Perkembangan Siswa

BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar belakang 
Siswa yang dihadapi oleh guru tersebut adalah individu-individu yang unik dan berbeda satu dengan lainnya. Mereka hadir dari berbagai latar belakang, baik sosial, cultural, strata ekonomi, maupun agama yang berbeda. Untuk dapat menghadapi dan membelajarkan perserta didik yang beragam tersebut, maka guru perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu berarti guru harus menguasai dan mendalami aspek-aspek perkembangan peserta siswa dalam belajar. 
dalam belajar
perkembangan siswa dalam belajar
1.2 Rumusan masalah 
  1. Apa konsep dasar serta faktor pertumbuhan dan perkembangan individu? 
  2. Apa saja tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam perkembangan individu? 
  3. Bagaimana perkembangan fisik, intelektual, bahasa, sosial, afeksi serta moral anak? 
1.3 Tujuan 
  1. Dapat Mengetahui konsep dasar serta faktor pertumbuhan dan perkembangan individu
  2. Dapat Mengetahui Apa saja tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam perkembangan individu 
  3. Dapat mengetahui perkembangan intelektual, bahasa, sosial, afeksi serta moral anak 
BAB II
PEMBAHASAN 

2.1 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Individu 

     Isitilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnyaterkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain yang tekandung didalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. 
2.1.1 Perkembangan 
     Perkembangan bukan saja dibatasi pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. 
2.1.2 Petumbuhan 
     Pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Dengan demikian, tidak tepat jika kita misalnya mengatakan pertumbuhan ingatan, pertumbuhan berfikir, pertumbuhan kecerdasan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan perubahan fungsi-fungsi rohaniah. 
2.1.3 Kematangan 
     Kematangan mula-mula merupakan suatu hasil dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf, dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan terjadi pula pada aspek-aspek psikisyang meliputi keadaan-keadaan berpikir, rasa kemauan, dan lain-lain, serta kematangan pada aspek psikis ini yang memerlukan latihan-latihan tertentu. 
2.1.4 Perubahan 
     Perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula mempengaruhi proses perkembangan sseseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. 

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Perkembangan Siswa Dalam Belajar 

     Ada sejumlah faktor yang memengaruhi pertumbuhan fisik individu dalam belajar, yaitu sebagai berikut: 
1. Faktor Internal 
     Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu. Termasuk ke dalam faktor internal ini adalah sebagai berikut: 
a. Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya 
     Anak yang ayah dan ibunya betubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi dari pada anak yang berasal dari orang tua bertubuh pendek. 
b. Kematangan 
     Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. 
2. Faktor Eksternal 
     Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar luar diri anak. Termasuk ke dalam faktor eksternal adalah sebagai berikut: 
a. Kesehatan 
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat. 
b. Makanan 
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat. 
c. Stimulasi lingkungan 
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan. 

2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Siswa 

     Tugas-tugas perkembangan siswa mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut: 
  1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. 
  2. Memberika motivasi pada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya. 
  3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat 
2.4 Pertumbuhan Fisik Anak 
     Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini bersifat kuantitatif dan dan berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Oleh sebab itu, secara terminologis, sebenarnya tanpa ada tambahan kata fisik pun, hanya dengan istilah pertumbuhan saja, sudah bermakna perubahan pada aspek-aspek fisiologis. 
     Pada remaja pria, pertumbuhan lekum menyebabkan suara remaja itu menjadi parau untuk beberapa waktu dan akhirnya turun satu oktaf. Pertumbuhan kelenjar endoktrin yang telah mencapai taraf kematangan sehingga mulai berproduksi menghasilkan hormone bermanfaat bagi tubuh. Akibatnya, remaja mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya. 
     Perkembangan hormon pada remaja putri menyebabkan mereka mulai mengalami menstruasi yang seringkali pada awal mengalaminya menimbulkan kegelisahan. Berproduksinya kelenjar hormon pada sementara remaja juga dapat menyebabkan timbulnya jerawat pada bagian wajahnya yang seringkali menimbulkan kegelisahan pada mereka, lebih-lebih pada remaja putri. 
1. Perkembangan Intelektual dan Bahasa Anak 
     Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek menjadi empat tahapan sebagai berikut: 
1. Tahap sensori-motoris 
     Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujuan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut. 
2. Tahap praoperasional 
     Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. 
3. Tahap operasional konkret 
     Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. 
4. Tahap operasional formal 
     Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keselurhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. 
2. Perkembangan Bahasa Anak 
     Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut: 
  1. Tahap pralinguistik atau meraban (0,3-1,0 tahun) 
  2. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1,0-1,8 tahun) 
  3. Tahap kalimat dua kata (1,6-2,0 tahun) 
  4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0-5,0 tahun) 
  5. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0-10,0 tahun) 
  6. Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun – dewasa) 

2.5 Perkembangan Sosial Siswa 

1. Hubungan dengan Keluarga 
     Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peranan penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas. Untuk dalam, dalam memahami perkembangan psikososial peserta didik, perlu dipelajari bagaimana hubungan anak dengan keluarga. 
2. Hubungan dengan Teman Sebaya 
     Berikut akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebayanya: 
  1. Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya 
  2. Pembentukan kelompok 
  3. Popularitas, penerimaan sosial, dan penolakan 
  4. Persahabatan 
     Karakteristik lain dari pola hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya adalah munculnya keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab atau yang dalam kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah friendship (persahabatan). 
     Berbeda halnya dengan masa anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Menurut Bloss (1962), pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri dan munculnya phallic conflicts. Erikson (1968) memandang tren perkembangan ini dari perspektif normative-life-crisis, di mana teman memberikan feedback dan informasi yang konstruktif tentang self definition dan penerimaan komitmen. 
4. Hubungan dengan Sekolah 
     Bagi seorang anak, memasuki dunia sekolah merupakan pengalaman yang menyenangkan, namun sekaligus mendebarkan, penuh tekanan, dan bahkan bisa menyebabkan timbulnya kecemasan. Bagi banyak anak, pengalaman masuk sekolah merupakan masuk sekolah merupakan saat-saat pertama bagi mereka menyesuaikan diri dengan pola kelompok, yang diatur oleh satu orang dewasa, yaitu guru. Dunia sekolah jelas berbeda dengan dunia rumah, dimana anak-anak harus mengikuti aturan main yang ditetapkan sekolah melalui guru. 

2.6 Perkembangan Afeksi atau Emosi Anak 

     Emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal (Soegarda Poerbakawatja, 1982). Dengan definisi ini jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bahkan disini tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi. 
1) Bentuk-Bentuk Emosi 
  1. Amarah, meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, dsb. 
  2. Kesedihan, meliputi pedih, sedih, muram, suram, depresi, dsb. 
  3. Rasa takut, meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, panic, dsb 
  4. Kenikmatan, meliputi bahagia, riang, senang, gembira, dsb. 
  5. Cinta, meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, dsb. 
  6. Terkejut, meliputi terkesiap, takjub, dan terpana 
  7. Jengkel, meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dsb 
  8. Malu, meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. 
2) Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku 
     Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman (1995) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut: 
  1. Respons yang cepat tetapi ceroboh 
  2. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran 
  3. Memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik 
  4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang 
  5. Realitas yang ditentukan oleh keadaan 
3) Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja 
     Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Adapun karateristik berbagai periode dipaparkan berikut ini: 
  1. Periode Praremaja 
  2. Periode Remaja Awal 
  3. Periode Remaja Tengah 
  4. Periode Remaja Akhir 

2.7 Perkembangan Moral dan Agama Anak 

1) Perkembangan Moral 
     Menurutu Kohlberg tingkatan perkembangan moral sebagai berikut: 
1. Prakonvensional moralitas 
     Pada level ini ana mengenal moralitas berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah) atau menyakitkan (hukuman). 
2. Konvensional 
     Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan otoritas tau kelompok sebaya 
3. Pasca Konvensional 
     Pada level ini aturan dan konstitusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak mentaati aturan untuk menghindari hukuman kata hati. 
2) Perkembangan Agama 
     Perkembangan agama menurut Fowler adalah sebagai berikut: 
1. Tahap intuitive-projective faith 
     Berlangsung antara usia 2-7 tahun. Pada tahap ini kepercayaan anak bersifat peniruan. 
2. Tahap mythic-literal faith 
     Dimulai dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini sesuai dengan perkembangan kognitifnya, anak secara sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakat. 
3. Tahap synthetic-conventional faith 
     Terjadi pada usia 12- akhir masa remaja atau awal usia dewasa. Kepercayaan remaja pada tahap ini ditandai dengan kesadaran tentang simbolisme dan memiliki lebih dari satu cara untuk mengetahui kebenaran 
4. Tahap individuative-reflective faith 
     Terjadi pada usia 19 tahun atau masa dewasa awal. Mulai muncul sintesis kepercayaan dan tanggung jawab individual terhadap kepercayaan tersebut. 
5. Tahap conjunctive-faith 
     Dimulai pada usia 30 tahun sampai masa dewasa akhir. Ditandai dengan perasaan terintegrasi dengan simbol-simbol, ritual-ritual dan keyakinan agama. 
BAB III
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
     Dari uraian pada bab2 dapat disimpukan bahwa aspek-aspek peserta didik tersidiri dari: konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan individu, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, tugas-tugas perkembangan individu, pertumbuhan fisik anak, perkembangan intelektual dan bahasa anak, perkembangan sosial anak, perkembangan afeksi anak, dan perkembangan moral dan agama anak. 
3.2 Saran 
     Untuk dapat tampil menjadi guru yang ideal, memang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas materi atau ilmu yang diajarkan. Sebab dalam konteks pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan guru dalam memberikan dorongan belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. Karena itu, seorang guru harus membekali diri dengan sejumlah pengetauan dan keterampilan lain yang sangat diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan tugasnya. Ini sangat penting karena guru dalam profesinya tidak berhadapan dengan benda mati melainkan berhadapan dengan manusia yang disebut dengan peserta didik. 
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.2012.Psikologi Remaja.Bandung:PT Bumi Aksara
Fatimah Enung.2010.Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV.Pustaka Setia.
Hurlock, Elisabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
L. Zulkifli. 2000. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Mappiare. A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
Monks, FJ, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Rochman Natawidjaja.1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta :CV Mutiara.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Shinto D. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Singgih D.Gunarsa dan Ny. Singgih D.G. 1990. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »