PENGETAHUAN KELUARGA DALAM UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH

PENGETAHUAN KELUARGA DALAM UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DI WILAYAH KERJA
 PUSKESMAS MILA KAB. PIDIE


A.  Latar Belakang
Keterampilan merawat kesehatan keluarga di pengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman seseorang, mereka yang banyak pengetahuan lebih terampil dari pada yang kurang. Banyak masalah kesehatan di pengaruhi oleh kebersihan dalam masyarakat, keluarga dan individu sehinga pencegahan penyakit dengan cara menghentikan vektor penting untuk dilakukan. Keberhasilan program pencegahan demam berdarah dengue (DBD) bergantung pada cara masyarakat memandang nyamuk sebagai penyebab serta memahami pentingnya upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing terutama dengan langkah 3M (menguras, menutup dan mengubur)  yang benar (Pujianti, 2011, p.7).
Tidak berhasil pemberantasan DBD secara menyeluruh dapat terjadi dikarenakan tidak semua masyarakat melakukan upaya pemberantasan vektor penular, dan pemberantasan sarang nyamuk tidak mungkin dapat tuntas dilakukan apabila anggota masyarakat sampai ke lingkungan yang terkecil yaitu rumah tangga tidak mau melakukannya. Perbaikan kualitas kebersihan lingkungan menekan jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti selaku vektor penyakit DBD, serta pencegahan penyakit dan pengobatan segera bagi penderita DBD adalah beberapa langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan ini. Namun, yang harus diperhatikan adalah peningkatan pemahanan dan pengetahuan, kesadaran, sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit ini sangat mendukung percepatan dalam upaya memutus mata rantai penularan penyakit DBD (Ginanjar, 2008, p.13).
 Pada saat ini di Indonesia sedang terjadi transisi demografi dan epidemiologi, degradasi lingkungan, meningkatnya industrialisasi, urbanisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, meningkatnya arus informasi, globalisasi dan pesatnya perkembangan transportasi.  Perubahan tersebut dapat membawa dampak positif atau negatif terhadap kualitas lingkungan atau ekosistem yang akan berpengaruh terhadap risiko kejadian dan penularan penyakit tular vektor seperti DBD. Dengan laju pembangunan, pertumbuhan penduduk dan perubahan ekosistem yang cepat, masalah kesehatan lingkungan menjadi lebih kompleks. DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, karena angka kesakitan semakin meningkat, masih menimbulkan kematian dan sering terulangnya kejadian luar biasa (Sukowati. 2010, p.26).
DBD sekarang ini telah  menjadi masalah kesehatan yang sangat penting di negara-negara berkembang tropis.  Angka kejadian  demam  dengue dan DBD meningkat secara signifikan pada beberapa tahun terakhir. Setiap tahunnya diperkirakan 50 – 100 juta kasus dari demam dengue dan sekitar 250.000-500.000 kasus terjadi di dunia. Pergantian  berbagai jenis serotype dari DBD telah dilaporkan dari berbagai negara. DBD dapat mengenai anak-anak dan orang dewasa, serta infeksi sekunder dari jenis virus DBD yang berbeda serotype merupakan faktor resiko keparahan penyakit DBD (Gubler (2002), dalam Indah, 2011, p.34).
  Di Indonesia DBD merupakan penyakit akibat virus yang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Departemen Kementrian Kesehatan  melaporkan sampai pertengahan tahun 2011 penyakit DBD telah menjadi masalah endemik di 122 kecamatan,1800 desa dan menjadi kejadian luar biasa (KLB) pada tahun 2005 dengan angka kematian sekitar 2%. Pada tahun 2006, kasus DBD sekitar 104.656 kasus dengan angka kematian 1,03% dan pada tahun 2007 jumlah kasus mencapai 140.000 dengan angka kematian (Depertemen Kesehatan (2008), dalam Indah, 2011, p.34).
DBD merupakan penyakit endemik di provinsi Aceh dengan jumlah kasus di tahun 2007 sebanyak 40,03/1 juta penduduk yang naik secara signifikan menjadi 51,82/1 juta penduduk pada tahun 2008. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi daerah di provinsi Aceh sangat cocok bagi tempat berkembangbiak nya nyamuk  Aedes aegepty  sebagai nyamuk penyebar virus DBD. Dari data Dinas Kesehatan  Propinsi Aceh, didapatkan data bahwa hanya 39,22% dari rumah tangga yang bebas dari nyamuk ini (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh (2009), dalam Indah, 2011, p.34).
Hampir 40 tahun Indonesia bergelut melawan DBD dan belum juga berhasil memenangkan pertarungan. Kegagalan kita mengalahkan demam berdarah dengue bukan masalah disebabkan masalah oleh soal kelemahan dana, jeleknya sistem pemberantasan, atau lemahnya layanan kesehatan, melainkan lebih karena masyarakat sendiri belum diberdayakan dan belum tergugah berpartisipasi besama-sama dalam mencegah demam berdarah dengue. Untuk melawan virus dengue pihak medis belum mampu, belum ditemukan obat anti dengue. Namun yang terjadi sejalan dengan semakin besarnya angka kasus DBD maka dari pada memberantas virusnya yang tak kasat mata kebijakan yang masuk akal hanya dengan cara mencegah maka masyarakat perlu diajak untuk mengetahui bagaimana penyakit ini di cegah (Nadesul, 2007, p.10).
Berdasarkan penelitian Trapisilowati (2008, p.816) tentang pengetahuan, sikap dan penerimaan masyarakat terhadap Bacilus Truringiensis H-14 sebagai pengendalian vektor DBD di Salatiga, Jawa Tengah, hasil penelitian menunjukakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang gejala DBD masih kurang, namun mereka mengetahui bahwa DBD merupakan penyakit yang berbahaya dan dapat menimbulkan kematian. Secara umum pengetahuan masyarakat tentang DBD cukup baik.
     Dari data awal yang penulis dapatkan di wilayah kerja Pukesmas Mila Kab. Pidie pada tahun 2011 terdapat 84 orang penderita demam berdarah dalam kurun waktu satu tahun, yaitu penderita demam berdarah laki-laki berjumlah 32 orang sedangkan perempuan berjumlah 52 orang.
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yg berjudul ”Pengetahuan Keluarga Dalam Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah“Bagaimana Pengetahuan Keluarga Dalam Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah  Di Wilayah Kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie Tahun 2012”
C. Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
  Untuk  mengetahui pengetahuan  keluarga dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
2.    Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah  melalui manajemen lingkungan  di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
b. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam upaya pengendalian vektor  demam berdarah melalui pengendalian biologis di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
c. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah  melalui pengendalian kimiawi di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
d. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah  melalui partisipasi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
e. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah  melalui perlindungan individu di wilayah kerja Puskesmas Mila Kab. Pidie tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1.    Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam   melakukan penelitian khususnya dalam keperawatan medikal bedah.
2.    Institusi tempat penelitian dilakukan
Sebagai masukan kepada pihak pengelola Puskesmas Mila Kab. Pidie khususnya pada pengetahuan keluarga dalam upaya pencegahan demam berdarah.
3.    Institusi pendidikan
Dapat dijadikan masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan, khususnya Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dalam upaya pencegahan demam berdarah.
4.    Peneliti lainnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah pengetahuan keluarga dalam upaya pencegahan demam berdarah.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »