BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
E.E Kellet mengungkapkan bahwa saat ia membaca suatu karya sastra, dalam kegiatan tersebut ia selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca itu terjadi karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilikan daya kontemplatif pembacanya. Sementara pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniyah pembacanya.
Apresiasi Sastra |
Sebab itulah tidak berlebihan jika Boulton mengungkapka bahwa cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin, baik berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Kandungan makna yang begitu komplek serta berbagai macam nilai keindahan tersebut dalam hal ini akan mewujudkan atau tergambar lewat media kebahasaan, media tulisan, atau struktur wacana.
Terdapatnya berbagai macam unsur dalam karya sastra diatas mengimplikasikan bahwa untuk mengapresiasi cipta sastra, pembaca pada dasarnya disyaratkan memiliki bekal-bekal tertentu. Sejalan dengan kandungan aspek diatas, maka bekal awal yang harus dimiliki sebagai calon apresiator adalah (1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terkandung dalam cipta sastra. (2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan ini maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas. (3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan, dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.
- Apa pengertian apresiasi sastra?
- Bagaimana kegiatan dalam mengapresiasi sastra?
- Apa saja macam-macam pendekatan dalam apresiasi sastra?
- Apa manfaat dalam mengapresiasi sastra?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
- Untuk mengetahui pengertian apresiasi sastra
- Untuk mengetahui kegiatan dalam mengapresiasi sastra
- Untuk mengetahui pendekatan dalam apresiasi sastra
- Untuk mengethui manfaat mengapresiasi sastra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi karya sastra berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti ‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif.
- Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur intrinsik yang bersifat objektif itu misalnya tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan kehadiran makna yang tersurat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa biografi pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra.
- Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang mengandung ketaksaan makna serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.
- Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai, serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.
S. Efendi mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
2.2 Kegiatan dalam Mengapresiasi Sastra
Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks secara langsung itu dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevalusi teks sastra baik berupa cerpen, novel, roman, naskah drama maupun teks sastra yang berupa puisi. Kegiatan apresiasi secara tidak langsung itu dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah-maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esei yang membahas dan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra. Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan apresiasi secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
Kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu pada gilirannya akan ikut berperanan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi sastra jika bahan bacaan tentang sastra yang di telaahnya itu memiliki apresiasi sastra. Misalnya anda membaca masalah minat baca sastra murid, kemampuan apresiasi sastra masyarakat Indonesia atau mungkin artikel tentang pengajaran sastra di sekolah. Meskipun pembahasan itu sangat penting, untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, pembahasan itu sedikit sekali peranannya atau bahkan tidak berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi. Dalam hal demikian, pembaca tidak melaksanakan kegiatan apresiasi secara langsung maupun tidak langsung.
2.3 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang untuk mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam hal ini lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan, dan apa yang akan di apresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, (2) kelangsungan apresiasi sastra itu lewat kegiatan bagaimana dan, (3) landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi. Pemilihan dan pendekatan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri. Uraian tentang pengertian setiap jenis pendekatan tersebut, prinsip dasar yang melatarbelakanginya serta gambaran penerapannya dalam kegiatan apresiasi sastra dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendekatan parafrastis
Strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafrastis pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa:
- Gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda.
- Simbol -simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna.
- Kalimat -kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami pelesapan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya.
- Pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimat yang semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya seseorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan.
- Pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca itu sendiri.
2. Pendekatan emotif
Suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi tersebut dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik. Prinsip- prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan. Dan dengan menerapkan pendekatan emotif inilah diharapkan pembaca mampu menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam suatu karya sastra. Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra yang termasuk dalam ragam-ragam tertentu. Ragam itu misalnya humor, satirik, sakarsme maupun ragam komedi.
3. Pendekatan analitis
Suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya. Dalam kehadiran pendekatan analitis ini, prinsip dasar yang melatarbelakanginya adalah anggapan bahwa cipta sastra itu dibentuk oleh elemen-elemen tertentu, setiap elemen dalam cipta sastra memiliki fungsi tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya meskipun karakteristik masing-masing berbeda dan dari adanya ciri karakteristik setiap elemen itu, maka antara elemen yang satu dengan yang lain, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun pada akhirnya setiap elemen itu harus disikapi sebagai satu kesatuan.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu pembaca menampilkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta sastra yang dibacanya. Kegiatan mengapresiasi sastra dengan menerapkan pendekatan analisis ini dapat dianggap sebagai suatu kerja yang bersifat saintifik karena dalam menerapkan pendekatan itu pembaca harus berangkat dari landasan teori tertentu, bersikap objektif dan harus mewujudkan hasil analisis yang tepat, sistematis, dan diakui kebenarannya oleh umum.
4. Pendekatan historis
Suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
5. Pendekatan sosiopsikologis
Suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan pendekatan historis. Akan tetapi, selama masalah yang akan dibahas untuk setiap pendekatan itu dibatasi dengan jelas, maka ketumpang tindihan itu pasti dapat dihindari.
Sehubungan dengan penerapan pendekatan sosio-psikologis itu, terdapat anggapan bahwa cipta sastra merupakan kreasi manusia yang terlibat dalam kehidupan serta mampu menampilkan tanggapan evaluatif terhadapnya.
6. Pendekatan didaktis
Suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Pendekatan didaktis ini pada dasarnya juga merupakan suatu pendekatan yang telah beranjak jauh dari pesan tersurat yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah penerapan pendekatan didaktis dalam apresiasi sastra akan menuntut daya kemampuan intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mapan dari pembacanya.
Dalam pelaksanaanya, penggunaan pendekatan didaktis ini diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuturan ekspresif, komentar, dialog, lakuan, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau penyairnya.
2.4 Manfaat Mengapresiasi Sastra
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita lihat ada seseorang yang dengan asyik membaca cerita sambil menunggu kereta atau bus yang tak kunjung tiba, sebagai penyangga kantuk sewaktu harus berjaga, sebagai pengantar tidur, atau mungkin sebagai pengisi kegiatan dari pada tidak ada yang harus dikerjakan. Hal yang demikian itu terjadi karena manfaat yang diperoleh lewat kegiatan membaca sastra demikian itu hanyalah manfaat mendapat hiburan dan mengisi waktu luang. Sedangkan pegertian manfaat mengaresiasi sastra secara khusus adalah manfaat yang dicapai oleh seorang pembaca sehubungan dengan upaya pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal demikian, kegiatan membaca sastra dapat memberikan manfaat (1) memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan, dan (2) memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif.
Lewat karya sastra seseorang dapat menambah pengetahuannya tentang kosakata dalam suatu bahasa, tentang pola kehidupan suatu masyarakat. Mereka yang menjadi guru dapat memanfaatkan perolehan hasil bacanya dalam rangka mengajar di sekolah, dan lain-lain.
3.2 Saran
- Makalah ini merupakan resume dari sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
- Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra..Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Witakania. 2008. Aspek Psikopedagogik dalam Sastra Anak.
Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKI.