Imbibisi adalah peristiwa proses penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik atau proses penyerapan air oleh biji dari lingkungan yang basah seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan lainnya untuk disiapkan pada perkecambahan. Namun, proses penyerapan air yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering.
Imbibisi Merupakan Proses Penyerapan air |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imbibisi adalah proses penyerapan air oleh biji dari lingkungan yang basah untuk disiapkan pada perkecambahan. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Imbibisi?
- Faktor-faktor Apa saja yang mempengaruhi Imbibisi?
- Bagaimana Imbibisi Pengaruh Temperatur?
BAB II
IMBIBISI
2.1 Pengertian Imbibisi
Pengertian imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu pada imbibisi terdapat adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. (Wazza, 2010).
Imbibisi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu temperatur dan potensial osmosis senyawa yang diimbibisi. Temperatur tidak mempengaruhi kecapatan imbibisi, sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-duanya.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Imbibisi
1) Faktor dalam terdiri dari:
- Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
- Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.
- Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan.
2) Faktor lingkungan terdiri dari:
- Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob.
- Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan.
- Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan.
- Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas membran sel.
2.3 Imbibisi Pengaruh Temperatur
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem.
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses, difusi, osmosis, transpor aktif, dan imbibisi.
Imbibisi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu temperature dan potensial osmosis senyawa yang diimbibisi. Temperatur tidak mempengaruhi kecapatan imbibisi, sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-duanya. Saat biji kacang hijau yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel penyusun endosperm secara osmosis. Peristiwa tersebut termasuk peristiwa imbibisi.
Seperti halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun terpengaruh oleh temperatur. Kenaikan temperatur menambah giatnya difusi, osmosis maupun imbibisi. Untuk gas, kegiatan difusi itu bertambah 1,2 sampai1,3 – kali pada kenaikan suhu sebesar 100 C; dengan lain perkataan K10 dari difusi gas itu 1,2 sampai 1,3. untuk zat cair K10 ini sangat berbeda.
Pada proses imbibisi ini ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan difahami, jika kita mengingat adanya keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal di dalam imbibiban, dimana meolekul-molekul air kehilangan sebagia dari energi kinetis, energi kinetis berubah menjadi panas.
Suhu yang baik atau ideal yang diperlukan tumbuhan dan perkembangan berlangsung baik disebut suhu optimum (10 derajat -38 derajat celcius). Umumnya tumbuhan tidak dapat tumbuh di bawah suhu 0 derajat celcius dan di atas 40 derajat celcius. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan. Kacang merah dapat mencapai tinggi sekitar 3,5 - 4,5 meter.
Kecepatan imbibisi berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan berbanding terbalik dengan kenaikan konsentrasi zat. Berdasarkan data yang kami dapatkan, terdapat kesesuaian hasil yang diperoleh dengan nilai yang paling tinggi didapatkan dari kacang yang direndam pada Aquadest (7,78 x 10-5). Selain itu, sebagian besar nilai kecepatan yang didapat dengan larutan Sukrosa 0,5 M lebih besar dari hasil yang menggunakan larutan sukrosa 1 M.
Jika dilihat dari aspek kenaikan suhu, terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan teori yang sudah ada, seperti dapat dilihat dari data hasil larutan sukrosa 0,5 M dan 1 M. untuk larutan sukrosa 0,5 M terdapat ketidaksesuaian pada suhu 40oC, sedangkan untuk larutan sukrosa tedapat ketidaksesuaian dari suhu 40oC dab 60oC.
Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu pemansan (penangasan) yang kurang tepat, atau adanya kekeliruan dalam penghitungan (pengolahan) data yang diperoleh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imbibisi adalah proses penyerapan air oleh biji dari lingkungan yang basah, atau merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi tidak melibatkan membrane seperti pada peristiwa osmosis yang di pengaruhi oleh beberapa faktor luar dan dalam.
Seperti halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun terpengaruh oleh temperatur. Kenaikan temperatur menambah giatnya difusi, osmosis maupun imbibisi. Pada proses imbibisi itu ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan dipahami, jika kita mengingat adanya keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal di dalam imbiban, dimana molekul-molekul air kehilangan sebagian dari energi kinetisnya; energi kinetis berubah menjadi panas.
3.2 Saran
Dengan terselesainya makalah yang berjudul “Imbibisi Pengaruh Temperatur” ini penulis berharap agar penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Penulis sangat berharap pembaca setalah membaca makalah ini, dapat meningkatkan potensi pembaca dalam pemahaman tentang Imbibisi.
DAFTAR PUSTAKA
Maniam & Ami S. 2008. Get Success UAN + SPMB Biologi. Jakarta : Grafindo Media Pratama.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Khairunnisa,L 2000.Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air.Fakultas Pertanian USU : Medan.
Lakitan,B.2004.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Raja Grafindo Persada:Jakarta.