BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang.. Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan zamannya.
Kurikulum Belajar Tahun 1984 |
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.
Mengingat hal tersebut, pemakalah mencoba mengangkat persoalan kurikulum 1984 membahas mengenai isi yang ada dalam kurikulum 1984 serta kelebihan dan kelemahan yang ada dalam kurikulum 1984.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Kurikulum?
- Bagaimana Sejarah Perkembangan Kurikulum 1984?
- Sebutkan Ciri-ciri Umum dari Kurikulum CBSA?
- Bagaimanakah Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984?
- Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Kurikulum 1984?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam arti sempit adalah: “Sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat“. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, “Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah”. Kurikulum menurut pengertian modren adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang di rencanakan dan di organisir untuk di atasi siswa untuk mencapai tujuan dan merupakan keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar.
Dalam pendidikan formal kurikulum adalah salah satu aspek yang penting dalam pengajaran, saat itu asumsi yang di bangun adalah kurikulum yang merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis dan dikembangkan terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, kurikulum ini berlaku selama 9 tahun. Karena pengajaran berpangkal padanya. Dalam kurikulum terangkum pula pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana seorang anak didik diarahkan dalam perkembangan segenap potensinya. Kurikulum selalu menyangkut persoalan mengenai apa yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu diajarkan, karena itu kurikulum tidak terlepas dari pengajaran.
2.2 Sejarah Perkembangan kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum. Kurikulum ini di susun karna kurikulum terdahulu di anggap memiliki banyak kekurangan,
Ada 4 aspek yang disempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni:
- Pelaksanaan PSPB
- Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
- Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
- Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh karena itu juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny R.Semiawan, kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kekurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
- Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
- Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
- Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
- Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
- Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja
2.3 Ciri-ciri Umum dari Kurikulum CBSA
- Berorientasi pada tujuan instruksional
- Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
- Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
2.4 Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984.
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
- Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
- Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
- Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
- A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
- A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
- A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
- A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
4. Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
Adapun kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan kurikulum 1984
- Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
- Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat
- Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
- Anakdapatbelajardaripengalamanlangsunglangsung.
- Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
- Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif
b. Kelemahan kurikulum 1984
- Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
- Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
- Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
- Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.
- Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
- Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
- Guru kurang berperan aktif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum 1984 adalah perbaikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1975. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Dalam kurikulum 1984 ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Dasar perubahan kurikulum 1975 kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
- Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
- Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
- Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
- Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
- Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja
3.2 Saran
Kurikulum 1984 memilki beberapa kelebihan diantaranya menggunakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor. Namun juga memilki beberapa kekurangan di antara nya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajaar model berceramah. Setra diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Mara samin lubis, Telaah Kurikulum smu/sederajat (Medan:cita pustaka media perintis, 2011),h.3
Rahmat hidayat, penghantar sosiologi kurikulum(jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.224
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan materi pembelajaran(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011),h.90