Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat masih ada yang menganggap kecacatan atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus sebagai kutukan, penyakit menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka ABK dan keluarga ada yang dikucilkan oleh masyarakatnya. Ada diantara ABK sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur dengan masyarakat karena merasa cemas dan terancam.
Konseling Anak Berkebutuhan Khusus |
Kondisi tersebut tentunya membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh kembang ABK, bahkan terhadap keluarganya (kedua orangtuanya). Pandangan atau penilain negative dari lingkungan terhadap ABK dan keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling dan Anak Berkebutuhan Khusus?
- Bagaimanakah Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
- Sebutkan Layanan Bimbingan Konseling bagi ABK
1.3 Tujuan
- Mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling dan Anak Berkebutuhan Khusus?
- Mengidentifikasi Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
- Mengetahui Layanan Bimbingan Konseling bagi ABK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering di rangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang di lanjutkan dengan kegiatan konseling.
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya (Prayitno & Amti, 2008). Sedangkan Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang di hadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang, (Prayitno & Amti, 2008).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
2.2 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengertian anak berkebutuhan khusus, berikut defenisi anak luar biasa atau sekarang lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang menyimpang dari rata-rata atau normal dalam:
- Kareakteristik mental,
- Kemampuan sensoris,
- Karakteristik neuromotor atau fisik,
- Perilaku sosial,
- Kemampuan berkomunikasi, dan
- Gabungan dari beberapa variabel tersebut
2.3 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak-anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarungu dan tunadaksa, adapun karakteristik kelainan fisik meliputi:
a. Tunanetra
- Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
- Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
- Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
- Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
b. Tunarungu
- Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
- Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak normal pada umumnya.
- Motorik, sering anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik.
- Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung.
c. Tunadaksa
- Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik, maupun motorik.
- Kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
- Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
- Sosial-emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.
d. Tunagrahita
Adapun karakteristik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
- Tingkat ringan, memiliki kemampuan paling tinggi setraf dengan anak kelas 5 SD, mampu di ajar memca, menulis dan berhitung sederhana.
- Tingkat sedang, memiliki kemampuan akademik maksimal setaraf dengan anak kelas 2 SD, biasanya sering disertai gangguan motorik dan komunikasi sehingga sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, aktifitas sosialnya hanya sebatas untuk memelihara diri sendiri.
- Tingkat berat, anak ini tidak mampu dididik maupun dilatih, kemampuannya paling tinggi setaraf anak pra-sekolah, sepanjang hidupnya anak ini bergantung pada orang lain.
e. Tunalaras
Karakteristik anak tunalaras secara umum menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), gagngguan perhatian dan hiperaktive. Secara akademik anak tunalaras sering ditemui tidak naik kelas hal ini dikarenakan gangguan perilakunya bukan karena kapasitasv intelektualnya.
f. Kesulitan belajar
Adapun karakteristik atau ciri yang menonjol pada anak berbakat meliputi:
- Karakteristik Intelektual, cepat dalam belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.
- Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership) terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa serta mampu mengontrol emosi.
- Karakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit, dapat memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi.
2.4 Layanan Bimbingan Konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1. Kebutuhan Bimbingan Konseling bagi ABK
Mengenai kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini, Thompson dkk (2004) menuliskan garis besarnya sebagai berikut:
- Anak harus mengenal dirinya sendiri
- Menemukan kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul menyertai kelainannya.
- Menemukan konsep diri
- Memfasilitasi penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
- Berkoordinasi dengan ahli lain
- Melakukan konseling terhadap keluarga ABK
- Membantu perkembangan ABK agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri
- Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
- Mengembangkan keterampilan personal dan social
- Bersama-sama merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan yang dibutuhkan
2. Tujuan Program Bimbingan Konseling Bagi ABK
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling bagi ABK adalah sesuai dengan tujuan pendididikan, yang tertulis pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5)
b. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan layanan bimbingan dan konseling bagi ABK antara lain:
- Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki berkenaan dengan bakat, minat, sikap, perasaan dan kemampuannya.
- Memahami lingkungan dengan baik, meliputi lingkungan pendidikan disekolah, lingkungan diasrama, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat.
- Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yang didasarkan kepada pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungannya.
- Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik disekolah maupun diluar sekolah.
3. Manfaat Program Bimbingan Konseling Bagi ABK
Manfaat yang didapat dari seluruh proses bimbingan dan konseling terhadap Anaka Berkebutuhan Khusus adalah sebagai berikut.
- ABK dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
- ABK dapat hidup mandiri
- ABK mampu berkomunikasi
- ABK mampu bersosialisasi
- ABK dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
- ABK dapat mengetahui wawasan tambahan tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah individu yang unik. Mereka juga mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya dan memiliki kebutuhan dasar yang sama. Ini merupakan tantangan bagi para konselor untuk berkolaborasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Pelayanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus akan amat erat kaitannya dengan pengembangan kecakapan hidup seharihari yang tidak akan terisolasi dari konteks. Oleh karena itu pelayan BK bagi anak berkebutuhan khusus merupakan pelayanan intervensi tidak langsung yang akan lebih terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan perkembangan bagi kepentingan fasilitasi perkembangan konseli, yang akan melibatkan banyak pihak di dalamnya.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dalam hal ini penulis merekomendasikan agar rencana layanan bimbingan konseling untuk ABK yang telah disusun pada bab sebelumnya agar dilaksanakan dan segera ditindaklanjuti. Pelaksanaan layanan bimbingan konseling tersebut sebaiknya bekerja sama dengan guru kelas agar lebih jelas dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Adurrachman dan Sudjadi. 1995. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chori, Salim. 1995. Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sunardi. 1995. Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Prayitno & Amti.2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Rineka Cipta
Syaodah &Agustin. 2008. Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA
Baca Juga: Bimbingan Konseling Karier Teori Holland