indikator perkembangan bahasa peserta didik







BAB I 

PENDAHULUAN 



A. Latar Belakang Masalah 

Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melalui bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas. 

Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mudah berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Melihat fakta di lapangan mengenai perkembangan dan penguasaan bahasa pada anak sangat mengherankan, karena setiap anak-anak memiliki perkembangan dan penguasaan kosa kata yang berbeda baik dari segi jumlah maupun dari segi pengucapannya. 

B. Rumusan Masalah 

1. Apa itu bahasa ? 

2. Apa saja bentuk bahasa itu ? 

3. Bagaimana proses pemerolehan bahasa pada peserta didik ? 

4. Bagaimana proses pertumbuhan bahasa pada peserta didik? 

5. Bagaimana proses perkembangan bahasa pada peserta didik ? 

6. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik? 

7. Apa peranan bahasa pada peserta didik 



BAB II 

PEMBAHASAN 



A. Pengertian Bahasa 

Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). 

B. Bentuk-Bentuk Bahasa 

Setiap bahasa memiliki karakteristik bervariasi, dan setiap bahasa memiliki karakteristik yang umum. Urutan kata-kata merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam suatu bahasa. Berikut ini beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya : 

1) Bahasa Lisan 

Bahasa lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang paling efektif untuk berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. 

2) Bahasa Tulisan 

Bahasa tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan memanfaatkan media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan dilakukan dengan menyusun huruf-huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang merupakan ekspresi dari pikiran atau perasaan yang akan disampaikan. 

3) Bahasa Tubuh / Bahasa Isyarat 

Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat dipergunakan secara sengaja oleh orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu. 

C. Proses Pemerolehan Bahasa Peserta Didik 

Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa hingga kini telah memperoleh satu bahasa. Bahasa ibu (bahasa pertama) menjadi salah satu sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian, gagasan, harapan, dan sebagainya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai bahasa pertamanya (bahasa ibu) sampai batas tertentu. 

Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia. 

D. Proses Pertumbuhan Bahasa Peserta Didik 

Pertumbuhan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Pertumbuhan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: Periode Pralinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu: 

1) Fase Satu Kata (Holofrase) 

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata minum, bagi: anak dapat berarti “saya mau minum”, atau dapat juga berarti “mama sedang minum”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja. 

2) Fase Lebih Dari Satu Kata 

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. 

3) Fase Perbedaan (Differensiasi) 

Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. 

E. Proses Perkembangan Bahasa Peserta Didik 

Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu: Tarigan (2009: 246-251) menjabarkan perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan. 

1. Tahap Meraban (Pralinguistik) 

Pertama Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat. 

2. Tahap Meraban (Pralinguistik) 

Kedua Tahap ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap kata tanpa makna awal tahap meraban kedua ini biasanya pada permulaan kedua, tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak mengahsilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. 

3. Tahap 1: Tahap Holofrastik (Tahap Linguistik Pertama) 

Ini adalah tahap satu kata, yang dimulai sekitar usia satu tahun. Akan tetapi, justru pada saat inilah tahap-tahap perkembangan linguistik berhenti lalu dihubungkan dengan usia secara terpercaya. Ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase karena anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. 

4. Tahap II : Ucapan-ucapan Dua-Kata 

Tahap linguistik kedua ini biasanya dimulai menjelang hari ulang tahun kedua, tetapi seperti yang telah dikatakan dahulu, terdapat sejumlah variasi perseorangan di antara anak-anak normal. anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak yang menggunakan holofrase mata dan mama mungkin menunjuk kepada bola mata dan ikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada mama. 

5. Tahap III: Pengembangan Tata Bahasa Usia yang merupakan saat keluarnya anak-anak dari tahapan II sangat berbeda-beda. 

Ada anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun, ada pula yang masih tetap mepergunakan ucapan dua kata secara ekslusif sampai melewati hari ulang tahunnyayang ketiga. selama tahap III anak-anak mengembangkan sejumlah sarana ketatabahasaan. panjang kalimat mereka bertambah, tetapi hal ini tidaklah begitu penting karena ucapan-ucapan mereka semakin bertambah rumit. 

6. Tahap IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa 

Pada tahap IV, anak-anak memulai dengan struktur tata bahasa yang lebih rumit; banyak di antaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativisasi dan konjungsi. 

7. Kompetensi Lengkap 

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bahasa Peserta Didik 

Ada dua faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor di atas, memberikan gambaran pola perkembangan berbahasa anak yang pada umumnya sama, tetapi tetap ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut : 

1. Faktor Internal 

a. Evolusi Biologi 

Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari. 

b. Jenis Kelamin Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa, daripada anak laki-laki. 

c. Kecerdasan Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah. 

Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak. 

d. Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya. 

Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau berbahasa. 

e. Kepribadian Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial. 

Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan). 

2. Faktor Eksternal 

a. Faktor Kognitif (Pola Asuh) 

Rumah adalah sekolah pertama bagi anak, dan orangtua adalah guru pertama yang bisa mengantar anak menuju gerbang pendidikan formal. Stimulus yang diberikan orangtua akan terbingkai dalam pola pikir, pola tindak, dan pola ucap anak. 

Jika orangtua menginginkan anaknya santun berbahasa, maka berikan stimulus yang positif. Setiap aktivitas yang ada dan terjadi di lingkungan rumah merupakan rangkaian dari proses pemerolehan karakter yang sifatnya berkala dan berkesinambungan. Dalam hal ini orangtua berperan sebagai motor penggerak yang memegang kendali pertama dan utama dalam perkembangan bahasa anak melalui (salah satunya) pola asuh yang mendidik. 

b. Lingkungan Luar 

Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang disekitarnya. 

Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik. Tiga faktor di atas saling mendukung untuk menghasilkan kemampuan berbahasa maksimal. Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada pengembangan keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata yang baik dan mendidik, berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam suasana kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan damai. 

c. Kesehatan Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. 

Hal ini dikarenakan perkembangan aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. 

d. Keluarga (jumlah anggota keluarga, urutan kelahiran, dan metode latihan berbicara) 

Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajak dan melatih mereka berbicara. 



BAB III 

PENUTUP 



A. Kesimpulan 

Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat. 

Proses pertumbuhan bahasa peserta didik 

1) Fase Satu Kata (Holofrase) 

2) Fase Lebih Dari Satu Kata 

3) Fase Perbedaan (Differensisasi) 

B. Saran 

Sebaiknya perkembangan bahasa pada peserta didik dilakukan sejak usia dini, agar mereka mengetahui cara menggunakan bahasa yang baik dan benar. 




DAFTAR PUSTAKA 



Ismail.(2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP 

Widowati, Budijastuti. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas negeri Surabaya. 

Soeparwoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES PRESS. 

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »