Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada penulis sehingga
atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Makalah Membedakan Prilaku Normal Dan Abnormal” ini
sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Terima kasih penulis sampaikan juga
kepada dosen pengajar Psikologi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti dan memahami
tentang gangguan perilaku abnormal, tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik
mendukung secara moril maupun materil.
Walaupun penulis telah berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu,
saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima Kasih.
Sigli, May 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal
2.2 Penyebab Perilaku Abnormal
2.3 Faktor Abnormalitas
2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal
2.5 Jenis-jenis Perilaku Abnormal
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal
dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku
abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19
khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai
terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali
melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan
bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal,
dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf
atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron
berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan
ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut
pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan
oleh gen yang diturunkan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal?
2. Sebutkan Penyebab Perilaku Abnormal?
3. Jelaskan Faktor Abnormalitas?
4. Bagaimanakah Karakteristik Perilaku Abnormal?
5. Sebutkan Jenis-jenis Perilaku Abnormal?
1. Jelaskan Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal?
2. Sebutkan Penyebab Perilaku Abnormal?
3. Jelaskan Faktor Abnormalitas?
4. Bagaimanakah Karakteristik Perilaku Abnormal?
5. Sebutkan Jenis-jenis Perilaku Abnormal?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal
2. Untuk mengidentifikasi Penyebab Perilaku Abnormal
3. Mengetahui Faktor Abnormalitas
4. Mengetahui Karakteristik Perilaku Abnormal
5. Mengetahui Jenis-jenis Perilaku Abnormal
1. Untuk mengetahui Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal
2. Untuk mengidentifikasi Penyebab Perilaku Abnormal
3. Mengetahui Faktor Abnormalitas
4. Mengetahui Karakteristik Perilaku Abnormal
5. Mengetahui Jenis-jenis Perilaku Abnormal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perilaku Normal dan Abnormal
Normal adalah keadaan sehat (tidak
patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa
terjadi). (Maramis, 1999).
Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi
dan tepat) yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap
hidup yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada
sehingga tercapai suatu relasi interpersonal dan intersosial yang
memuaskan. (Kartini Kartono, 1989)
Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda,
tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak
dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai
aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan
dalam membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan
melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan
perhitungan maupun pikiran awam.
- Misal, perilaku makan sepuluh
kali dalam sehari.
2. Pendekatan
Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe
ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
- Misal, perilaku menangis
berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami
kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat
sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum
sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.
2.2
Penyebab Perilaku
Abnormal
Menurut tahap – tahap berfungsinya,
sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1.
Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab
primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis
general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang
bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita
mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin
menyerang seseorang.
2.
Penyebab yang
Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang
mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu
dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak
oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan
tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki
dasar rasa aman yang lebih baik.
3.
Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak
tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita
muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan
oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu
karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4.
Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang
cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah
terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang
sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas
dirinya, dan menunda kesembuhannya.
5.
Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang
disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang
kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling
mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai
abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya
senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena
suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab
mana akibat.
Berdasarkan sumber asalnya, sebab –
sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:
1. Faktor Biologis
Adalah
berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan
ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen,
kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa
menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari
kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor – faktor psikososial
2. Faktor – faktor psikososial
a) Trauma Di
Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan
rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang
sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak –
kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b) Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi
dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual,
emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1.
Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti
asuhan.
2. Kurangnya
perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
c) Hubungan
orang tua – anak yang patogenik
Hubungan
patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara
orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu
pada anak.
d) Struktur
keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi
yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu
melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola
gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang
melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1.
Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena berbagai
macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya.
2.
Keluarga yang antisosial Keluarga yang
menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas.
3.
Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah.
4.
Keluarga yang tidak utuh. Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena
sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri
dll.
e) Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara
psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1)
Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri.
2) Konflik
nilai.
3) Tekanan
kehidupan modern.
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi
keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat
berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan
berbagai bentuk gangguan seperti :
a.
Suasana
perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa
menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi
tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi
korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti
berdasarkan agama, ras, suku dll.
2.3
Faktor Abnormalitas
Penyebab yang
mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai berikut:
-
Faktor keturunan
(hereditas)
1. Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
2. Psikosis (penyakit mental yang parah)
3. Neurosis (penyakit saraf)
4. Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
5. Psikosis sifilitik
-
Faktor sebelum lahir
(pranatal)
1. Kekurangan nutrisi
2. Infeksi
3. Luka
4. Keracunan
5. Menderita penyakit
6. Menderita psikosis
7. Trauma pada kandungan
-
Faktor ketika lahir
(natal)
1. Kelahiran dengan tang (tangverlossing)
2. Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
3. Prematurity (lahir sebelum waktunya)
4. Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)
-
Faktor setelah lahir
(pascanatal)
1. Pengalaman traumatik
2. Kejang atau stuip
3. Infeksi pada otak atau selaput otak
4. Kekurangan nutrisi
5. Faktor psikologis
2.4
Karakteristik Perilaku Abnormal
1.
Kejarangan
statistic
Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut
jarang ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal
adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau
perilaku tertentu.
2.
Pelanggaran
norma
Perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau
mencemaskan mereka yang mengamatinya.
3.
Distress
pribadi
Karakteristik lain dari perilaku abnormal adalah perilaku
menciptakan tekanan dan siksaan besar pada orang yang megalaminya
4.
Disabilitas
atau disfungsi perilaku
Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa
bidang penting dalam hidup (seperti hubungan kerja atau pribadi), karena
abnormalitas.
5.
Yang
tidak diharapkan (Unexpectedness)
Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang
psikologi abnormal. Distress seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut
merupakan respons yang tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah
perilaku yang jarang ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan
bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk hidup
normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan. Oleh
karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai
dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar
dapat digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku
abnormal yang sesuai dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk criteria yang
lainnya.
2.5
Jenis-jenis
Perilaku Abnormal
1.
Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan
tegang bila menghadapi situasi yang mengancam dan menekan. Persaan ini
merupakan reaksi yang normal terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal bila
terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah.
Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan
gejala utama (kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila
individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan
obsesi kompulsif).
Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik
Kecemasan merata (generalized anxiety).
Selalu merasa bersalah/khawatir,
cenderung memberikan respon yang berlebihan pada stress yang ringan. Setiap
hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah
yang mungkin terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan. Keluhan fisik
yang lazim antara lain tidak dapat tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam
sakit kepala, kepeningan, jantung
berdebar-debar.
Gangguan Panik (Panic attacks)
Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan
keprihatinan atau teror akut yang meluap-luap. Pada saat serangan panik
individu merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi.
Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung berdebar-debar,kehabisan
nafas,berkeringat, otot-otot bergetar,kepusingan, dan rasa muak. Semua ini
akibat dari aktifnya bagian simpatetik sistem saraf otonomik.
Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn
merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang spesifik. Seseorang yang
bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus atau situasi
yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang
fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan
kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang
hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan
itu. Rasa takut biasanya tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa
takut tersebut tidak sangat mengganggu kehidupan sehari-hari individu tersebut.
Gangguan obsesi kompulsif
Orang yang mengalami gangguan obsesi
kompulsi merasa terpaksa berpikir tentang hal-hal tidak mereka inginkan.
Obsesi: gangguan terus menerus dari
pikiran/bayangan yang tidak diinginkan. Kompulsif: desakan yang
tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin tertentu. Pikiran obsesi
dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif (misalnya,pikiran tentang kuman
penyakit yang dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci alat-alat makan
berkali-kali sebelum dipakai). Individu yang mengalami gangguan obsesi kompulsif,pikiran
dan desakan ini sangat mengganggu tetapi merasa tak berdaya mengendalikannya.
2.
Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada
afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang
terganggu ini dapat mengalami depresi atau
manik (girang yang tidak wajar) yang parah
atau dapat berganti-ganti antara saat-saat
depresi atau manik (girang yang tidak wajar)
yang parah dan dapat berganti-ganti antara
saat-saat depresi atau saat-saat panik. Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah
sehingga individu tersebut perlu dirumahsakitkan.
Episode manik
Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh
energi ,antusias dan percaya diri. Terus berbicara, berpindah-pindah
kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat rencana-rencana
besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat
mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada
kegembiraan.
Episode manik yang parah ( mania) berperilaku
seperti konsep yang terkenal tentang “raving maniak” . Mereka sangat
bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka dapat bolak-balik,menyanyi,berteriak,
atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Akan marah dan menjadi ganas bila
ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.
Gangguan manik depresi
Individu yang mengalami manik dan
mengalami depresi secara berganti-ganti dalam suatu episode yang bersamaan.
Kondisi ini disebut sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu kutub
perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik
depresif jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan afeksi
lainnya karena gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda,lebih
mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan terapis
yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila tidak diobati.
Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya,
a.
Kekacauan kepribadian.
b.
Distorsi realita.
c.
Ketidakmampuan
untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya muncul pada umur sangat muda;
puncaknya antara umur 25 th-35 th. Kadang-kadang berkembang secara lamban
sebagai proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku mengasingkan
diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi
secara tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi.
Kasus ini timbul dengan segera yang
disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang memiliki gaya hidup :
− Cenderung menyendiri.
− Suka bekerja sendiri.
− Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skisofrenia :
a.
Kekacauan Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus
yang relevan. Individu tersebut menanggapi begitu
banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para
penderita ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.
b.
Kekacauan Persepsi.
Dalam fase yang akut seringkali
dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita tersebut. Ketidakmampuan
memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.
c.
Kekacauan Afektif.
d.
Tidak dapat merespon rangsangan
emosional secara wajar dan normal. Namun ekspresi
emosi yang datar ini/tumpul ini dapat
menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan dapat
tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan yang
tidak relevan dengan situasi/pikiran yang
diungkapkan.
e.
Delusi dan Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam
proses pikiran dan persepsi yang menyimpang disertai pula
dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan
eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.
Delusi penganiayaan : Paranoid.
Delusi kehebatan
: Orang tersebut kuat dan penting.
Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian
dari keyakinan.
Halusinasi Auditorik : Suara-suara.
Halusinasi Visual
: Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.
Halusinasi Sensorik : Bau busuk, rasa
racun, perasaan disentuh.
3.
Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan
cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress atau
memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa
remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita
perlu memahami perilaku abnormal seseorang, sebab “Orang Berperilaku Abnormal”
biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah
itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
Manusia
merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap permasalahan individu
memerlukan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu mahasiswa
berperilaku abnormal memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid
bermasalah.
Jadi
sebagai sesama manusia, kita harus mengetahui mengapa itu bisa terjadi dan
seorang mahasiswa yang baik harus bisa mengerti apa yang dialami oleh teman
sekitarnya dengan baik dan solusi yang tepat agar orang yang berprilaku
abnormal dapat keluar dari masalah yang dihadapi.
3.2 Saran
Perilaku
abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara
sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
REFERENSI
Hidayat,A.Aziz Alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Surabaya: Salemba Medika.
Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang
: Pustaka Jaya.
King, Laura A.,
2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika
Nevid, Jeffrey
S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia
Nevid, Jeffrey
S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama