HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN LAPANGAN HIDUP LAIN

Hubungan Kesehatan Mental Dengan Lapangan Hidup Lain

Hubungan Kesehatan Mental Dengan Lapangan Hidup Lain
Hubungan Kesehatan Mental Dengan Lapangan Hidup Lain

Kesehatan Mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat, tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dpaat diketahui secara pasti. Contoh : fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat, yaitu antara lain mudah tersinggung.
Kesehatan Mental mempunyai hubungan dengan Kesehatan Spriitual. Kebutuhan manusia selain kebutuhan biologis, social juga mempunyai kebutuhan metafisis. Kebutuhan terakhir ini teruatama memberikan kebutuhan spiritual kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
Kesehatan Mental memiliki hubungan erat dengan Pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan pendidikan. Orang tua pada umumnya memberikan pelayanan kepada putri dan putranya sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada kalanya orang-orang tua sangat memanjakan, ada pula yang bertindak keras. Namun demikian, bagi keluarga yang mengerti tentang kesehatan mental akan mendidik putra-putrinya sesuai dnegan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka.
Kesehatan Mental memiliki hubungan Dengan Kehidupan Berkeluarga. Kurang adanya saling pengertian dari suami istri sering menimbulkan kegoncangan, ketidakseimbangan keluarga. Kehidupan berkeluarga merupakan pengalaman baru. Apalagi bagi suami istri yang berasal dari keluarga yang sangat berlainan latar belakangnya.
Kesehatan Mental berhubungan Dengan Perusahaan. Para pengusaha sangat memperhatikan kesejahteraan seluruh karyawannya. Kesejahteraan lahir batin akan menjamin keberhasilan, perusahaan, kesejahteraan lahir batin itu antara lain : jaminan sosial, jaminan hari tua, tunjangan keluarga, hak cuti, rekreasi, hadiah sikap ramah dan kekeluargaan. 
Kesehatan Mental berhubungan erat Dengan Lapangan Hukum. Pada zaman dahulu para pelanggar hukum mendapat hukuman karena kesalahannya. Dengan hukuman diharapkan agar jera/takut berbuat pelanggaran lagi.
Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kebudayaan. Manusia dikatakan sebagai makhluk tertinggi, karena mempunyai budaya. Kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia, dapat disaksikan, dirasakan dalam kehidupan. Peninggalan-peninggalan hasil budaya ditemukan berupa tulisan/gambar di batu, dinding gua, candi dengan ukiran kisah masa lampau. Tata cara kehidupan dapat dipelajari dan dirasakan manfaatnya.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang praktis., sebagai pengetrapan ilmu jiwa didalam pergaulan hidup. Pendangan terhadap ilmu kesehatan mental ini agak berbeda-beda sesuai dengan lapangan hidup, keahlian dan kepentingan masing-masing.
Misalnya psychiatrist dalam menangani dan menggunakan ilmu pengetahuan kesehatan mental, menitikberatkan terhadap bahaya pada sikap pribadi yang merugikan atau yang kurang wajar. Misalnya senang melamun, gelisah, mengasingkan diri, takut yang sangat. Sedang para pendidik/paedogoog lebih menitikberatkan pandangannya terhadap bahaya-bahaya yang melanggar norma-norma social, tata tertib, norma susila, dan sejejnisnya.
1.2       Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kesehatan Fisik, Kesehatan Spriitual dan Dengan Pendidikan serta Dengan Kehidupan Berkeluarga
2. Bagaimanakah Hubungan Kesehatan Mental Dengan Perusahaan, Dengan Lapangan Hukum dan Dengan Kebudayaan

1.3       Tujuan
Untuk mengidentifikasi Hubungan Kesehatan Mental Dengan Lapangan Hidup lainnya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kesehatan Fisik

Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat, tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dpaat diketahui secara pasti. Contoh : fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat, yaitu antara lain mudah tersinggung. Demikian pula fisik yang sedang sakit, tetapi sikap mentalnya selalu optimis penuh dengan harapan smebuh, maka derita sakit akan lebih ringan dan lekas sembuh. Sedang bagi mereka yang pesimis lebih sulit/lama disembuhkan. Misalnya takut mati, takut penyakitnya tambah parah. Maka tepatlah kiranya bahwa pasien diberikan penjelasan mengenai penyakitnya serta bahayanya agar yang bersangkutan menyadari dan optimis.

2.2       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kesehatan Spriitual

Selain kehidupan materialistis masih ada kehidupan spiritualistis yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan manusia selain kebutuhan biologis, social juga mempunyai kebutuhan metafisis. Kebutuhan terakhir ini teruatama memberikan kebutuhan spiritual kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
Dengan menyerahkan diri kepada-nya dengan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan kepercayaan (agama) masing-masing niscaya akan mendapat ketentraman. Segala derita atau kesusahan diserahkan kepada keadilan-Nya. Bagi yang baru menderita dapat rela menerima kenyataan sebagaimana takdir-Nya. Dengan keyakinan dan kepercayaan dapat memperolah keseimbangan mental.

2.3       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Pendidikan

Keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan pendidikan. Orang tua pada umumnya memberikan pelayanan kepada putri dan putranya sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada kalanya orang-orang tua sangat memanjakan, ada pula yang bertindak keras. Namun demikian, bagi keluarga yang mengerti tentang kesehatan mental akan mendidik putra-putrinya sesuai dnegan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka.
Sekolah merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga. Sekolah bukan hanya sekadar memberikan pelajaran, tetapi juga berusaha memberikan pendidikan sesuai dengan perkembangan, berusaha agar anak didik mengembangkan potensinya secara puas dan senang serta mempunyai pribadi yang integral. Memang telah diakui bahwa pendidikan sekolah merupakan kelanjutan pendidikan di dalam keluarga, dan merupakan community sentered, tetapi kalu pendidik mau mengerti secara mendalam mengenai masalah anak didik, mempunyai kecakapan dan teknik dalam melayani anak didik, mempunyai pandangan yang luas, melaksanakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ilmu kesehatan mental.

2.4       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kehidupan Berkeluarga

Kurang adanya saling pengertian dari suami istri sering menimbulkan kegoncangan, ketidakseimbangan keluarga. Kehidupan berkeluarga merupakan pengalaman baru. Apalagi bagi suami istri yang berasal dari keluarga yang sangat berlainan latar belakangnya. Tetapi tidak berarti perbedaan pribadi, perbedaan kebiasaan dan sifat-sifat tertentu menyebabkan goncangnya/pecahnya keluarga tetapi kadang-kadang justru perbedaan atau saling berlawanan malah akhirnya menjadi sejahtera, asal kondisi masing-masing disadari selanjutnya saling menempatkan diri sesuai dengan fungsinya. Masing-masing siap sedia untuk mengadakan penyesuaian (adjustment). Sebagaimana peribahasa Jawa yang mengatakan : tumbu oleh tutup. Bakul yang mendapat tutup. Tumbu dan tutup yang bentuknya berbeda kalau disatukan akan menjadi serasi dan harmonis.
Jadi, yang penting bagi anggota keluarga dalam melaksanakan kehidupan berumah tangga menjalankan prinsip-prinsip kesehatan mental, yaitu selain berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga itu.

2.5       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Perusahaan

Para pengusaha sangat memperhatikan kesejahteraan seluruh karyawannya. Kesejahteraan lahir batin akan menjamin keberhasilan, perusahaan, kesejahteraan lahir batin itu antara lain : jaminan sosial, jaminan hari tua, tunjangan keluarga, hak cuti, rekreasi, hadiah sikap ramah dan kekeluargaan. Usaha terwujudnya kesejahteraan itu akan mengurangi/menghilangkan kesenangan, rasa tanggung jawab para karyawan. Maka usaha kesehatan mental dalam perusahaan selain kewajiban pokok pimpinan pengusaha juga agar seluruh karyawan mendapat penerangan bahwa perlu menjaga keseimbangan/ketentraman lahir batin masing-masing sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan mental.

2.6       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Lapangan Hukum

Pada zaman dahulu para pelanggar hukum mendapat hukuman karena kesalahannya. Dengan hukuman diharapkan agar jera/takut berbuat pelanggaran lagi. Tetapi pandangan sekarang/zaman modern, pelanggaran-pelanggaran hukum dianggap sebagi individu-individu yang sedang terganggu keseimbangannya, maksudnya mereka sedang mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri terhadap sosial dalam batas-batas hukum baik perdata dan pidana. Itulah sebabnya mereka tidak diperlakukan sebagai tahanan pesakitan melainkan dianggap sebagai manusia yang sedang menderita gangguan sosial yang perlu dibimbing/dididik dan dibantu agar supaya kembali kedalam kehidupan sosial sesuai dengan hukum yang berlaku. Kecuali itu agar keseimbangan jiwanya kembali, sadar akan perbuatannya serta tak akan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum lagi.

2.7       Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kebudayaan

Manusia dikatakan sebagai makhluk tertinggi, karena mempunyai budaya. Kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia, dapat disaksikan, dirasakan dalam kehidupan. Peninggalan-peninggalan hasil budaya ditemukan berupa tulisan/gambar di batu, dinding gua, candi dengan ukiran kisah masa lampau. Tata cara kehidupan dapat dipelajari dan dirasakan manfaatnya. Semua itu merupakan bukti bahwa manusia sejak dulu hingga sekarang menggeluti kancah budaya. Hasil karya seni ternyata meliputi berbagai bidang dengan berbagai variasi. Misalnya seni tari, mencakup music/gamelan, suara disamping seni gerak. Seni dalam karya tulis, termasuk novel, cerpen maupun buku sejarah dan ilmiah yang mempunyai corak sendiri-sendiri. Semua bidang kehidupan mempunyai nilai seninya. Para pencipta budaya khususnya seni sambil mencipta juga menikmati hasilnya. Sedang bagi orang-orang yang tak mampu mencipta dapat menikmati dan memanfaatkan dalam kehidupan. Dengan menikmati kehidupan mengalir rasa kagum, bahagia, sehingga mengenyahkan, setidaknya mengurangi rasa sedih dan kecewa.


BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan

  • Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat, tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dpaat diketahui secara pasti.
  • Yang penting bagi anggota keluarga dalam melaksanakan kehidupan berumah tangga menjalankan prinsip-prinsip kesehatan mental, yaitu selain berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga itu.
  • Peninggalan-peninggalan hasil budaya ditemukan berupa tulisan/gambar di batu, dinding gua, candi dengan ukiran kisah masa lampau. Tata cara kehidupan dapat dipelajari dan dirasakan manfaatnya

3.2       Saran
Sekolah merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga. Sekolah bukan hanya sekedar memberikan pelajaran, tetapi juga berusaha memberikan pendidikan sesuai dengan perkembangan, berusaha agar anak didik mengembangkan potensinya secara puasdan senang serta mempunyai pribadi yang integral.


DAFTAR PUSTAKA


Sundari, Siti.(2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Rineka Cipta : Jakarta

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »