 1,27 juta ton, gula pasir sebesar 1,7 juta ton. Data BPS juga menunjukkan bahwa pada tahun 2001 Indonesia mengimpor 0,8 juta ton kacang tanah, 0,3 juta ton kacang hijau, bahkan 0,9 juta ton gaplek.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas pertanian di Indonesia. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Bappenas (2002) salah satu penyebabnya adalah berkurangnya luas lahan pertanian di Indonesia. Penyebab lain menurut Adi (2003) adalah menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia akibat erosi, residu bahan kimia seperti herbisida dan pestisida, dan pencemaran logam berat. Serangan hama dan penyakit yang masih sulit dikendalikan, seperti busuk pangkal batang sawit ( Gonoderma sp) dan Penggerek Buah Kakao (PBK), juga merupakan salah satu kendala yang mengancam dunia agribisnis di Indonesia.
Kondisi ini bertolak belakang dengan negara-negara industri maju yang bukan negara agraris. Sebagai contoh, Amerika memproduksi sekitar 42,8 % dari total produksi kedelai dunia pada tahun 2001/2002 dengan volume 78,67 juta ton. Indonesia pada tahun 2001 hanya menghasilkan 0,82 juta ton kedelai. Produktivitas kedelai Indonesia juga jauh lebih rendah daripada produktivitas kedelai di negara industri. Produkvititas kedelai di AS adalah 2,66 ton/ha, sedangkan di Indonesai 1,2 ton/ha atau hanya 45%-nya (Pakpahan, 2004). Itu semua dapat terjadi karena negara industri maju menerapkan pertanian berbasis bioteknologi ( Biotechnological Agriculture ).
Perkembangan pertanian berbasis bioteknologi bukan pada komoditasnya, misalnya kelapa sawit, melainkan teknologi yang dapat menciptakan sifat-sifat kelapa sawit yang unggul seperti yang diinginkan oleh komsumen. Pertanian berbasis bioteknologi ini sebagian besar merupakan output dari perusahaan-perusahaan besar. Data dari USDA menyebutkan bahwa sejak 1976 – 2000 jumlah paten produk bioteknologi telah mencapai 11.073 buah. Sepuluh perusahaan besar yang menerima paten terbanyak dalam bidang bioteknologi di AS adalah Monsanto Co., Inc (674 paten), Du Pont, E.I. De Nemours and Co. (565 paten), Pioner Hi-Bred International, Inc. (449 paten), USDA (315 paten), Sygenta (284 paten), Novartis AG (230 paten), University of California (221 paten), BASF AG (217 paten), Dow Chemical Co. (214 paten), dan Hoechast Japan Ltd. (207 paten. Sebagian dari produk-produk bioteknologi tersebut juga sudah beredar di Indonesia.
Bioteknologi menawarkan suatu solusi untuk mengembangkan pertanian di Indonesia. Banyak penelitian-penelitian bioteknologi yang telah dilakukan. Namun, sangat jarang yang berhasil menjadi sebuah produk yang siap dikomersialkan dan dipergunakan oleh petani. Banyak penelitian-penelitian bioteknologi yang hanya menjadi makalah dalam seminar atau artikel di dalam jurnal-jurnal ilmiah. Sebagian menjadi produk yang setengah jadi atau belum siap dikomersialkan dan sebagian lagi gagal dalam komersialisasi. Sosialisasi produk bioteknologi juga telah banyak dilakukan. Namun, dari sosialisasi itu produk bioteknologi hanya sampai pada petani, tetapi tidak sampai di lahan petani. Makalah ini menyajikan secara ringkas komersialisasi produk bioteknologi yang didasarkan pada pengalaman penulis senior.

Rumusan Masalah Makalah Bioteknologi Pertanian

  1. Pengertian Bioteknologi
  1. Pengertian Bioteknologi Pertanian
  1. Tantangan Aplikasi Bioteknologi Pertanian di Pedesaan Indonesia
  1. Tanaman Trangesik, Peluang Sekaligus Ancaman Bioteknologi Pertanian di Indonesia


Tujuan Penulisan Makalah Bioteknologi Pertanian

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah, serta untuk wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Bioteknologi Pertanian.

Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003).
Dengan definisi tersebut bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru. Dimulai dari nenek moyang kita, pemanfaatkan mikroba telah dilakukan untuk membuat produk-produk berguna seperti tempe, oncom, tape, arak, terasi, kecap, yogurt, dan nata de coco . Hampir semua antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-enzim yang dipakai untuk membuat sirop fruktosa hingga pencuci pakaian. Dalam bidang pertanian, mikroba penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba pelarut fosfat telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi limbah dan kotoran.

Pengertian Bioteknologi Pertanian

a.       Peningkatan Kualitas Bahan Tanam

Padi yang berjejer rapi di sawah-sawah pedesaan bukan merupakan sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi merupakan hasil dari kerja keras nenek moyang kita selama beberapa abad. Selama beradab-abad manusia telah membudidayakannya dengan menyilangkan dan menyeleksinya dari tanaman galur liar hingga diperoleh galur padi seperti yang ada saat ini. Dalam pekerjaan penyilangan dan penyeleksian tersebut sesungguhnya manusia telah melakukan transaksi gen (pertukaran bahan genetik) dari berbagai macam kerabat liar menjadi tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti produksinya tinggi, masa panen singkat, berasnya pulen, tahan wereng, dan lain-lain. Hal yang sama terjadi pada produk-produk pertanian, peternakan, dan perikanan yang merupakan hasil transaksi gen selama berabad-abad.
Transaksi gen dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan hasil yang sulit diprediksikan. Bioteknologi menawarkan cara alternatif baru dalam transaksi gen dalam waktu yang relatif singkat dengan hasil yang lebih dapat diprediksikan. Metode konvensional transaksi gen dilakukan pada taraf organisme, sedangkan bioteknologi melakukan transaksi gen pada taraf sel atau molekuler. Bahkan bioteknologi mampu menembus batasan taksonomi yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan cara konvensional.
Peningkatan kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdasarkan pada empat kategori peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap stress lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Kelompok peneliti yang diketuai oleh Dr. Ingo Potrykus telah berhasil memasukkan dan mengekspresikan dua gen penting dalam pembentukan provitamin A di dalam endosperma padi (Ye et. al., 2000). Padi yang dihasilkan berwarna kuning karena mengandung ß-Karoten dan dikenal dengan ” Golden Rice ”. Rekayasa genetika ini dapat membantu mengurangi gangguan kebutaan dan gangguan kesehatan lain yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A yang banyak terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang.
Penggunaan pestisida oleh petani di pedesaan sudah sangat berlebihan. Residu pestisida yang tertinggal tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang memakannya. Perakitan tanaman yang resisten terhadap hama tertentu dapat mengurangi secara signifikan penggunaan pestisida dan biaya perawatan (Carpenter dan Gianessi, 2001). Contoh tanaman transgenik yang resisten terhadap hama adalah jagung Bt dan kapas Bt, yaitu tanaman yang telah memiliki gen Cry IA yang mematikan jenis hama tertentu.
Perakitan tanaman untuk mengatasi stres lingkungan saat ini telah banyak dilakukan. Sebagai contoh, untuk mengatasi cekaman Al di tanah-tanah masam saat ini tengah dirakit kedelai yang tahan cekaman Al oleh sekelompok peneliti yang diketuai Dr. M.Yusuf dari IPB. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) melakukan penelitian untuk merakit tanaman tebu yang tahan terhadap cekaman kekeringan.

b.      Biofertilizer dan Biodecomposer

Daya dukung sebagian lahan pertanian, terutama di lahan-lahan marginal tergolong rendah sebagai akibat dari rendahnya bahan organik tanah. Bahan organik tanah sebagai sumber energi sangat penting artinya bagi aktivitas mikroba tanah. Sebagian dari mikroba tanah tersebut sangat berperan dalam mekanisme efisiensi pelarutan unsur hara di dalam tanah, baik hara yang berasal dari tanah maupun yang dari pupuk. Oleh karena kadar bahan organik yang rendah, maka aktivitas mikroba tersebut juga rendah. Akibatnya, pupuk kimia yang diberikan ke tanah untuk tanaman, sebagian besar terbuang oleh proses pencucian, penguapan, dan fiksasai. Oleh karena itu, apabila aktivitas mikroba tanah dan/atau bahan organik tanah ditingkatkan, maka efisiensi penyediaan unsur hara dapat ditingkatkan.
Pemanfaatan mikroba tanah untuk pertanian telah dimulai sejak abad ke 19, yaitu pemanfaatan mikroba penambat nitrogen untuk meningkatkan kandungan hara N di dalam tanah. Mikroba tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer adalah mikroba pelarut hara, penambat hara, pengikat hara, dan/atau pemantap agregat. Pada dasarnya biofertilizer bukan pupuk dalam pengertian konvensional, seperti urea, SP36, atau MOP, sehingga aplikasinya tidak dapat menggantikan seluruh hara yang dibutuhkan tanaman (Goenadi et. al., 1998). Aplikasi biofertilizer ke dalam tanah, dapat meningkatkan aktivitas mikroba di dalam tanah, sehingga ketersediaan hara berlangsung optimum dan dosis pupuk konvensional dapat dikurangi tanmpa menimbulkan penurunan produksi tanaman dan tanah. Salah satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000 206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai perusahaan perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1999).
Kandungan bahan organik tanah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik limbah pertanian yang telah terdekomposisi (kompos) ke dalam tanah. Proses dekomposisi memerlukan secara alami waktu yang lama (3-6 bulan). Proses dekomposisi dapat dipercepat melalui pengecilan bahan baku dan pemberian aktvator dekomposisi ( Biodecomposer ) (Goenadi, 1997). Pemanfaatan biodecomposer dapat mempercepat proses pengomposan menjadi 2-3 minggu. Selain itu, sebagian mikroba bahan aktif biodecomposer yang masih tertinggal di dalam kompos juga berperan sebagai musuh alami penyakit jamur akar atau busuk pangkal batang.

c.       Biokontrol dan Bioremediasi

Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Bauveria bassiana untuk mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp). Biokontrol tidak selalu menggunakan mikroba sebagai bahan aktinya, Puslit Kopi dan Kakao di Jember saat ini tengah mengembangkan semut hitam untuk mengendalikan hama Penggerek Buah Kakao (PBK). Keuntungan pemanfaatan biokontrol untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi pestisida yang tidak ramah lingkungan.
Salah satu penyebab menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia adalah bayaknya residu bahan kimia sintetik, seperti herbisida. Menurut data dari FAO (1998) penggunaan herbidisa di Indonesia pada tahun 1996 sebesar 26.570 ton. Jumlah ini meningkat sebesar 395% jika dibandingkan pengunaa herbisida pada tahun 1991 (6.739 ton). Upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terkena polusi herbisida tersebut telah dilakukan. Salah satu teknologi alternatif untuk tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi . Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutann secara biologi dalam kondisi terkendali. Penguraian senyawa kontaminan ini umumny melibatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri). Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara: (i) menggunakan mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), (ii) memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi dan aerasi (biostimulasi), (iii) penambahan mikroorganisme (bioaugmentasi) (Sulia, 2003).

d.      Peternakan dan Perikanan

Bioteknologi juga telah melakukan beberapa terobosan penting dalam dunia peternakanan dan perikanan. Salah satu keberhasilan yang beberapa waktu lalu cukup mengemparkan dunia adalah keberhasilan Dr. Ian Helmut mengkloning domba yang dikenal dengan ”Dolly”. Keberhasilan ini membuka peluang bagi dunia peternakan untuk mengembangbiakan tenak dengan sifat-sifat yang relatif seragam. Keberhasilan lain adalah rekayasa genetik untuk meningkatkan efisiensi metabolisme ternak/ikan, seperti peningkatan penyerapan pakan, peningkatan kualitas daging, dan produksi susu (Huttner, 2003).

TANTANGAN APLIKASI BIOTEKNOLOGI DI PEDESAAN INDONESIA

Petani di pedesaan pada umumnya adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah dengan pola pikir yang sederhana. Petani pada umumnya agak sulit untuk menerima dan mempraktekkan teknologi baru seperti bioteknologi pertanian tanpa menyaksikan dan mempraktekan sendiri. Aplikasi bioteknologi pada petani di pedesaan memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan dilakukan secara terus menerus. Ada semacam keraguan bahwa bioteknologi dapat diterapkan dengan sukses di pedesaan oleh petani. Pendapat ini tentunya dilandasi oleh asumsi bahwa bioteknologi merupakan cara atau teknik yang rumit.
Bioteknologi dapat berupa teknik yang sederhana seperti fermentasi tempe atau memerlukan teknik-teknik yang rumit dengan biaya besar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merakit produk bioteknologi untuk diaplikasikan di pedesaan adalah bahwa serumit apapun proses perakitannya hasil akhir dari proses tersebut harus sesederhana mungkin ( user friendly ). Petani sebagai pengguna bioteknologi dapat dengan mudah mempraktekkannya. Bagi petani hal terpenting adalah bahwa aplikasi bioteknologi dapat menciptakan efisiensi dan peningkatan keuntungan usaha taninya.
Progresifitas usaha tani di pedesaan hanya mungkin berlangsung optimal jika teknologi maju yang diciptakan di perkotaan segera ditransfer ke lahan petani. Tanpa upaya-upaya yang intensif dan konsisten jurang antara kemajuan teknologi dan produktivitas pertanian di pedesaan tidak akan pernah dapat terjembatani. Kemampuan kewirausahaan berbasis teknologi ( Technopreneurship ) menjadi sangat penting untuk secara terus-menerus dibina dikalangan para petani sebagai pelaku usaha di bidang agribisnis.

Tanaman Transgenik, Peluang Sekaligus Ancaman Bioteknologi Pertanian Indonesia

Tanaman transgenik menjanjikan potensi keuntungan bagi pelaku agribisnis, namun di sisi lain memberikan gambaran suram bagi pemerhati lingkungan karena ternyata ada bahaya ekologis yang patut menjadi perhatian semua pihak.
Yang dimaksud dengan tanaman transgenik adalah tanaman hasil rekayasa genetika dengan upaya pemanfaatan bioteknologi. Dengan demikian, tanaman transgenik mengandung gen (pembawa sifat tanaman) yang berasal dari luar tanaman yang secara sengaja dan terencana dipindahkan dengan teknologi canggih tersebut. Gen yang dipindah- kan bisa berasal dari binatang, tanaman atau tumbuhan, bakteri, virus dan lain-lain.
Hingga saat ini gen yang dianggap dapat memperbaiki sifat tanaman yang diinginkan sudah berhasil dipindahkan (genetic modified and transferred) dan menghasilkan tanaman baru yang lebih baik.
Pemanfaatan tanaman transgenik merupakan sebuah peluang karena dapat meningkatkan produksi tanaman pangan.  Dengan demikian pemanfaatan tanaman transgenik berupa faktor pengungkit (leverage) pada peningkatan produksi tanaman yang cenderung melandai atau leveling off. Namun di sisi lain ada pro kontra terhadap pemakaian tanaman transgenik ini. Pro kontra terjadi pada aspek keamanan dan mutu pangan transgenik dan pada aspek kelestarian lingkungan mengingat adanya bahaya ekologis dan ancaman keamanan pangan yang membahayakan kesehatan manusia atau binatang yang mengonsumsi makanan yang berasal dari tanaman transgenik.
Kecepatan memproduksi tanaman transgenik di dunia sangat signifikan. Perkembangan dapat digambarkan oleh negara Amerika Serikat yang pada tahun 2000 baru menghasilkan 24 jenis, dan tahun 2003 sudah lebih dari 30 jenis tanaman transgenik yang dipasarkan. Di seluruh dunia pada tahun 2002 ada empat tanaman transgenik utama yang berkembang pesat, yaitu kedelai mencakup 36% dari 72 juta ha pertanaman; tanaman kapas meliputi 36% dari 34 juta ha, tanaman kanola meliputi 11% dari 25 juta ha dan jagung meliputi 7% dari 140 juta ha.
Berdasarkan total areal tanam transgenik di dunia, tanaman kedelai menduduki tempat pertama dengan mencapai areal 25,8 juta hektare, diikuti dengan jagung Bt yang tahan ulat penggeret, kemudian kanola yang tahan herbisida, dan jagung yang tahan herbisida, kapas yang tahan herbisida dan kemudian kapas Bt yang tahan hama penggerek serta tahan herbisida.
Mulai tahun 1996 tanaman transgenik mewarnai perdagangan pangan internasional. Pangsa pasar tanaman transgenik yang praktis nol pada tahun 1996, karena baru direkayasa, dua tahun kemudian telah berhasil menguasai pasar 30% untuk tanaman utama (jagung, kedelai dan kapas) di Amerika Serikat. Nilai perdagangan benih transgenik meningkat 3.000% di seluruh dunia dalam lima tahun terakhir. Sebanyak dua belas negara di dunia telah mengadopsi tanaman transgenik untuk ditanam dalam skala komersil yaitu Amerika Serikat, Argentina, Kanada, Cina, Australia, Afrika Selatan, Meksiko, Spanyol, Prancis, Portugal, Rumania dan Ukraina. Sementara itu Brasil dan India telah melakukan perdagangan tanaman transgenik mulai tahun 2002 yang diikuti oleh Malaysia dan Filipina. Di Indonesia tanaman transgenik sudah mulai diperkenalkan kepada petani, yaitu tanaman kapas transgenik, walaupun masih dalam skala pengkajian.
Jika kecenderungan peningkatan luas budidaya tanaman transgenik tidak berubah, diperkirakan sekitar lima tahun ke depan 60% perdagangan pangan utama di dunia adalah hasil dari tanaman transgenik. Bioteknologi sudah berhasil pula diterapkan untuk tanaman utama di dunia, yaitu padi dan gandum. Saat ini telah memasuki tahapan pengembangan dan dua tahun ke depan kemungkinan akan memasuki tahap komersialisasi.
Tanaman transgenik menjanjikan potensi keuntungan bagi pelaku agribisnis, namun di sisi lain memberikan gambaran suram bagi pemerhati lingkungan karena ternyata ada bahaya ekologis yang patut menjadi perhatian semua pihak.
Beberapa risiko ekologis tanaman transgenik antara lain: Pertama, saat penyebaran benih transgenik akan terjadi transfer gen horizontal melalui penyerbukan (polinasi) yang tidak dapat terkontrol, misalnya benih dimakan burung, serbuksari terbawa angin atau tanpa sengaja benih terbawa alat transportasi yang lintas negara. Hal ini akan menimbulkan kontaminasi genetik yang tidak dapat terkendali.
Kedua, penggunaan tanaman dapat menimbulkan risiko guncangan ekologis akibat ketidakseimbangan antara musuh alami (predator) dengan hama tanaman. Hal ini sangat besar kemungkinannya untuk terjadi karena penggunaan tanaman transgenik sangat mempengaruhi tritrophic system yaitu tanaman transgenik sebagai tanaman yang resisten hama (contoh jagung Bt, kapas Bt), insekta pengganggu (hama tanaman) sebagai second trophic level, dan parasit atau predator sebagai third trophic level. Sistem alamiah ini akan pasti terganggu akibat pemakaian tanaman transgenik secara besar-besaran. Interaksi dari ketiga subsistem itu akan beragam, dapat menguntungkan, merugikan, atau netral.
Penelitian mengenai hal ini diperlukan agar perdebatan mengenai dampak tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa pengaruh Bt-transgenik menyebabkan penurunan populasi hama dan juga penurunan populasi musuh hama (predator). Namun demikian diberitakan bahwa penanaman kapas Bt dalam skala penelitian terbukti menurunkan sedikit populasi insekta yang berguna karena musuh alami tersebut masih memperoleh makanan dari tanaman yang tidak ditanami kapas Bt-transgenik. Pengaruhnya akan nyata apabila sudah dikembangkan dalam skala komersial.
Negara yang melakukan penanaman komersial dari tanaman transgenik biasanya melakukan analisa keamanan pangan termasuk konsekuensi langsung (kajian nutrisi, efek alergi dan keracunan) atau tidak langsung (efek baru yang tidak dinginkan dari transfer gen itu serta pengaruhnya terhadap metabolisme tanaman). Sekarang telah dikembangkan suatu solusi yang baik dengan cara pendekatan substantial equivalence yaitu membandingkan pangan transgenik dengan tanaman pangan konvensionalnya.
Apabila keduanya sama-sama memiliki status nutrisi yang sama (walaupun tidak identik sama) serta sama-sama tidak memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan maka pangan transgenik tersebut aman dikonsumsi. Ini yang perlu dilakukan secara lebih intensif, bukan hanya melakukan uji laboratorium terhadap produk olahan yang ada di pasar untuk diteliti apakah produk olahan itu mengandung tanaman transgenik atau tidak.
Kekhawatiran terhadap risiko tanaman transgenik ini perlu mendapat perhatian serius, karena sebagai produk teknologi baru, risiko jangka panjangnya belum diketahui. Para ilmuwan tidak dapat mengatakan secara pasti bahwa suatu produk 100% aman karena sekecil apa pun risiko akan tetap ada.
Analisis risiko lingkungan untuk memantapkan adopsi terhadap tanaman transgenik perlu dilakukan. Sebagai contoh, analisa ini dilakukan untuk mengkaji dampak penanaman kapas transgenik (kapas transgenik Bollgard produksi Monsanto) yang diuji-coba pengembangannya di Sulawesi Selatan. Hasil kajian perguruan tinggi di Indonesia (antara lain Universitas Gadjah Mada dan Universitas Hasanuddin) menghasilkan analisa risiko lingkungan sebagai berikut: Pertama, analisis mikrobiologi, fisiologi dan genetika molekular untuk mengetahui pengaruh kapas Bollgard terhadap mikroorganisme dan sejumlah biota tanah menunjukkan bahwa pengaruh kapas Bollgard tidak berbeda dengan kapas biasa (non Bt).
Kedua, analisis ketahanan terhadap antibiotik dan genetika molekular menunjukkan bahwa frekuensi transfer gen dari daun kapas Bollgard pada bakteri tanah Aconetobacter calcoaceticus ADP1 tidak dapat dideteksi dalam percobaan tersebut. Ketiga, penelitian terhadap jumlah kelimpahan jenis dan populasi arthropoda bukan sasaran pada kapas Bollgard relatif sama dengan kapas nontransgenik.
Keempat, resistensi hama Helicoverpa armigera terhadap kapas Bollgard belum terlihat secara nyata pada tahun 2001 dan ini sebagai dasar acuan pendeteksian dini resistensi seterusnya.
Pemerintah telah mengambil sikap pro dengan penuh kehati-hatian dalam pengembangan tanaman transgenik di Indonesia. Tanaman transgenik yang akan dilepas di Indonesia hendaknya telah secara teruji melalui penelitian dan pengembangan yang baik, terencana, dan berkelanjutan.
Kehati-hatian perlu diterapkan dengan sangat baik karena di balik peluang ada risiko. Pengambilan keputusan untuk mengembangkan tanaman transgenik di berbagai daerah perlu dilakukan melalui proses penelitian dan pengembangan yang terpadu antara pemerintah, perguruan tinggi, pelaku bisnis, LSM, swasta, dan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003).
Salah satu penyebab menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia adalah bayaknya residu bahan kimia sintetik, seperti herbisida. Menurut data dari FAO (1998) penggunaan herbidisa di Indonesia pada tahun 1996 sebesar 26.570 ton. Jumlah ini meningkat sebesar 395% jika dibandingkan pengunaa herbisida pada tahun 1991 (6.739 ton). Upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terkena polusi herbisida tersebut telah dilakukan. Salah satu teknologi alternatif untuk tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi .
Bioteknologi dapat berupa teknik yang sederhana seperti fermentasi tempe atau memerlukan teknik-teknik yang rumit dengan biaya besar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merakit produk bioteknologi untuk diaplikasikan di pedesaan adalah bahwa serumit apapun proses perakitannya hasil akhir dari proses tersebut harus sesederhana mungkin ( user friendly ).
Kecepatan memproduksi tanaman transgenik di dunia sangat signifikan. Perkembangan dapat digambarkan oleh negara Amerika Serikat yang pada tahun 2000 baru menghasilkan 24 jenis, dan tahun 2003 sudah lebih dari 30 jenis tanaman transgenik yang dipasarkan. Di seluruh dunia pada tahun 2002 ada empat tanaman transgenik utama yang berkembang pesat, yaitu kedelai mencakup 36% dari 72 juta ha pertanaman; tanaman kapas meliputi 36% dari 34 juta ha, tanaman kanola meliputi 11% dari 25 juta ha dan jagung meliputi 7% dari 140 juta ha.

Saran

Kekhawatiran terhadap risiko tanaman transgenik perlu mendapat perhatian serius, karena sebagai produk teknologi baru, risiko jangka panjangnya belum diketahui. Para ilmuwan tidak dapat mengatakan secara pasti bahwa suatu produk 100% aman karena sekecil apa pun risiko akan tetap ada.

PENUTUP

Produksi pertanian di Indonesia mengalami penurunan dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain semakin sempitnya luas lahan pertanian dan menurunnya kualitas lahan pertanian. Bioteknologi pertanian menawarkan salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pertanian di Indonesia. Aplikasi bioteknologi pertanian di pedesaan antara lain adalah peningkatan kualitas bahan tanam meliputi kualitas pangan, resisten terhadap hama dan penyakit, dan toleran terhadap cekaman lingkungan. Apliksi biofertilizer dan biodecomposer yang berbahan aktif mikroba dapat mengurangi konsumsi pupuk konvensional tanpa menurunkan produktivitas pertanian. Selain itu aplikasi biokontrol dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai hama dan penyakit pertanian. Sejalan dengan program Go Organic 2010 yang diluncurkan pemerintah, aplikasi bioteknologi dapat digunakan untuk mengembangkan pertanian organik di pedesaan.
Salah satu hambatan aplikasi bioteknologi di pedesaan adalah tingkat pendidikan petani yang rendah dan sulit untuk mengadopsi teknologi baru. Permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan sosialisasi yang intensif oleh pemerintah dan perakitan produk bioteknologi yang sederhana dan mudah dipraktekkan oleh petani di pedesaan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah promosi terhadap nilai tambah produk organik bagi kesehatan, sehingga konsumen bersedia membayar lebih mahal daripada produk konvensional.

DAFTAR PUSTAKA MAKALAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

http://www.ipard.com/art_perkebun/apr03-05_dhg+isr.asp
http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=271&id_kolom=1

ASKEP OTITIS MEDIA

OTITIS MEDIA

Asuhan Keperawatan Otitis Media
Asuhan Keperawatan Kasus Otitis Media

A.    Konsep Dasar Otitis Media

1.      Pengertian Otitis Media

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. (Arif Masnjoer, Penerbit ; Media Aesculapius, 1999 )

2.      Klasifikasi Otitis Media

Otitis media terbagi atas :
1).       Otitis Media Superatif
a.         Otitis media superatif akut, atau otitis media akut
b.        Otitis media superatif kronik
2).       Otitis Media Non Superatif
a.         Otitis media serosa akut
b.        Otitis media serosa kronik (Arif Masnjoer, Penerbit ; Media Aesculapius, 1999 )

3.      Etiologi Otitis Media

Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri riogenik, seperti streptokokus hemolitikukus, strafilokokus aureus, pneumokokus. (Arif Masnjoer, Penerbit ; Media Aesculapius, 1999 )

4.      Gambaran Klinis Otitis Media

Gejala klinis otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien, keluhan utama pada anak yang sudah dapat berbicara adalah :
  • Rasa nyeri di dalam telinga
  • Terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
  • Suhu tubuh yang tinggi (39,5 0).
Pada orang dewasa terdapat keluhan, rasa nyeri, gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga.

5.      Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak).
Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagian komplikasi dari OMSK.

6.      Penatalaksanaan

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sitemik dan antiperetik. (Arif Masnjoer, Penerbit ; Media Aesculapius, 1999 )

PROSES KEPERAWATAN OTITIS MEDIA

1.      Pengkajian Otitis Media

A.          Identitas Pasien
Nama, Umur, Alamat, Tempat Tgl. Lahir, Jenis Kelamin, Agama, Suku Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Tanggal Masuk dan Nomor Identitas.
B.           Riwayat Keperawatan / Kesehatan
1.         Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri di dalam telinga.
2.         Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang
Biasanya klien merasa nyeri didalam telinga, gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga dan suhu tubuh tinggi.
3.         Riwayat Kesehatan / Keperawatan Yang Lalu
Biasanya klien mengalami mengalami penyakit pilek dan batuk.
C.           Pola Kebiasaan
1.         Pola Nutrisi
Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan
2.         Pola Istirahat dan Tidur.
Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu karena merasakan nyeri.
3.         Pola Aktivitas
Biasanya pola aktivitas klien terganggu karena merasakan nyeri.
D.          Pemeriksaan Fisik
1.         Pemeriksaan Umum
-   Keadaan umum lemah
-   Tingkat Kesadaran pasien sadar.
2.         Tanda-Tanda Vital
TD              :     Biasanya menurun

Suhu           :     Biasanya meningkat

RR              :     Biasanya normal

Nadi            :     -
3.         Pemeriksaan Khusus
a.       Inspeksi
K/U lemah, suhu demam
b.      Palpasi
c.       Perkusi
Biasanya ketukan pada telinga nyeri
d.      Auskultasi
ANALISA DATA
Data Subjektif
-     Biasanya klien mengeluh nyeri ditelinga
-     Biasanya klien merasa penuh ditelinga dan kurang pendenga-ran.
Data Objektif
-     Suhu tubuh tinggi
Data Subjektif
-     Biasanya klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
Data Objektif
-     Badan lemah
-     BB menurun
Data Subjektif
-     Biasanya klien mengeluh tidak bisa tidur
Data Objektif
-     Biasanya muka pucat
-     Lemah
Nyeri
Penurunan intake masukan makanan
Karena adanya nyeri ditelinga.
Ketidaknyamanan
Gangguan peme-nuhan nutrisi
Perubahan pola istirahat.
RENCANA KEPERAWATAN
Ketidaknyamanan berhubungan dengan nyeri ditandai dengan :
DS :
-    Klien mengeluh nyeri ditelinga
-    Merasa penuh ditelinga dan kurang pendengaran.
DO :
-    Suhu tubuh tinggi
-     Memberikan rasa nyaman dan nyeri hilang
-     Supaya suhu tubuh normal
-      Melakukan pembersihan sekret dalam telinga.
-      Memberikan antibiotika ialah golongan panasilin atau ampisilin
-      Dengan melakukan pembersihan sekret, maka pasien tidak merasa penuh lagi didalam telinga
-      Dengan memberikan antibiotika dan obat tetes, agar didapatkan konsentrasi yang adekuat didalam darah.
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan intake masukan makanan di tandai dengan :
DS :
-    Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
DO :
-    Badan lemah
-    BB mennurun
-     Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
-     Nafsu makan meningkat
-     Porsi yang disediakan dapat dihabiskan.
-     BB sudah mulai optimal
-      Kaji penyebab nafsu makan
-      Beri motivasi dalam bentuk pendidikan kesehatan.
-      Memberi obat sesuai dengan instruksi dokter.
-      Kolaborasikan dengan tim medis.
-      Untuk mengetahui penyebab nafsu makan pasien menurun.
-      Memberikan pengertian dan motivasi kepada pasien tentang pentingnya makanan bagi tubuh.
-      Mengurangi ketergantungan pasien terhadap perawat.

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan / Kriteria
Intervensi
Rasional
Perubahan pola istirahat berhubungan dengan karena adanya nyeri ditelinga di tandai dengan :
DS :
-     Biasanya klien mengeluh tidak bisa tidur
DO :
-     Biasanya muka pucat
-     Lemah
-     Pasien dapat berisitrahat dengan tenang.
-     Pasien dapat tidur dan nyeri hilang.
-     Muka (normal)
-     Mata (normal)
-      Buat suasana yang nyaman bagi untuk istirahat.
-      Anjurkan pasien menghin- dari stress.
-      Atur posisi pasien
-      Suasana yang nyaman dapat membuat istirahat pasien tenang.
-      Posisi yang nyaman dapat membuat pasien dapat istirahat dengan nyaman dan baik.

Merkuri

Bahaya Merkuri Pada kosmetik, bagi Ibu Hamil, dan Bagi Anak – Anak

Bahaya Merkuri Pada Ibu Hamil dan Anak – anak
bahaya merkuri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Merkuri adalah suatu unsur alami yang umumnya ditemukan seperti merkuri sulfide (sinabar, HgS), tidak dapat larut dan stabil. Merkuri berwarna putih-silver ( logam cair), putih (merkuri padat), tidak berbau, tidak mudah terbakar. Terdapat di kerak bumi rata-rata 0.5 ppm, tetapi nyatanya konsentrasinya bervariasi tergantung tempatnya. Biji merkuri prosesnya tidak mahal untuk menghasilkan metalik merkuri. Titik didihnya rendah, dan dapat disuling dengan memanaskan biji dan memadatkan uap logamnya untuk membentuk metalik mercuri. Dengan metoda ini efisiensi sampai 95% dan menghasilkan merkuri murni 99.9%.
Ketika unsur ini bebas dari suatu area yang besar, seperti dari pabrik industri, atau dari suatu kontainer, seperti botol atau drum, yang masuk ke lingkungan. Pelepasan/Release ini tidak selalu menyebabkan paparan. Kita dapat terpapar unsur ini hanya bila kita kontak langsung. Kita mungkin dapat terpapar melalui pernafasan, makan atau minum yang mengandung unsur ini atau melalui kontak dengan kulit.

1.2   Rumusan Masalah
  1. Efek merkuri pada kesehatan
  2. pengaruh merkuri terhadap otak
  3. pengaruh merkuri terhadap anak – anak
1.3   Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana Bahaya Merkuri Pada kosmetik, bagi Ibu Hamil, dan Bagi Anak – anak.

1.4   Metode dan Prosedur

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari browsing di internet

BAB II

PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Merkuri

Merkuri merupakan unsur alami yang ditemukan seperti merkuri sulfide (sinabar, HgS), tidak dapat larut dan stabil. Merkuri berwarna putih-silver ( logam cair), putih (merkuri padat), tidak berbau, tidak mudah terbakar. Terdapat di kerak bumi rata-rata 0.5 ppm, tetapi nyatanya konsentrasinya bervariasi tergantung tempatnya. Biji merkuri prosesnya tidak mahal untuk menghasilkan metalik merkuri. Titik didihnya rendah, dan dapat disuling dengan memanaskan biji dan memadatkan uap logamnya untuk membentuk metalik mercuri. Dengan metoda ini efisiensi sampai 95% dan menghasilkan merkuri murni 99.9%.
Ketika unsur ini bebas dari suatu area yang besar, seperti dari pabrik industri, atau dari suatu kontainer, seperti botol atau drum, yang masuk ke lingkungan. Pelepasan/Release ini tidak selalu menyebabkan paparan. Kita dapat terpapar unsur ini hanya bila kita kontak langsung. Kita mungkin dapat terpapar melalui pernafasan, makan atau minum yang mengandung unsur ini atau melalui kontak dengan kulit.
Jika kita terpapar merkuri, banyak faktor yang menentukan apa efeknya kepada kita. Faktor ini meliputi dosis ( berapa banyak), jangka waktu ( berapa lama), dan bagaimana kontak dengan unsur ini. Kita juga harus mempertimbangkan adanya zat kimia lain yang mungkin memapari, juga umur, jenis kelamin, makanan, faktor keluarga, gaya hidup dan status kesehatan. Bentuk ini dibagi tiga : metalik mercuri ( yang dikenal dengan unsur merkuri), inorganic merkuri dan organic merkuri. Metalik merkuri itu berkilau, logam yang berwarna putih keperakan berbentuk cair pada suhu kamar. Metalik merkuri merupakan bentuk merkuri murni ( yaitu., tidak bercampur dengan unsur lain). Logam metalik merkuri adalah cairan logam yang umum digunakan pada termometer dan beberapa tombol elektrik. Pada suhu-kamar, sebagian dari metalik merkuri akan menguap dan terbentuk uap merkuri. Uap mercury tidak berwarna dan tidak berbau. Makin tinggi temperature semakin banyak uap merkuri yang bebas dari cairan metalik merkuri. Sebagian orang yang menghirup uap metalik mercuri melaporkan adanya rasa logam di mulut mereka.
Inorganik merkuri adalah campuran yang terjadi bila merkuri dikombinasikan dengan unsur seperti khlor, belerang, atau oksigen. Merkuri campuran ini disebut juga garam merkuri. Banyak campuran inorganic merkuri yang berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida ( yang dikenal sinabar [HgS]) yang berwarna merah dan mulai kehitaman bila terpapar cahaya.
Sewaktu merkuri berkombinasi dengan karbon, terbentuk campuran yang disebut campuran " organik" merkuri atau organomerkurial. Ada sejumlah potensi besar dari campuran organic merkuri; bagaimanapun, campuran organic merkuri yang umum di lingkungan adalah methylmercury ( yang dikenal sebagai monomethylmercury). Dulu, campuran organic merkuri disebut phenylmercury yang digunakan dalam beberapa produk komersil. Campuran organic merkuri yang lain disebut dimethylmercury yang digunakan dalam jumlah kecil sebagai standard acuan untuk beberapa tes bahan kimia. Dimethylmercury merupakan satu-satunya campuran organic merkuri yang dapat dikenali pada lokasi pembuangan yang berbahaya. Hal tersebut ditemukan hanya dalam jumlah kecil di dua tempat di seluruh Negara tempat pembuangan yang berbahaya, tetapi hal tersebut sangatlah berbahaya pada binatang dan manusia. Campuran inorganic merkuri, kedua methylmerkury dan phenylmerkury berbentuk " garam" ( sebagai contoh, methylmerkuri klorid atau phenylmerkuri asetat). Ketika murni, kebanyakan bentuk methylmerkury dan phenylmerkury adalah kristal putih yang padat. Dimethylmerkury adalah suatu cairan tanpa warna.
Beberapa bentuk merkuri terjadi secara alami di lingkungan. Bentuk merkuri alami yang paling umum ditemukan di lingkungan adalah metalik merkuri, merkuri sulfida ( biji sinabar [HgS] ), merkuri klorid, dan methylmerkury. Beberapa mikroorganisma ( jamur dan bakteri) dan proses alami dapat merubah merkuri di lingkungan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Campuran organik merkuri yang paling umum oleh mikroorganisma dan proses alami adalah bentuk dari methylmerkury. Methylmercury menjadi perhatian tertentu sebab dapat meningkat pada ikan dan mamalia yang terdapat di sungai dan laut yang meningkat beberapa kali lebih besar dibandingkan air dilingkungan.
Mercury ditambang dalam bentuk biji sinabar [HgS], yang berisi merkuri sulfida. Bentuk metalik disuling dari biji merkuri sulfida dengan pemanasan di atas 1,000 derajat Fahrenheit. Uapnya kemudian dikumpulakan dan didinginkan untuk membentuk cairan logam merkuri. Banyak digunakan pada termometer, barometer, baterei, dan tombol elektrik. Mengenai tambalan gigi berwarna silver; tambalan secara khas berisi sekitar 50% metalik merkuri.
Beberapa campuran inorganic merkuri digunakan sebagai fungisida. Garam inorganic dari merkuri, termasuk ammonia merkuri klorid dan merkuri iodid, telah digunakan untuk memutihkan kulit. Merkuri klorid adalah suatu antiseptic topical atau desinfektan. Dulu, merkuri klorid digunakan secara luas pada obat pencuci perut, obata cacing, dan bubuk untuk gigi. Sejak digantikan bahan yang lebih aman dan efektif tidak dipakai lagi. Bahan kimia yang mengandung merkuri hanya digunakan sebagai antibakterial. Produk ini meliputi obat merah ( berisi sejumlah kecil air raksa, 2%), thimerosal dan nitrat phenylmerkuri, yang digunakan dalam jumlah kecil sebagai bahan pengawet dalam beberapa resep obat dan hanya di toko obat. Merkuri sulfida dan merkuri oksida digunakan untuk pewarna cat, dan merkuri sulfida adalah salah satu pewarnaan merah yang digunakan dalam celupan tato.
Methylmerkury diproduksi terutama oleh mikroorganisma ( jamur dan bakteri) di lingkungan, dibanding oleh manusia. Sampai 1970s, campuran methylmerkury dan ethylmerkury digunakan untuk melindungi benih dari infeksi jamur. Karena efek kesehatan methylmerkury belum jelas, penggunaan methymerkury dan ethylmerkury sebagai fungisida tidak diperkenankan. Sampai tahun 1991, campuran phenylmerkuri digunakan sebagai antifungi dan keduanya digunakan sebagai campuran cat, tetapi penggunaan ini dilarang karena uap merkuri yang terlepas dari cat tersebut.
Mercury dapat masuk dan berakumulasi di rantai makanan. Bentuk merkuri yang berakumulasi di rantai makanan adalah methylmerkury. Inorganik merkuri tidak berakumulasi pada rantai makanan manapun. Ketika ikan kecil makan methylmerkury di makanannya, Ketika ikan lebih besar makan ikan lebih kecil atau organisma lain yang berisi methylmercury, kebanyakan dari methylmercury ada di ikan yang kecil akan tersimpan di badan ikan yang lebih besar. Alhasil, ikan yang lebih tua dan besar yang hidup di air tercemar, ditemukan methylmerkury paling tinggi pada badan ikan. Ikan air laut ( terutama ikan hiu dan ikan pedang ) yang hidup dalam waktu yang lama dan dapat tumbuh sampai ukuran sangat besar cenderung mempunyai tingkatan merkuri yang paling tinggi di badan mereka. Tumbuhan ( seperti jagung, gandum, dan kacang polong) tingkat merkurinya sangat rendah, sekalipun tumbuh di lahan yang tercemar merkuri yang lebih tinggi dari lingkungannya. Jamur, dapat mengakumulasikan mercuri bila tumbuh di lahan yang tercemar.
Karena merkuri alamiah ada di lingkungan, semua orang bisa terpapar dengan konsentrasi yang rendah di udara, air, dan makanan. Antara 10 dan 20 nanogram merkuri per kubik ( ng/m3) dari udara di kota. Level ini ratusan kali lebih rendah dibanding level yang masih dianggap aman untuk bernafas. Pengukuran di desa lebih rendah, biasanya sekitar 6 ng/m3 atau kurang. Mercury di permukaan air umumnya kurang dari 5 bagian merkuri pertriliun air ( 5 ppt, atau 5 ng perliter air), sekitar seribu kali lebih rendah dari standar “ aman” air minum.
Level normal di tanah sekitar 20 untuk 625 bagian merkuri permilyar bagian tanah ( 20–625 ppb; atau 20,000–625,000 ng per kilogram tanah). Sepermilyar adalah seribu kali lebih besar dari sepertriliun.

2.2   Merkuri dan Dampak nya Bagi Kesehatan

Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,6. Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat. Merkuri digunakan pada berbagai aplikasi seperti amalgam gigi, sebagai fungisida, dan beberapa penggunaan industri termasuk untuk proses penambangan emas. Dari kegiatan penambangan tersebut menyebabkan tingginya konsentrasi merkuri dalam air tanah dan air permukaan pada daerah pertambangan. Elemen air raksa relatif tidak berbahaya kecuali kalau menguap dan terhirup secara langsung pada paru-paru.
Bentuk racun dari air raksa pada proses masuk pada tubuh manusia adalah methyl mercury (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, partikel mercuric khlor (HgCl2). Methyl mercury dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat asam. Ion merkuri anorganik adalah bersifat racun akut. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia tetapi persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali lebih lama merkuri berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya otak, gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).
Methyl mercury terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada perairan yang tercemar merkuri. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini berubah bentuk secara cepat pada lingkungan menjadi bentuk merkuri anorganik. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua bentuk kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Methyl mercury beracun 50 kali lebih kuat daripada merkuri anorganik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, kadar merkuri maksimum di dalam air adalah 0,001 mg/l.

A.    Bahaya Merkuri pada Kosmetik

Pemakaian kosmetik yang mengandung Merkuri dapat mengakibatkan :
  1. Dapat memperlambat pertumbuhan janin
  2. mengakibatkan keguguran (Kematian janin dan Mandul)
  3. Flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan bila pemakaian dihentikan, flek itu dapat / akan timbul lagi & bertambah parah (melebar).
  4. Efek REBOUND yaitu memberikan respon berlawanan (KULIT AKAN MENJADI GELAP/KUSAM SAAT PEMAKAIAN KOSMETIK DIHENTIKAN).
  5. Bagi Wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat parah (lebar).
  6. Dapat mengakibatkan kanker kulit.
Unsur merkuri yang ada di kosmetik akan diserap melalui kulit, kemudian akan dialirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang berakibat terjadinya GAGAL GINJAL YANG SANGAT PARAH. (BISA MENYEBABKAN KEMATIAN) Merkuri dalam krim pemutih (yang mungkin tidak tercantum pada labelnya) dapat menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu lama.
Walau tidak seburuk efek merkuri yang tertelan (dari makanan ikan yang tercemar), tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu ,memasuki system saraf tubuh. Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim kulit muncul sebagai gangguan system saraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi, depresi dll.
Oleh karena umumnya tak terduga kalau itu penyakitnya, kasus keracunan merkuri sering didiagnosis sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit gangguan otak. Setelah sekian lama, kosmetik tsb akan diserap melalui kulit dan dialirkan melalui darah ke seluruh tubuh, akhirnya merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal, sehingga menyebabkan gagal ginjal yang sangat parah bagi pemakainya.
Produk kosmetik yang dipakai tersebut akan menyebabkan iritasi parah pada kulit, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal. Kondisi tersebut telah banyak dikeluhkan oleh para konsumen yang sudah terlanjur menggunakan produk-produk kosmetik illegal tersebut. 100%

B.     Bahaya Merkuri pada Anak – Anak dan Ibu Hamil

Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi.
Keracunan pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadi mental retardasi pada bayi atau kebodohan, kekakuan (spastik). (MARSH et al, 1987). Konsentrasi mercuri pada rambut bila lebih dari 1 nmol/g menunjukkan intoksikasi mercuri.

C.     Pengaruh Merkuri Pada Fungsi Otak

Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.

D.    Efek Respirasi Merkuri

Pada manusia, gejala yang berhubungan dengan pernafasan merupakan efek durasi akut dengan paparan yang tinggi dari uap metalik merkuri. Gejala yang dilaporkan berupa batuk, dyspnea, dan tertekan atau nyeri terbakar pada dada ( Bluhm et al. 1992a; Nanduk dan 1987; Haddad dan Sternberg 1963; Hallee 1969; Kanluen dan Gottlieb 1991; Raja 1954; Lilis et al. 1985; Matthes et al. 1958; Mcfarland dan Reigel 1978; Milne et al. 1970; Rowens et al. 1991; Snodgrass et al. 1981; Soni et al. 1992; Taueg et al. 1992; Teng dan Brennan 1959; Tennant et al. 1961). Analisa dengan sinar X pada paru menunjukkan infiltrate yang difus atau pneumonitis ( Bluhm et al. 1992a; Garnier et al. 1981; Nanduk dan 1987; Hallee 1969; Raja 1954; Soni et al. 1992; Tennant et al. 1961). Fungsi paru mungkin juga menjadi lemah. Jalannya udara menjadi terhambat karena obstruksi, restriksi, hiperinflasi (Snodgrass et al. 1981), dan berkurangnya kapasitas paru ( Lilis et al. 1985;) juga dilaporkan. Organik merkuri. Dyspnea, depresi respiratori, dan obstruksi pernapasan akibat mucus diamati pada petani yang diterapi dengan phenylmerkuri assetat untuk beberapa musim ( coklat 1954).
Pada otopsi ditemukan bronchopneumonia purulent. Tapi belum jelas apakah efek pada pernafasan berhubungan langsung dengan efek phenilmerkuri asetat atau akibat neurotoksisitas dari efek unsur tersebut.

E.     Efek Cardiovasculer Merkuri

Meningkat dalam hati dan meningkatkan tekanan darah telah dilaporkan melalui paparan inhalasi metalik merkuri. Inhalasi paparan akut dengan konsentrasi tinggi uap metalik merkuri dengan memanaskan metalik merkuri mengakibatkan tekanan darah meningkat ( Haddad dan Sternberg 1963; Hallee 1969; Snodgrass et al. 1981) dan denyut jantung meningkat/palpitasi ( Bluhm et al. 1992a; Haddad dan Sternberg 1963; Hallee 1969; Jaffe et al. 1983; Snodgrass et al. 1981; Soni et al. 1992; Teng dan Brennan 1959). Paparan jangka waktu yang lama akibat cipratan atau karena pekerjaan telah dilaporkan meningkatkan tekanan darah ( Fagala dan Wigg 1992; Foulds et al. 1987; Friberg et al. 1953; Karpathios et al. 1991; Taueg et al. 1992) dan denyut jantung ( Fagala dan Wigg 1992; Foulds et ).
Organik merkuri. Hanya dua kasus yang mengenai efek kardiovaskuler dengan paparan melalui inhalasi. Tidak ada efek cardiovasculer yang dilaporkan pada empat laki-laki yang diopname dengan neurotoksik setelah terhirup debu methylmerkuri dengan konsentrasi yang tidak diketahui dalam beberapa bulan ( pemburu Et al. 1940). Tekanan darah yang meningkat dilaporkan akibat pekerjaan yang terpapar methylmerkuri ( dosis yang tidak diketahui ) ( Sangkutkan et al. 1954).

F.      Efek Gastrointestinal Merkuri

Banyak efek gastrointestinal yang dilaporkan pada manusia karena paparan inhalasi akut uap metalik merkuri. Efek klasik dari intoksikasi adalah stomatitis ( radang mukosa mulut ). Sejumlah penelitian kasus melaporkan adanya stomatitis setelah terpapar durasi akut dengan konsentrasi tinggi uap metalik merkuri ( Bluhm et al. 1992a; Garnier et al. 1981; Haddad dan Sternberg 1963; Snodgrass et al. 1981; Tennant et al. 1961). Adakalanya, stomatitis diikuti oleh saliva yang berlebihan ( Hallee 1969; Karpathios et al. 1991) atau kesullitan menelan ( Campbell 1948). Efek gastrointestinal yang lain setelah paparan durasi akut konsentrasi tinggi adalah sakit pada abdomen. ( Bluhm et al. 1992a; Campbell 1948; Haddad dan Sternberg).
Organik merkuri. Efek gastrointestinal dilaporkan pada beberapa penelitian pada manusia yang terpapar campuran organomerkuri. Seorang petani 39 tahun sewaktu menyebar benih terpapar phenylmerkuri asetat tampak mulut membengkak, memerah dan mengeluarkan ludah, caries gigi, dan terdapat garis biru tipis pada gusi, infeksi dan membengkak pada dinding pharing posterior. ( brown 1954). Dengan cara yang sama, dua wanita meninggal setelah terpapar 3–5 bulan uap diethylmerkuri dari pekerjaannya dan tampak peradangan pada mulut dan gusi, saliva berlebihan, dan gangguan gastrointestinal yang tidak diketahui penyebabnya ( Hill 1943).

G.    Efek Hematologik Merkuri

Terpapar dengan konsentrasi tinggi uap merkuri menyebabkan sindrom yang berupa " demam uap metal," yang ditandai dengan kelelahan, demam, rasa dingin, dan jumlah lekosit meningkat. Bukti tingginya lekosit terutama netrophil dilaporkan pada paparan inhalasi akut uap metalik merkuri ( Campbell 1948; Haddad dan Sternberg 1963; Hallee 1969; Jaffe et al. 1983; Lilis et al. 1985; Matthes et al. 1958; Rowens et al. 1991).
Sukarelawan dengan amalgam pada gigi, terjadi penurunan hemoglobin dan hematokrit yang signifikan dan peningkatan konsentrasi hemoglobin korpuskuler dibandingkan dengan control tanpa menggunakan amalgam pada gigi ( Siblerud 1990). Aktivitas б-asam aminolevulinik dehydratase menurun di eritrosit pada pekerja yang terpapar pada unsur merkuri pada pembuatan tangkai tungsten ( Wada et al. 1969). Penurunan tersebut berhubungan dengan meningkatnya merkuri di dalam air kencing.
Organik merkuri. Tidak ada penelitian mengenai pengaruhnya terhadap hematology pada manusia dan hewan setelah terpapar inhalasi organic merkuri.

H.    Efek musculoskeletal

Metalik merkuri. Sejumlah penelitian melaporkan adanya peningkatan tremor, fasikulasi otot, myoklonus, atau nyeri otot akut ( Adams et al. 1983; Bluhm et al. 1992a; Karpathios et al. 1991; Mcfarland dan Reigel 1978), intermediate ( Aronow et al. 1990; Tukang cukur 1978; koster (penjaga gereja) Et al. 1976; Taueg et al. 1992), atau kronis ( Albers et al. 1982, 1988; Bidstrup et al. 1951; Chaffin et al. 1973; Chapman et al. 1990; Fawer et al. 1983; tukang besi Et al. 1970; Verberk et al. 1986; Vroom dan Greer 1972; Williamson et al. 1982) setelah terpapar uap metalik merkuri.

I.       Efek pada hepar

Suatu studi kasus menguraikan adanya keracunan akut pada seorang anak muda yang terpapar uap merkuri akibat pemanasan sejumlah merkuri yang tidak diketahui ( Jaffe et al. 1983).
Efek hepatoseluler ditandai adanya perubahan biokimia (contohnya peningkatan serum alanine aminotransferase [ALT], tingkatan dari ornithine carbamyl transferase, dan serum bilirubin) dan bukti adanya penurunan sintesis dari faktor koagulan hepatik.
Organik merkuri. Nekrosis midzonal di dalam hati diamati sewaktu otopsi seorang petani yang meninggal setelah terkena butiran phenylmerkuri asetat untuk beberapa musim ( brown 1954). Tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, bagaimanapun, faktor lain yang mungkin menyebabkan efek pada hepar pada subyek ini.

BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Merkuri adalah suatu unsur alami yang umumnya ditemukan seperti merkuri sulfide (sinabar, HgS), tidak dapat larut dan stabil. Merkuri berwarna putih-silver ( logam cair), putih (merkuri padat), tidak berbau, tidak mudah terbakar. Terdapat di kerak bumi rata-rata 0.5 ppm, tetapi nyatanya konsentrasinya bervariasi tergantung tempatnya. Biji merkuri prosesnya tidak mahal untuk menghasilkan metalik merkuri. Titik didihnya rendah, dan dapat disuling dengan memanaskan biji dan memadatkan uap logamnya untuk membentuk metalik mercuri. Dengan metoda ini efisiensi sampai 95% dan menghasilkan merkuri murni 99.9%.
3.2   Saran
Mengingat dampak buruknya bila manusia terkontaminasi merkuri, demi pengamanan lingkungan, pemerintah sebaiknya segeralah berupaya mencegah pencemaran, dengan peraturan dan pemberian sangsi yang tegas pada pihak yang telah mencemari lingkungan. Pengujian rutin juga dapat dilakukan untuk mengawasi keadaan di lapangan.

Daftra Pustaka

http://viramedika.blogspot.com/2009/04/merkuri.html
http://281online.tripod.com/iptek/merkuri.html
http://bocahiseng.blogspot.com/2008/11/bahaya-merkuri-pada-kosmetik.html
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1091588411,67718