PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kurikulum
2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific approach) merupakan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah.
Dalam
konsep pendekatan scientific (Scientific Approach) yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada tujuh kriteria dalam pendekatan scientific.
Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut: (1) Materi pembelajaran
berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata; (2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru dan
siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; (3) Mendorong dan
menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran;
(4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran; (5)
Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran;
(6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan; (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya.
Proses
pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran
yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi
dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2013). Meskipun ada yang mengembangkan lagi menjadi mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, menginovasi dan
mencipta. Namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam
pembelajaran scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya
terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
. Bagaimana konsep dasar pendekatan scientific?
. Apa sajakah langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan scientific?
. Bagaimanakah penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran?
. Bagaimana konsep dasar pendekatan scientific?
. Apa sajakah langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan scientific?
. Bagaimanakah penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar pendekatan scientific.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.
3. Untuk mengetahui penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.
1. Untuk mengetahui konsep dasar pendekatan scientific.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.
3. Untuk mengetahui penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.
BABII
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Pendekatan Scientific
Pembelajaran
dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan scientific
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan
pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Pembelajaran
dengan metode scientific memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
Berpusat
pada siswa.
-
Melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
-
Melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
-
Dapat
mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan
konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah
pendekatan yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan.
B.
Tujuan
Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific
adalah:
-
Untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
-
Untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
-
Terciptanya
kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
-
Diperolehnya
hasil belajar yang tinggi.
-
Untuk
melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.
-
Untuk
mengembangkan karakter siswa.
C.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Beberapa
prinsip pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut :
-
Pembelajaran
berpusat pada siswa
-
Pembelajaran
membentuk students’ self concept
-
Pembelajaran
terhindar dari verbalisme
-
Pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip
-
Pembelajaran
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
-
Pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
-
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
-
Adanya
proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam struktur kognitifnya.
D.
Langkah-Langkah
Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti
ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan scientific dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a.
Mengamati
(observasi)
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b.
Menanya
Dalam
kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c.
Mengumpulkan
Informasi
Kegiatan
mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih
banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
d.
Mengasosiasikan
/ Mengolah Informasi / Menalar
Kegiatan
mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan /eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi
Aktivitas
ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia.
e.
Menarik
Kesimpulan
Kegiatan
menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan
kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan
keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan
tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
secara individual membuat kesimpulan.
f.
Mengkomunikasikan
Pada
pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
E.
Penerapan
Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan
untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika
memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam
metode scientific tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan
dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan
ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat
memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep,
kesalahan tersebut dapat dihilangkan.
Kegiatan
inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses
penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti
dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan
siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan
inti dalam metode scientific ditujukan untuk terkonstruksinya konsep,
hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalui langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang diberikan.
Kegiatan
penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap
konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan
materi pelajaran yang dikuasai siswa.
BABIII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Langkah-langkah
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran
meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
Dalam
metode scientific tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan
dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Kegiatan inti
dalam metode scientific ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum
atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang diberikan. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal
pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah
dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai
siswa.
B.
Saran
Untuk
memaksimalkan penggunaan pendekatan saintifik pada pembelajaran dengan mengacu
pada kurikulum 2013, guru maupun tenaga kependidikan harus benar-benar
menguasai kurikulum 2013.
DAFTARPUSTAKA
Mulyasa,2013.
Pengembangan & Implementasi Kurikum 2013. Bandung : Rosda Karya.
Poerwanti,Loeloek
Endah ,Sofyan Amri. 2013 Panduan Memahami Kurikuum 2013.Jakarta
:Prestaasi Pustaka .
Nur,
M. 1998. Teori-Teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan.
Nur,
M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan
Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya University Press