PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengertian dasar
tentang remaja (adolescence) ialah pertumbuhan kearah kematangan. Masa
remaja adalah masa Time Transition (perpindahan) dari masa anak ke masa
dewasa. Periode ini oleh para ahli psikologi digambarkan sebagai periode yang
penuh dengan tekanan dan ketegangan (stress and strain), karena pertumbuhan
kematangan-nya baru hanya pada aspek fisik sedang psikologisnya masih belum
matang saat mereka menghadapi perubahan masa anak ke masa dewasa yang sangat
cepat, mereka mengalami ketidaktentuan tatkala mencari kedudukan dan identitas.
Para remaja bukan lagi
kanak-kanak, tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan
bersifat lebih sensitive karena perannya belum tegas. Ia mengalami pertentangan
nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang
sekaligus mengubah perannya. Para remaja adalah individu-individu yang sedang
mengalami serangkaian tugas perkembangan yang khusus (Oemar Hamalik,2002).
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja periode masa remaja dan aspek-aspek perkembangan remaja?
2. Bagaimana Kenakalan remaja dengan permasalahannya?
3. Bagaimana cara untuk menangani Masalah-masalah yang timbul dalam Masa Remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode dan Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
Masa remaja terdiri dari tiga periode :
1. Usia 12 – 15 tahun : masa remaja awal “early adolescence” (pubertas)
2. Usia 15 – 18 tahun : masa remaja pertengahan “masa adolescence” (adolescence)
3. Usia 18 – 21 tahun : masa remaja akhir “late adolescance” (dewasa awal)
Sedangkan
aspek-aspek perkembangan remaja terdiri dari :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja, dipicu oleh
kelenjar Hipofisa menghasilkan hormon pertumbuhan, dan hormon kelamin sehingga fisiologis/
fisik remaja mengalami proses kematangan.
2. Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas,
yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ
seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta,
rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Sosial Remaja
Dalam hal
perilaku sosial, remaja mengalami perubahan yang jauh berbeda dengan masa
sebelumnya (masa anak).
4. Perkembangan Moral Remaja
Moralitas remaja “lebih matang” jika
dibandingkan dengan usia anak, karena hasil pengalaman yang didapat dan dari
interaksi sosial remaja dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa
lainnya.
5. Perkembangan Kepribadian Remaja
Kepribadian
remaja telah mencapai integritas yang cukup antara sifat bawaan, sikap, dan
pola-pola kebiasaan “adatul iroda”. Sifat-sifat kepribadian remaja
mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan
nilai-nilai (baik/kurang baik atau sopan/kurang sopan).
B. Kenakalan Remaja dengan Permasalahannya
Memahami
permasalahan remaja berati mengetahui latar belakang permasalahan tersebut
secara mendalam, yakni dengan permasalahan yang dihadapinya.
Adapun
kenakalan remaja dengan dengan permasalahannya diantara lain :
1. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan
suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai
kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negative bagi
tubuh penghisapnya.
Penyebab Remaja Merokok :
a. Pengaruh orang tua
Salah satu
temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan
anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999 : 294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta
mengungkapkan semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan
teman-temannya perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan teman-teman tersebut yang dipengaruhi oleh diri remaja tersebut
yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
c. Faktor kepribadian
Orang mencoba
ingin merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
ialah konformitas sosial.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan
di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
lambang kejahatan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk
mengikuti prilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX, 1991)
2. Penyimpangan Seks Pada Remaja
Kita telah
ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak
“kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama.”banyak teman maka banyak
pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan yang kita inginkan.
Mungkin mereka suka huru hara, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang bersifat terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus dipergaulan
bebas yang menyesatkan.
3. Remaja dan Penyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan
data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia dari tahun 1998–2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% di antaranya
berusia antara 15–19 tahun.
Narkoba
(singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif berbahaya lainnya)
adalah bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara
oral / diminum ,dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Kebanyakan zat
dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi
karena berbagai alasan mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya,
lambing status social, ingin melupakan persoalan dan lain-lain, maka narkoba
kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut :
o Coba-cobao Senang-senang
o Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
o Penyalahgunaan
o Ketergantungan
C. Penanganan Masalah Yang Terjadi Pada Remaja
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti
yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja
seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar,
depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah
masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada
remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua :§ Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
§ Membekali anak dengan dasar moral dan agama
§ Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
§ Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
§ Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
§ Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
§ Hindarkan anak dari NAPZA
Ø Peran Guru :
§ Bersahabat dengan siswa
§ Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
§ Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
§ Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
§ Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
§ Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
§ Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
§ Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
§ Mewaspadai adanya provokator
§ Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
§ Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social
§ Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Ø Peran Pemerintah dan masyarakat :
§ Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
§ Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
§ Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
§ Memberikan keteladanan
§ Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
§ Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Ø Peran Media :
§ Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
§ Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
§ Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.
Kita menemukan berbagai definisi dari para ahli tentang masa remaja :
- Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
- Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
- G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
1. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
2. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
3. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebiasaan
menggunakan narkoba di kalangan remaja amat membahayakan baik ditinjau dari
segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari segi
pendidikan sudah jelas bahwa hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan
dari segi kesehatan akibat kebiasaan menggunakan narkoba akan menyebabkan
berbagai penyakit. Melalui sikap kepedulian, pencegahan berbagai tindak
kriminal, kenakalan remaja, keamanan, kedamaian, keharmonisan, akan mudah
diciptakan. Dengan sikap kepedulian ini, maka motto bahwa, ”Pencegahan lebih
baik dari mengobati”, akan benar-benar terbukti dalam kasus pemakaian obat-obat
terlarang.
3.2
Saran
Pada
tahap awal kehidupan manusia agen sosialisasi pertama adalah keluarga. Oleh
karena itu, orang tua merupakan orang penting (significant other) dalam
sosialisasi. Guna mencegah terjerumusnya para penerus bangsa tersebut ke dunia
Narkoba, maka campur tangan dan tanggung jawab orang tua memegang peranan
penting di sini. Karena baik atau buruknya perilaku anak sangat bergantung
bagaimana orang tua menjadi teladan bagi putra-putrinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Luqman, 2008. Modul Dasar-Dasar
Sosiologi&Sosiologi KesehatanI. Jakarta: PSKM FKK UMJ.
Kartono, Kartini, 1992. Patologi II
Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo,
Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007. pecegahan Narkoba Sejak Usia Dini.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk
Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Soekanto, Suryono, 2006. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persuda
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar
Anak Anda Panduan bagi Orang tua, Guru, dan Badan Narkotika dalam
Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Sudarman, Momon, 2008. Sosiologi Untuk
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan
Perubahan Masyarakat. PT DUNIA PUSTAKA JAYA.