MEMBEDAKAN PRILAKU NORMAL DAN ABNORMAL

MEMBEDAKAN PRILAKU NORMAL DAN ABNORMAL
MEMBEDAKAN PRILAKU NORMAL DAN ABNORMAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah dengan judul makalahMembedakan Prilaku Normal dan Abnormal
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik kualitas maupun penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.



Sigli,  May 2016
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I.  PENDAHULUAN.. 1
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah. 1
1.3 Tujuan. 1
BAB II.  PEMBAHASAN.. 2
2.1 Konsep Normal dan Abnormal 2
2.2 Pengertian Abnormalitas. 3
2.3 Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal 5
2.4 Model Pemahaman Perilaku Abnormal  (Psikopatologi) 9
2.5 Faktor Penyebab Perilaku Abnormal 11
BAB III.  PENUTUP.. 12
3.1 Kesimpulan. 12
3.2 Saran. 12
DAFTAR PUSTAKA.. 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam percakapan sehari – hari psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya terutama secara teknis tidak selalu menunjukkan pengertian yang sama atau seragam. Dalam keseharian orang normal bisa saja melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan yang tergolong abnormal di luar kesadarannya. Sebaliknya orang abnormal bisa saja melakukan perbuatan atau mengucapkan lisan seperti orang normal. terkadang, kita salah mempersepsikan apakah perbuatan atau perkataan diri sendiri atau orang lain termasuk kriteria normalkah ? atau abnormalkah? Oleh sebab itu, diperlukan batas-batas yang membedakan antara normal dan abnormal sehingga kita dapat membedakannya secara jelas.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimankah Konsep Normal dan Abnormal?
2.      Bagaimanakah Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal?
3.      Bagaimanakah Model Pemahaman Perilaku Abnormal  (Psikopatologi)?
4.      Sebutkan Faktor Penyebab Perilaku Abnormal?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui Konsep Normal dan Abnormal
2.      Mengetahui Pengertian Abnormalitas
3.      Mengidentifikasi Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal
4.      Menjelaskan Model Pemahaman Perilaku Abnormal  (Psikopatologi)
5.      Mengetahui Faktor Penyebab Perilaku Abnormal


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Normal dan Abnormal
Menurut Supratiknya (1995) merumuskan konsep normal dan abnormal agak susah dikarenakan
1. Sulit menemukan model manusia yang ideal dan sempurna,

2. Dalam banyak kasus tidak adanya batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan abnormal
Dalam keseharian orang normal bisa saja melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan yang tergolong abnormal di luar kesadarannya. Sebaliknya orang abnormal bisa saja melakukan perbuatan atau mengucapkan lisan seperti orang normal. terkadang, kita salah mempersepsikan apakah perbuatan atau perkataan diri sendiri atau orang lain termasuk kriteria normalkah ? atau abnormalkah? Oleh sebab itu, diperlukan batas-batas yang membedakan antara normal dan abnormal sehingga kita dapat membedakannya secara jelas.
Berikut pengertian keadaan normal secara konseptual :
  1. Sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization-WHO)
  2. Karl Meninger, seorang psikiater, memberikan rumusan sebagai berikut "kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi atau hanya perasaan puas atau keluwesan dalam mematuhi aturan permainan dengan riang hati. Kesehatan mental mencakup itu semua. kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan sikap hidup yang bahagia."
  3. H.B. English, seorang psikolog, memberikan rumusan sebagai berikut: "kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap di mana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri. kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar absennya gangguan mental"
  4. W.W. Boehm, seorang pekerja sosial, memberikan suatu pengertian "kesehatan mental meliputi suatu keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan."
Dari keempat rumusan tersebut menekankan normalitas sebagai keadaan sehat yang secara umum ditandai dengan keefektifan dan penyesuaian diri yaitu menjalankan kewajiban serta tuntutan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.
2.2  Pengertian Abnormalitas
Apa yang dimaksud dengan perilaku “abnormal” dengan kriteria apa kita dapat membedakan perilaku abnormal dari perilaku normal. Tidak terdapat kesepakatan umum,tetapi ada beberapa cara untuk menerangkan keabnormalan yang didasarkan pada satu definisi atau lebih definisi berikut.
1.      Penyimpangan Dari Norma statistik
Didasarkan frekuensi statistik. Artinya perilaku abnormal secara statistik (kebanyakan orang      pada populasi tertentu) tidak terdapat atau menyimpang dari norma, misalnya karakeristik      tinggi,berat badan,kecerdasan.
2.      Penyimpangan Dari  Norma Sosial
     Mengikuti/sesuai tidaknya perilaku individu dengan norma masyarakat tertentu. Masalah      timbul bila penyimpangan dari norma sosial digunakan sebagai kriteria untuk menentukan      keabnormalan karena perilaku yang dianggap normal oleh masyarakat tertentu belum      tentu normal oleh masyarakat lain. Jadi gagasan tentang keabnormalan atau kenormalan      berbeda dari satu masyrakat ke masyarakat lain.
3.      Perilaku Maladaptif
Ilmuwan sosial yakin kriteria yang paling penting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang/kelompok sosial. Dikatakan abnormal bila bersifat maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan) dan bila hal tersebut mempunyai dampak yang merugikan pada seseorang atau masyarakat. Mengganggu kesejahteraan individu tersebut misalnya seseorang yang takut pada keramaian sehingga tidak mampu naik bis pada waktu berangkat kerja, seorang pemabuk yang minum begitu banyak sehingga sering berpindah tempat kerja. Perlaku yang menyimpang lainnya yang berbahaya bagi masyarakat misalnya seorang pemuda yang sering bertindak brutal di lingkungannya, seorang penderita paranoid yang merencanakan membunuh beberapa pejabat pemerintah.
4.      Kesusahan Pribadi
Menganggap keabnormalan dari sudut perasaan subjektif seseorang dan bukan dari perilaku orang tersebut. Penderitaan-penderitaan bathin seperti selalu khawatir,menderita bathin atau gelisah,tidak dapat tidur,kehilangan nafsu makan dan mengalami berbagai rasa sakit dan nyeri. Semua masih gejala keabnormalan ; perilaku masih tampak normal bagi pengamat awam.
2.3  Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal
Pribadi yang normal itu secara relatif dekat sekali dengan integrasi jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Kehidupan psiskisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak memendam konflik-konflik batin, tenaga dan jasmaniahnya sehat selalu.
Pribadi yang abnormal mempunyai atribut secara relatif mereka itu jauh daripada status integrasi. Ada tintgkat atribut “ inferior ” dan “ superior ”.
Kompleks-komples inferior ini misalnya terdapat pada penderita psikopat, neuron dan psikosa. Dan kompleks-kompleks superior itu terdapat pada kelompok kaum Idiot savant (kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot) yang memiliki quotient intelegensi (I.Q.) yang tinggi, misalnya dibidang seni, musik, metematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lain.
Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau ada kelainan-kelainan/abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini selalu diliputi banyak konflik-konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari msyarakat, selalu gelisah dan takut dan jasmaninya sering sakit-sakitan.
Abnormalitas dari beberapa segi, yaitu segi patologis, statistik, dan segi kultural/budaya.
1.       Abnormal dipandang dari segi patologis
Dipandang dari segi patologis, tingkah laku abnormal itu adalah akibat suatu kecelakaan, suatu penyakit, atau status kepribadian yang kacu (disorder state), yang kita jumpai pada penderita-penderita simpton klinis tertentu. Misalnya ada banyak unsur ketakutan dan kecemasan khronis yang tidak beralasan pada penderita psikoneurosa; gejala delusi, ilusi dan halusinasi pada psikosa juga tingkah laku anti-sosial pada pribadi yang sosiopatik.
2.       Abnormal dipandang dari segi statistik
Ini merupkan pendekatan secara grafis (tertulis dan gambaran) dan secara matematis mengenai masalah siapakah yang noemal dan abromal.
3.       Abnormalitas dipandang dari segi kultur/kebudayaan
Dari segi pandang ini, tingkah laku dan sikap hidup seseorang dianggap sebagai normal atau abnormal bergantung pada lingkungan kebudayaan tempet tinggal orang tersebut.
Masyarakat itu merupakan hakim yang “keras” dan “kejam” terhadap tingkah laku para anggotanya dan cenderung tidak mentolerir tingkah laku yang menyimpang dari norma umum yang ada. Tetapi penyimpangan yang bersifat radiakal dan bisa menyebabkan kekacauan pada perorangan dan lingkungannya, sangat dikecam. Dan seseorang tersebut dianggap sebagai pribadi yang abnormal.
4.       Kriteria pribadi yang normal
Deskripsi tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat dituliskan dalam satu daftar criteria oleh Maslow and mitelmann dalam bukunya “ Principle of Abnormal Psychology “, yang kami kutip antara lain sebagai berikut :
1)       Memiliki perasaan aman ( sense of security ) yang tepat.
Dalam suasana sedemikian dia mampu mengadakan kontak yang lancer dengan orang lain dalam berbagai bidang.
2)       Memiliki penilaian diri ( self evaluation ) dan insight/wawasan rasional.
Memiliki harga diri yang cukup, dan tidak berkelebihan. Memiliki perasaan sehat secara moril, tanpa ada rasa-rasa berdosa dan memiliki kemampuan menilai tingkah laku manusia lain.
3)       Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat.
Mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi social dan relasi cinta. Dia mampu mengekspresikam rasa kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilanagan kontrol terhadap diri sendiri.
4)       Mempunyai kontak dengan relitas secara efisien.
Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan, karena dia memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup luas tentang dunia manusia.
5)       Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat.
Memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada kemampuan dan gairah untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan dan dia than menghadapi kegagalan-kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan.
6)       Mempunyai pengetahuan diri yang cukup.
Dia bisa menghayati motif-motif hidupnya dalam status sadar. Dia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam batasan-batasan kenormalan.
7)       Mempunyau tujuan/obyek hidup yang adekuat.
Dalam artian, tujun hidup tersebut dapat bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar.
8)       Memiliki kemampuan untuk belajar dri pengalaman hidupnya.
Yaitu ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan evalusi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar supaya ia sukses.
9)       Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan dari kelompoknya tempat dia berada.
Sebab dia tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok lainnya (tidak terlampau menyimpang). Dia mampu mengekang nafsu-nafsu serta keinginan-keinginan yang dianggap sebagai tabu dan larangan oleh kelompknya.
10)   Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap kebudayaan.
Namun demikian diamasih tetap memiliki originalitas (keaslian) serta individualitas yang khas dan bisa membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
11)   Ada integrasi dalam kepribadian.
Ada perkembangan dan pertumbuhan jasmaniah dan rohaniah yang bulat. Disamping itu dia memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku sifatnya flexsible  terhadap group dan masyarakatnya.
2.4  Model Pemahaman Perilaku Abnormal  (Psikopatologi)
1.       Model Psikoanalitik
Pendekatan ini memberikan tekanan pada peranan dorongan-dorongan dasar yang bersifat nalriah dan tidak disadari yang terdapat pada manusia umumnya, seperti dan terutama dorngan seks, sebagai penyebab utama terjadinya perilaku, termasuk perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Dalam pandangan ini kesehatan mental dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individual mampu untuk mredakan dan menyalurkan dorongan-dorongan dasr ini dalam btas-batas yang dilanjutkan atau diminta masyarakat atau society dengan agama dan budayanya. Tingkah laku abnormal dilihat sebagai hasil dari perkembangan yang salah atau penggunakan defence mechinsm yang berlebihan ketika individu mennggulangi kecemasan (anxiety) yang dihayatinya.
2.       Model Behavioritik
Model ini menekankan pada perilaku yang over atau terbuaka serta objektif. Tingkah laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk menyesuaikan diri dengan rangsanga-rangsangan-rangsangan di lingkungan, yang disebut stimulus.
Abnormalitas dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif atau menyimpang, sebagai hasil belajar atau respon-respon maladaptif dan atau kalangan untuk mempelajari apa atau kemampuan apa yang dibutuhkan., atau dapat dikatakan salah dalam mempelajari suatu yang baik atau berhasil dalam mempelajari hal-hal yang tidak benar.
3.       Model Humanistik
Model ini menekankan pada kecenderungan-kecenderungan alamiah manusisa dalam hal pengarahan diri yang bertanggungjawab dan kepuasan diri. Abnormalitas dilihat sebagai kalangan untuk mengembangkan humanitas seseorang secara penuh atau lengkap sebagai akibat dari adanya blockinga atau distory kecenderungan terdapat asumsi bahwa pada dasarnya mnusia mampu mnecapai apa yang ingin ia capai melalui proses yang disebut aktualisasi diri.
4.       Model Eksistensial
Model ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman dan keputusan-keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Aliran ini yakin bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin eksis. Abnormalitas dipandang sebagai kegagalan untuk mencapai eksis mencaapai identitas diri yang adekuat dan cara hidup yang penuh makna.
5.       Model Interpersonal
Model ini pada peran relasi antar pribadi dalam memebentuk perkembangan dan perilaku individual . Abnormalitas dipandang sebagai hasil atau berasal dari relasi antar individu atau akomodasi tipe yang patologis, gagal sebagai subjek yang membangun interaksi dengan sesamanya, shingga kualitas pribadinya menurun. Manusia menurut aliran ini pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socius) yang hanya dapa hidup kalau beada dalam hubungan pribadi dengan orang lain.
6.       Pendekatan Kognitif
Pendekatana ini merupakan kelanjutan dari pendekatan behaviorisme, dimana pendekatan kognitif berpendapat bahwa kognisi ialah pikiran dan keyakinan yang membentuk perilaku kita maupun emosi yang kita alami. Terdapat tiga tipe kognisi, yaitu kasual atribusi, pengendaliian keyakinan (control believe) dan asumsi-saumsi yang disfunngsional.
2.5  Faktor Penyebab Perilaku Abnormal
Secara teknis, kita dapat melihat bahwa suatu perilaku abnormal hampir tidak pernah lahir  secara tiba-tiba. kita sering mendengar misalnya ada orang yang salah sedikit dalam menebak angka dalam suatu permainan totalisator yang berhadiah sangat besar. Ia sangat menghrap keberuntungan tetapi karena kelencengan sedikit, hadiah yang baginya sangat besar, dan sangat diharapkan tidak ia dapatkan. Dan kemudian pikirannya serta merta menjadi terganggu. Hal demikia merupaka cerita awam yang hanya melukiskan kebenaran-kebenaran yang sangat dangkal, yaitu dibagian permuakaannya saja. Secara ilmiah, lebih tepat untuk meluhat gangguan tersebut berhubungan dengan pola faktor-faktor yang membuat individu Vulnerable (rawan) untuk abnormalitas.
Berhubungan dengan alasan-alasan tadi maka dalam upaya untuk melakukan anlisis  faktor-faktor penyebab perilaku abnormal ini perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)       Menunjukan perbedaan antara penyebab-penyebab primer, predisposising, precipitating, dan reinforcing
2)       Masalah feed back atau umpan balik dan sirkularitas (linkaran setan)
3)       Konsep mengenai diatechis stress sebagai model penyebab yang luas dalam perilaku abnormal.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Perilaku abnormal adalah perilaku yang dilakukan di luar batas wajar orang lain pada umumnya (ektrem kiri maupun kanan), menyimpang dari norma sosial atau tata aturan dalam hidup berkelompok sosial (masyarakat), kurang berhasilnya memanfaatkan kemampuan diri individu itu sendiri dalam menghadapi, menanggapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari kebutuhannya sendiri, seseorang yang mengalami tekanan batin yang kronik mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan tingkat kematangan seseorang yang tidak sesuai dengan tingkat usianya yang sepantasnya tidak dilakukan. Psikologi abnormal adalah salah satu cabang ilmu psikologi  (khusus) dan yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan  mental atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
3.2  Saran
Dengan mempelajari psikologi abnormal kita bisa mengetahui tentang point-point yang belum pernah kita dapatkan, jadi dengan adanya makalah ini kita bisa belajar tentang bagaimana mempelajari psikolog, yang isinya tentang perilaku normal dan abnormal. Dan dalam pembuatan makalah ini penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran guna untuk perbaikan penulisan dimasa mendatang.


REFERENSI

Halgin P Richard dan Susan Krauss Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal edisi 6, buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

Ardiani Ardi Tristiadi, m.Si. Psi. 2011. Psi Abnormal. Bdg : Lubuk Agung

Kendall, P. & Norton-Ford, J. 1982. Clinical Psychology: Scientific and Professions. New York: John Wiley and Sons

Markam, Suprapti Slamet I.S. Sumarmo. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia

King, Laura A., 2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

Wiramihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Psikologi Klinis (edisi refisi). Bandung: Refika Aditama

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »