GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG OBSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KEMUKIMAN TONGPEUDENG KECAMATAN TITEUE KABUPATEN PIDIE

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG OBSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KEMUKIMAN TONGPEUDENG KECAMATAN TITEUE KABUPATEN PIDIE 

A. Latar Belakang

     Obstipasi atau konstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Namun Obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut (Lusiana,2012).
tentang OBSTIPASI PADA  BAYI USIA 0-6 BULAN
OBSTIPASI PADA  BAYI USIA 0-6 BULAN

     Obstipasi adalah salah satu gangguan pencernaan yang cukup banyak dijumpai pada neonatus, bayi, dan anak. Obstipasi diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya penurunan frekuensi atau berkurangnya defekasi. Pada sebagian besar kasus, biasanya bayi mengalami abdominal distension dan gagal mengeluarkan meconium dalam beberapa jam pertama kehidupan. Gagal BAB pada periode neonatal harus selalu dipertimbangkan sebagai suatu yang abnormal sampai terbukti bahwa hal tersebut merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara spontan mengeluarkan meconeum dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8% BAB dalam 48 jam pertama (Awan,2010).
     Obstipasi pada bayi adalah kesulitan defekasi akibat adanya ostruksi intra atau ekstralumen usus (misalnya karsinoma, kalom sigmoid) (Staf Pengajar Dept. Farmakologi UNSRI 2008). Obstipasi ini sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang dikarenakan adanya gangguan usus penyaluran makanan yang kurang baik pada lambung (Lusiana,2012).
     Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-menerus pada fecaes menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkan bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan (Lia,2011).
     Secara umum, definisi obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Remi,2012).
     Orang Tua tidak jarang membawa anaknya ke Dokter dengan keluhan Buang Air Besar yang terlalu sering atau tidak buang air besar dalam beberapa hari, yang ternyata pada pemeriksaan selanjutnya terbukti tidak ada kelainan. Diperlukan kehati-hatian dalam menentukan apakah seorang anak mengalami gangguan defekasi. Frekuensi defeksi yang berkurang atau berlebihan tidak cukup mencerminkan adanya gangguan defekasi, karena harus pula diperhatikan konsistensi dan warna tinjanya (Sari,2011).
     Studi pendahuluan pada tanggal 21–25 Mei 2015 di Kemukiman Tongpeudeng Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie diperoleh 95 ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan. Dari 95 ibu tersebut terdapat 49 ibu yang mengeluh bayinya sulit untuk buang air besar.
     Penyebab konstipasi fungsional bersifat multifaktor. Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi konstipasi fungsional seperti faktor herediter yaitu riwayat keluarga dimana hampir dua pertiga pasien mempunyai riwayat orang tua memiliki kebiasaan Buang Air Besar (BAB) yang tidak normal, kebiasaan makan yang kurang tepat seperti bentuk diet yang kurang karbohidrat dan selulosa, faktor psikologis, gangguan hormon, karena suatu penyakit seperti influenza, depresi, anoreksia dan dysbakteriosis usus dimana tinja yang kering dan keras menyebabkan lingkungan internal normal pada usus besar terganggu sehingga berpengaruh pada motilitas usus (Sari, 2011).
     Penanganan Obstipasi pada khususnya bayi umur 0-6 bulan harus dimulai sejak dini, karena dapat menyebabkan pendarahan pada saat defekasi dan juga haemorrhoid. Oleh sebab itu penanganan dan pengobatan konstipasi harus dilakukan secepatnya agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut (Lusiana,2012).
     Obstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak prevalensinya diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM (2008) di Selandia Baru, prevalensi obstipasi pada bayi umur 5 bulan yaitu 0,7% sampai 26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005 di Bornea didapatkan prevalensi obstipasi pada anak sampai usia 6 bulan mencapai 2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1% (Yusri, 2013).
     Data di Amerika Serikat didapatkan bahwa ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi umur 5 bulan akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusui dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi (Lia, 2011).
     Di Indonesia, angka insiden obstipasi bayi belum ada yang menjelaskan secara nominal tanpa melihat etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi persial didapatkan 10-15% dari seluruh kejadian obstipasi. Angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan penyebabnya memiliki frekuensi yang berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya (Suparyanto, 2013).
     Menurut data di Mukim Tongpuedeng Kecamatan Titeue didapatkan hasil bahwa jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan yaitu sebanyak 95 orang. Berdasarkan wawancara penulis dengan 10 orang ibu yang memiliki bayi 7 diantaranya mengatakan bayinya pernah mengalami obstipasi seperti BAB keras dan lebih dari 2 hari disebabkan oleh ibu sering memberikan pisang dan nasi sedangkan 3 diantaranya mengatakan tidak pernah terjadi obstipasi karena ibu hanya memberikan ASI eksklusif dan makanan lunak seperti bubur.
     Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi 0-6 Bulan di Kemukiman Tongpuedeng Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie”.
B. Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kemukiman Tongpuedeng Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
     Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kemukiman Tongpuedeng Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie.
2. Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan ditinjau dari persepsi.
  2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan ditinjau dari pendidikan.
  3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan ditinjau dari pengalaman.
  4. Untuk mengetahui gambarn pengetahuan Ibu Tentang Obstipasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan ditinjau dari sumber informasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
     Sebagai bahan kajian sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi seputar obstipasi yang terjadi pada bayi.
2. Ibu (Responden)
     Dapat memberikan bahan masukan kepada Ibu agar tidak terlalu dini memberikan makanan pada bayi agar terhindar dari obstipasi dan juga dapat mencegah lebih dini obstipasi pada bayi.
3. Masyarakat 
     Memberikan informasi tentang bagaimana mengatasi obstipasi yang terjadi pada bayi usia 0-6 bulan, sehingga dapat memberikan masukan mengenai obstipasi kepada masyarakat khususnya orang tua yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
     Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional, dimana subjek penelitian pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan. Objek pada penelitian ini adalah gambaran pengetahuan ibu tentang obstipasi pada bayi Usia 0-6 bulan di Kemukiman Tongpeudeng Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie.
F. Sistematika Penulisan
     Agar dalam penulisan tugas akhir ini dapat lebih terarah, maka penulis berusaha sedapat mungkin menyusun secara sistematis sehingga diharapkan tahap-tahap pembahasan akan tampak jelas kaitannya antara Bab yang satu dengan Bab yang lainnya. Adapun isi dari masing-masing Bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang Konsep Pengetahuan, Faktor yang mempengaruhi pengetahuan, Bayi, Obstipasi dan Kerangka teoritis.
Bab III : Kerangka Konsep
Bab ini membahas mengenai Kerangka konsep, Definisi operasional dan cara pengukuran variabel.
Bab IV : Metodologi Penelitian
Bab ini membahas mengenai Desain penelitian, Populasi dan Sampel penelitian, Tempat Penelitian, Waktu penelitian, Pengumpulan data, Pengolahan data, Analisa data dan Penyajian data.
Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam Bab ini dipaparkan mengenai Gambaran umum lokasi penelitian, Hasil penelitian dan Pembahasan.
Bab VI : Penutup
Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari tugas akhir pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Pidie.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »