Media Pendidikan Penjas

Media Pendidikan Penjas

Alat Bantu Pembelajaran Penjas
Media Pembelajaran Penjas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar belakang
Di era globalisasi , terkini & teknologi tinggi ini setiap insan bisa melakukan sesuatu dengan serba cepat , bermakna, kreatif, dan inovatif. Namun suatu realita sehari-hari masih banyak ditemukan guru dalam kegiatan belajar mengajar murid di sekolah mengandalkan  system lama, antara lain pidato, menulis, berbicara. Dan lain lain. 
Dalam kegiatan pembelajaran penjas sebenarnya peserta didik tidak hanya tuntut seperti berpidato, menulis, berbicara dan lain sebagainya, pengajar seharusnya menjadi pengarah, pemotivasi. Materi-materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) diberikan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yg pada arti teori melainkan praktek pada lapangan. Dalam praktek di lapangan tak jarang sekali didapati pembelajaran Penjas yg kurang efektif dan efisien.

Dalam pedagogi materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu. Padahal apabila dikaji lebih mendalam, menggunakan alat bantu liputan/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna sang murid sehingga proses pembelajaran lebih efektif & efisien.  Hal ini disinyalir lantaran tidak tersedianya alat bantu tadi & kurangnya kreativitas para guru. Tidak  pendidikan penjas. kurang tersedianya media pembelajaran/alat bantu pada sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas & kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga hanya bermodalkan pidato,menulis pada papan tulis dan mendikte.
Cara belajar itu sangat penting baik di dunia pendidikan ataupun di kegiatan-kegiatan non kependidikan. Diantaranya salah satu pengertian pendidikan jasmani, adalah pendidikan melalui aktifitas fisik untuk menghasilkan kemajuan yang menyeluruh, kualitas diri individu baik fisik, mental, dan emosional. Dimana pendidikan jasmani mempelajari hubungan antara gerakan tubuh manusia dengan pikiran dan jiwa, seperti pengaruh latihan fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan (Bucher, 1995 : 118). 
Guru pedidikan jasmani adalah pendidik yang merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani, menilai hasil pembelajaran pendidikan jasmani, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
1.2       Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami ambil masalahnya yaitu:
1.      Bagaimanakah perumusan materi apa saja dalam pembelajaran penjasorkes itu?
2.      Bagaimana pemilihan metode dalam pembelajaran penjasorkes?
3.      Apa saja organisasi pembelajaran penjasorkes.?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Jenis Jenis Media Pembelajaran

Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
  1. Media Visual :
  2. grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip), transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram.
  3. Media Audial :
  4. radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  5. Projected still media :
  6. slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  7. Projected motion media :
  8. film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
  9. Benda –benda hidup, simulasi maupun model.

2.2       Fungsi  Media Pembelajaran

a.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
b.      Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak   mungkin dialami secara langsung di dalam kelas boleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena 
·         obyek terlalu besar;
·         obyek terlalu kecil;
·         obyek yang bergerak terlalu lambat;
·         obyek yang  bergerak terlalu cepat;
·         obyek  yang terlalu kompleks;
·         obyek yang bunyinya terlalu halus;
·         obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
c.       Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada        peserta didik.
d.      Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik        dengan lingkungannya.
e.          Media menghasilkan keseragaman pengamatan
f.          Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
g.         Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
h.         Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
i.    Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
Selain itu media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi, disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya adalah :
  1. Media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi.
  2. Media sebagai segala benda yang yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
  3. Media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang untuk belajar”.
  4. Media sebagai wahana fisik yang mengandung intruksional.
  5. Media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar mengajar.
  6. Media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan suatu pesan, dimana media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan intruksional.
  7. Bila media dipandang secara luas/makro dalam sistem pendidikan, maka media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

2.3       Manfaat Dari Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah:
  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata–katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
  3. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
  4. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
  5. Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
  6. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
  7. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
  8. Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
  9. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
  10. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
  11. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
  12. Membangkitkan motivasi belajar
  13. Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
  14. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
  15. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
  16.  Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

2.4       Alat Bantu (Media) Dalam Pembelajaran Penjas Di Sekolah

Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SLTP diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk mengajari jumlah siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari kenyataan yang diamati Penulis terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani tanpa menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan sebagai dampaknya adalah siswa lebing senang bermain–main dan bahkan sama sekali tidak ikut dalam proses pembelajaran.
Dr. Soepartono dalam bukunya “Media Pembelajaran” (2000: 14) menyatakan bahwa penggunaan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru.
Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan  Dr. Soepartono “Media Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
  1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
  2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
  3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
  4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
  5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
  6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
  7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
  8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.

2.5       Cara Memodifikasi Media Pembelajaran Penjas

Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat. contohnya pengadaan media atau alat bantu pembelajaran tolak puluru dan renang.

1.      Pengadaan peluru

Peluru dapat dibuat dengan bahan–bahan sebagai berikut: bola pelastik, pasir, semen, air, timbangan. Proses pembuatannya adalah semen, pasir, dan air dicampur dan diaduk dengan merata sesuai dengan porsinya. Setelah agak kering dan merata, dimasukkan ke dalam bola plastik berukuran sedang kira – kira berdiametr 10 cm yang sudah dibuat lobang kecil dan diisi penuh kemudian dikeringkan. Setelah kering, bola yang berisi campuran itu ditimbang dan diujicobakan.

2.      Pengadaan pelampung

Pelampung adalah salah satu media atau alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar renang. Dalam hal ini pelampung dapat dibuat dengan menggunakan botol akua berukuran sedang, benang pancing (nilon), lem setan, tali pelastik, yang dirancang dan didesain sedemikian rupa.



BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Media atau alat bantu itu sangat bermanfaat bagi keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan juga bermanfaat bagi guru. Dalam pengadaannya juga tidak terlalu sulit, hanya butuh kemauan dan kreatifitas dari guru.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :

  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip), transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram.
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
  5. Benda –benda hidup, simulasi maupun model.

3.2       Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyaknya kekurangan, maka dari itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Yudha M. PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAH RAGA. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. 2010

Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta : Depdikbud

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas

Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »