STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
     Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
     Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
     Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
hakikat strategi pembelajaran kooperatif
ciri utama strategi pembelajaran dengan metode kooperatif

1.2 Rumusan Masalah
      Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
  1. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif menurut para ahli?
  2. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
  3. Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?
  4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah Strategi Pembelajaran Kooperatif
      Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
  1. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif menurut para ahli.
  2. Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.
  3. Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
  4. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli

      Menurut Rustaman (2003:206) dalam www.muhfida.com (2009) “pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional”.
      Menurut Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
      Menurut Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.
      Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”.
      Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
      Dari beberapa definisi ahli diatas mengenai pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

2.2 Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

1. Saling Ketergantungan Positif
     Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
     Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
3. Interaksi Tatap Muka
     Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
     Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
5. Evaluasi Proses Kelompok
     Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

  1. Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
  2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
  4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
  6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

2.3 Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif

      Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.

1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

      Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:
  1. Presentasi kelas.
  2. Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang.
  3. Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual.
  4. Peningkatan skor individu.
  5. Penghargaan kolompok.

2. Tipe Think-Pair-Share

      Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut.
  1. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
  2. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.
  3. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

3. Tipe Jigsaw

      Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.

4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)

      Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok me- ngerjakannya.
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

5. Tipe GI (Group Investigation)

      Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pengelompokan (Grouping)
      Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang.
b. Tahap Perencanaan (Planning)
      Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mereka belajar? Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? 
c. Tahap Penyelidikan (Investigation)
      Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. 
d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
      Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e. Tahap Presentasi (Presenting)
      Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 
f. Tahap Evaluasi (Evaluating)
      Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

6. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)

      Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase:
a. Fase Orientasi
      Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b. Fase Organisasi
      Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa.
c. Pengenalan Konsep
      Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kli- ping, poster atau media lainnya.
d. Fase Publikasi
      Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e. Fase Penguatan dan Refleksi
      Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

7. Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)

      Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
  7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
  9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

8. Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

      Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:
  1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.
  2. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
  3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
  4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 
  5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
  6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
  7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
  8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan dari Strategi Pembelajaran Kooperatif

2.4.1 Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif.

  1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
  2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
  3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
  4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
  5. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
  6. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik.
  7. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.

2.4.2 Kelemahan Model Strategi Pembelajaran Kooperatif.

  1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
  2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
  3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
  4. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
  5. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
     Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
     Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
3.2 Saran
     Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada menggunakan strategi yang konvensional.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »