Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Pendekatan (approach), menurut T. Raka Joni (1991), menunjukan cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak, ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan seterusnya.
Contoh pendekatan ekonomis dalam memandang permasalahan pendidikan akan menyebabkan hampir semua pengkajiannya dibawa ke dalam terminologi investasi dan hasil usaha, pendekatan CBSA dalam memandang pembelajaran selalu peserta didik yang menjadi orientasi setiap kegiatan.
Istilah pendekatanini juga digunakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada lernbaga/guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.
Ketepatan dalam pemilihan suatu pendekatan akan menjadi pedoman atau orientasi dalam pemilihan komponen kegiatan pembelajaran lainnya terutama strategi dan metode pembelajaran.
Strategi (strategy), menurut T Raka Joni (1991) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dintiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian A.J. Romiszowski (1981) berpendapat bahwa strategi adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dlari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran. Lebih lanjut ditunjukkan bahwa strategi pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan (continum) antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositori dan diskoveri/inkuiri.
Selanjutnya Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi menunjukan komponen umum suatu set bahan aJar instruksional dan prosedur yang akan digunakan bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Kompone yang dimaksud, meliputi kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan tindak lanjut.
Dengan demikian strategi menunjukkan langkah-langkah kegiatan (syntax) atau prosedur yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk mencapai tujuan, kompetensi, hasil belajar. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan metode-metode pembelajaran terpilih. Barangkali dalam setiap langkah strategi yang mencerminkan suatu metode pembelajaran, mendorong lvor K. Davies (1981) untuk memaknai bahwa strategi merupakan metode dalam arti luas yang menggambarkan cara mengajarkan dan mengolah tugas-tugas mengajar, contoh: strategi perkuliahan/ceramah, tutorial, dan studi kasus. Pandangan Davies tersebut sejalan dengan Jerome Brunner dalam menggunakan terminologi metode pembelajaran induktif (berpikir induktif evaluatif), metode belajar bagaimana belajar (learning how to learn) atau berpikir divergen ala Guildford.
Metode pembelajaran pengetahuan Brunner ini, di samping inkuiri, diskoveri, pengatasan masalah (problem solving), dan sainstifik merupakan metode-metode yang banyak memberikan peluang dan tanggung-jawab pada peserta didik untuk mandiri, berpikir kritis dan kreatif dalam rangka menilai kebenaran dan kebermaknaan tentang sesuatu objek (Conny Semiawan, 1997).
Pandangan tentang strategi sebagai metode dalam arti luas tersebut, berpikir juga diikuti oleh Muhibbin Syah (1995) bahwa dibandingkan dengan strategi, metode secara umum kurang berorientasi pada tujuan (less goal-oriented) karena metode dianggap lebih luas daripada strategi. Gagasan ini bukan berarti mengurangi signifikansi metode, lantaran strategi itu ada dan berlaku dalam kerangka metode pembelajaran.
Ketepatan dalam memilih strategi sangat memungkinkan keterlaksanaan metode-metode terpilih dapat mewujudkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga peserta didik rnerasa dipermudah dalam mewujudkan hasil belajar yang diharapkan.
Dengan demikian, strategi merupakan komponen pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya metode-metode terpilih untuk menyajikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran
Metode (method), menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar. Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah (1995) bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik.
Selanjutnya Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran.
Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny Semiawan, 1997) dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif. Kemudian J.E. Kemp (1994) menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar dan belajar, yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran kelompok.
Berbagai pendapat di atas, menunjukkan bahwa metode berhubungan dengan cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Dengan'demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan terciptanya kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam konteks kondisi pembelajaran yang menyenangkan itu, lvor K Davies (1981) menegaskan bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (baca: peserta didik) akan dapat belajar, Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam merancang/mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode secara tepat.
Di samping pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran tersebut akan diuraikan pula tentang teknik, taktik, dan model pembelajaran. Ketiga istilah ini juga dipergunakan dalam pembahasan dan/atau penyusunan kegiatan pembelajaran, Teknik (technic), menurut T Raka Joni (1991) menunjukkan keragaman khas dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan kesiapan peserta didik dan sebagainya. Contoh dengan menggunakan metode ceramah, maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang diibaratkan tape-recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir. Demikian halnya dengan teknik bertanya-jawab, teknik berdiskusi dan sebagainya.
Taktik (tactic), pengertiannya sama dengan teknik yang disebutkan di atas. Lstilah ini digunakan apabila metode sebagaimana diuraikan di atas berdasarkan pendapat para ahli yang intinya, yaitu cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari  bahan ajar yang disampaikan oleh guru disebut dengan menggunakan istilah teknik.
Model, menunjuk suatu struktur secara konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang (Marx,1976).
Menurut Snelbecker (1974) ada beberapa model dan yang paling banyak digunakan ialah model-model fisika, komputer, dan matematik. Semua model mempunyai sifat "jika-maka", dan model-model ini terikat sekali pada teori (dalam Dahar, 1989). Untuk model pembelajaran, menunjuk suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Winataput 1996). Contoh, model pembelajaran ekspositori

dan cooperative learning dan sebagainya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »