Pedoman Observasi Dalam Layanan Bimbingan Konseling

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan batasan masalah yang akan di teliti dalam penilitian ini agar diperoleh pemahaman yang lebih baik.

1. Apa pengertian observasi?

2. Sebutkan jenis-jenis observasi!

3. Bagaimana cara merancang observasi?





BAB II 
PEMBAHASAN


A. Pengertian Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati.
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan.
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap
Pengertian observasi Menurut Moleong tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya:

1. Alasan pemanfaatan pengamatan,

2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).

Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135) menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki
Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki nilai :

(a) Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.

(b) Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,

(c) Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.

(d) Pengamatan bersifat selektif.

(e) Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan

B. Jenis-jenis Observasi
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya.  Sehingga konselor dapat mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.

C. Langkah-langkah Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:

a. Menetapkan tujuan pengamatan

b. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan

c. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.

d. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak.


2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.

a. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.

b. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan

c. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati

d. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.

e. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.

f.       Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
g. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.

h. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh pengamat

3. Analisis hasil pengamatan

a. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan

b. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.

c. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.

d. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil pengamatan

D. Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:

1. Menetapkan tujuan

2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.

3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan

4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar, dsb)

5. Membuat format skala penilaian

6. Membuat pedoman pengisian yang jelas

Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:

1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out

2. Kriteria yang akan diamati;
(a)    Minat di sekolah
(b)   Relasi dengan teman sebaya
(c)    Relasi dengan guru
(d)   Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
(a)    Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar
(b)   Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan dengan sebaya
(c)    Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.
(d)   Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.

E. Alat Pencatat Observasi
Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala penilaian.
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.

(a) Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.

(b) Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.

(c) Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya





BAB III 

PENUTUP

A. Kesimpulan
Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan. Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
B. Saran
Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset

Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Riduwan. 2004. metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »