BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting
dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia,
hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap berprilaku. Pada
hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun non formal.
Pada dasarnya hakikat pendidikan
sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar pengertian serta
definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal menarik untuk
dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu
pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih
dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana konsepsi pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ?
3. Bagaimana sifat-sifat ilmu pendidikan ?
4. Bagaimana pendidikan dijadikan sebagai suatu sistem ?
5. Apa unsur-unsur dan faktor yang mempengaruhi pendidikan ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsepsi pendidikan.
2. Menjelaskan definisi pendidikan.
3. Menerangkan sifat-sifat ilmu pendidikan.
4. Menjelaskan pendidikan sebagai suatu sistem.
5. Memberi pengetahuan mengenai unsur-unsur dan faktor yang mempengaruhi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep
Dasar Pendidikan
Beberapa aspek yang berhubungan dengan usaha pendidikan,
yaitu bimbingan sebagai suatu proses, orang dewasa sebagai pendidik, anak
sebagai manusia yang belum dewasa, dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan.
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu :
1) Bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup (lon life education). Dalam hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah
dimulai sejak manusia itu lahir sampai ia tutup usia, ssepanjang ia mampu untuk
menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi konsep
pendidikan sepanjang hayat ialah bahwa pendidikan tidak identik dengan sekolah.
Pendidikan berlangsung dalm lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Bahwa pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah tidak
boleh memonopoli segalanya melainkan bersama keluarga dan masyarakat berusaha
agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3) Bagi manusia, pendidikan merupakan
suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang. Handerson mengemukakan bahwa pendidikan merupakan
suatu haal yang tak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tak
boelh tidak terjadi, karena pendidikan membimbing generasi muda untuk mencapai
suatu generasi yang lebih baik.
2. Pendidikan Hanya Berlaku Bagi Manusia
Dalam arti luas, pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu
pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Istilah mendidik menurut Darji
Darmodiharjo, menunjukkan usaha pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan
rasa kesusilaan, ketakwaan, dll. Istilah mengajar menurut Sikun Pribadi berarti
mmebri pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan intelektualnya. Sedangkan Istilah melatih, merupakan suatu usaha
memberi sejumlah keterampialn tertentu, yang dilakukan secara berulang-ulang,
sehingga akan terjadi suatu pembiasaan bertindak. Dalam penjelasan tersebut,
pendidikan menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia.
Hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk
dididik, sehingga tidak mungkin dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya
manusia yang dapat dididik dan mungkin menerima pendidikan karena manusia
memang dilengkapi akal budi. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha mengubah
perilaku, tetapi perilaku man yang dapat dijangkau pendidikan, karena hewan pun
adalah makhluk berperilaku.
3. Konsep Mendidik, Mengajar dan Belajar
Terdapat perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar,
beberapa orang mungkin terjebak antara definisi mendidik dengan mengajar.
Padahal, terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya. Mengajar merupakan
kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar
bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku
yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran,
sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik
dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik
adalah mendidik.
4. Manusia Perlu Dididik (Memperoleh Pendidikan)
Pada hakekatnya manusia itu adalah animal educable (binatang
yang dapat dididik), animal educandum (binatang yang harus dididik) dan homo
educandus( makhluk yang dapat mendidik) . Dari hakekat ini jelas bahwa
pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Oleh karena itu mengapa
manusia perlu dididik maka dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Ada beberapa asumsi yang memungkinkan manusia perlu mendapat
pendidikan :
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan
tidak berdaya. Begitu lahir ke dunia, manusia perlu mendapat bantuan orang lain
agar dapat melangsungkan kehidupannya.
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa.
Untuk sampai ke tingkat dewasa yang menjadi tujuan pendidikan dalam arti khusus
memerlukan waktu relatif lama.
3. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama
manusia lain.
4. Manusia pada hakikatnya dapat
dididik dan dapat mendidik dirinya sendiri secar terus menerus sepanjang hayat.
5. Pendidikan sebagai Suatu Proses Transformasi Nilai
Nilai-nilai yang akan ditransformasikan mencakup nilai-nilai
religi, nilai kebudayaan, nilai pengetahuan dan teknologi serta nilai
keterampilan. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan tersebut dalam rangka
mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang
kurang baik di masyarakat.
6. Tujuan Pendidikan
Kegiatan pendidikan ditujukan untuk membentuk manusia
Indonesia yang memiliki kepribadian yang lebih baik yaitu manusia Indonesia
yang sikap dan perilakunya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
7. Pendidikan Sepanjang Hayat
Life long education cenderung
melihat pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai
perwujudan manusia secara penuh yang berjalan terus-menerus seolah-olah tidak
ada batasannya sampai meninggal. Ini berarti bahwa pendidikan itu tidak hanya
penting bagi anak-anak (yang biasa dianggap belum siap kehidupan sosialnya dan
melakukan peranan masyarakat dewasa), tetapi juga penting untuk orang dewasa maupun
orangtua dalam rangka pencapaian perkemmbangan manusia yang penuh. Bahwa
manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan masih berjalan terus. “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap
muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada
amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
2.2 Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana
dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian,
bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan
telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Sekedar memperjelas pengertiannya, berikut ini kita
kutipbeberapa definisi :
1. Menurut Carter Education berarti :
- Proses
perkembangan pribadi
- Proses
sosial
- Profesional
cources
- Seni
untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang
diwarisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
2. Menurut buku “HigherEducation for American
Democracy”
Education is an institution of civilized society, but thepurposes of
education are not the same in all societies. An educational system finds its
the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the
social order in wich it functions (11 : 5). Pendidikan ialah satu lembaga dalam
tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam
setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan
tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai),
cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).
Dari uraian di atas dapat kita kemukakan kesimpulan
sebagai berikut :
- Pendidikan
adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir,
karsa, rasa, cipta, dan budinurani) dan jasmani (pancaindra serta ketrampilan-ketrampilan).
- Pendidikan
berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini
meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
- Pendidikan
merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia
dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan
dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan
sebagai satu kesatuan.
Ilmu ialah pengetahuan yang telah
diuji kebenarannya dan membahas tentang hal-hal yang dapat diamati
(observabel). Pada dasarnya, semua ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ilmu Murni :
Ilmu yang membahas/mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu murni akan
tampak dari adanya usaha membahas teori – teori pendidikan secara dalam (sampai
tingkat elementer-atomistik)
b. Ilmu Terapan
: Ialah usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat
yang memudahkan kehidupan). Dalam kegiatan proses pendidikan menggunakan
bantuan teori dan pendidikan dalam mengatasi masalah – masalah anak didik tidak
terkecuali pendidikan memerlukan ilmu murni lain seperti : psokologi,
matematika, biologi, untuk proses pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu
pendidikan tidak dapat berdiri sendiri.
Sifat-Sifat Pendidikan sebagai Suatu
Ilmu
§ Normatif,
memiliki ciri – ciri dasar/aturan yang mendukung aturan – aturan dasar yang
sudah baku. Contoh : melestarikan budaya bangsa melalui pembinaan budaya –
budaya daerah yang bersifat positif.
§ Deskriptif :
menggambarkan seluruh peristiwa belajar dengan tepat/tidak dimanipulasi dari
mulai siapa siswa, apa yang telah diajarkan sampai nilai yang diberikan harus
betul – betul menggambarkan perolehan hasil belajar anak.
§ Teoritis,
mengkaji bidang keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal – hal yang
sekecil – kecilnya (atomistik).
§ Praktis/terapan,
teori – teori yang dikaji digunakan untuk melancarkan proses pendidikan.
2.4 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unsur pokok yaitu unsur input, unsur proses usaha
itu sendiri, dan output.Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan
bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan
sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang,
kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
Pada
umumnya, system dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem terbuka ( system
berhubungan dengan lingkunganya, komponen dibiarkan berhubunagn dengan komponen
luar) dan sistem tertutup (semua komponen terisolasi dai pengaruh luar). Proses
pendidikan berlangsung jika komponen dalam system bergerak dan saling terkait.
Selain itu, hubungannya harus bersifat fungsional dan merupakan satu kesatuan
dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap komponen yang terdapat di daam
sistem pendidikan seluruhnya harus dapat berfungsi sesuai porsinya.
2.5 Unsur-Unsur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
1. Peserta Didik
c) Tujuan sementara
d) Tujauan Perantara/intermediair
Pandangan terhadap peserta didik
kini telah mengalami banyak perubahan. Artinya peserta didik tidak lagi
dianggap sebagai sosok yang pasif menerima informasi yang datang dari pendidik
belaka. Era global secara sadar atau tidak telah mempengaruhi peserta didik
yang senantiasa mendapat masukan dari berbagai pihak. Persamaan usia dan
tingkat kelas peserta didik belum tentu menyamakan pengetahuan mereka.
Perbedaan ini terjadi karena adanya konteks lingkungan yang berbeda. Perbedaan
konteks belajar mempengaruhi perkembangan individual peserta didik.
2. Pendidik
Pendidik pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidik menurut kodrat (pendidik kodrati) yang
dalam hal ini adalah orang tua dan pendidik menurut jabatan (pendidik profesi)
yaitu guru. Hubungan edukatif antara orang tua dengan anaknya mengandung dua
unsure, yaitu unsure kasih sayang pendidik terhadap anaknya dan unsure
jesadaran tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak. Guru
sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab mendidik dari tiga
pihak, yaitu oranng tua, masyarakat, dan Negara. Seorang pendidik harus
mengenal alat pendidikan yang normatif yang dibedakan menjadi dua, yaitu alat
pendidikan preventif ( bersifat mencegah ) dan alat pendidikan represif/kuratif/korektif/(perbaikan).
3. Tujuan
Menurut Langeveld dalam bukunya
Beknopte Theoretische Paedagogik dibedakan adanya berbagai macam tujuan
pendidikan, sebagai berikut :
a) Tujuan Umum / universal / tujuan lengkap / tujuan akhir / sempurna
Menjadi
tujuan orang tua / pendidik, berakar dari tujuan hidup, berhubungan dengan
pandangan tentang hakikat manusia.
b) Tujuan tidak sempurna, menyangkut segi-segi tertentuc) Tujuan sementara
d) Tujauan Perantara/intermediair
Tujuan ini
ditentukan dalam rangka mencapai tujuan sementara/
e) Tujuan Insidental
Merupakan
peristiwa-peristiwa yang terlepas saat demi saat dalam proses menuju tujuan
umum.
f) Tujuan Khusus
4. Isi Pendidikan
a) Materi harus sesusai tujuan pendidikan
b) Materi sesuai dengan peserta didik.
Yaitu segala sesuatu yang oleh
pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dan diharapkan dapat dikuasai
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Maka ada syarat pemilihan materi
pelajaran, diantaranya:
a) Materi harus sesusai tujuan pendidikan
b) Materi sesuai dengan peserta didik.
5. Metode
Peristiwa pendidikan ditandai adanya
interaksi edukatif. Agar interaksi yang terjadi dapat berlangsng secara
edukatif, efisien, dan efektif dalam mencapai tujuan, maka diperlukan metode
tepat. Metode pada dasarnya berfungsi sebagai alat mencapai tujuan. Sebagai
tolak ukur baik tidaknya metode diperlukan kriterium.
6. Lingkungan
Seperti yang sudah dijelaskan dalam unsur
peserta didik di atas, bahwa peserta didik yang relatif memiliki usia dan
tingkat kelas sama bisa memiliki tingkat pengetahuan berbeda. Perbedaan ini
terjadi karena adanya konteks lingkungan yang berbeda, yaitu :
·
Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik
bersifat aksidental (kebetulan) dan insidental (kadang-kadang), sehingga
menyebabkan peserta didik tidak terprogram dalam belajarnya
·
Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik
terprogram secara intensional, sengaja atau dikehendaki, sehingga peserta didik
lebih siap dalam belajar
·
Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik
terprogram sesuai dengan yang telah ditetapkan
·
Lingkungan pendidikan tempat pelajar peserta didik
sangat optimal dan ideal, sehingga peserta didik dapat melakukan cara-cara
belajar sebagaimana yang diharapkan. Konteks belajar seperti ini menyebabkan
peserta didik mampu berkembang secara kreatif dan optimal.
BAB III
PENUTUP
Pada hakikatnya, pendidikan adalah
suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Antara praktik dan teori pendidikan dalam
pelaksanaannya perlu kesinambungan, teori pendidikan dijadikan sebagai pedoman
dalam melaksanakan praktik pendidikan itu. Dalam konsep pendidikan terdiri dari
orang dewasa sebagai pendidik, orang yang belum dewasa sebagai objek yang
dididik, bimbingan sebagai proses, serta kedewasaan sebagai tujuan pendidikan.
3.2 Saran
Pendidikan hanya dikenakan kepada
manusia dan akan terisi berlangsung sepanjang hayat. Dalam mencapai tujaun
pendidikan itu sendiri, pendidikan berkedudukan sebagai proses pengembangan
kepribadian sebagai transformasi niali-nilai. Pendidikan bersifat dinamis
menuju arah yang positif bersama unsure-unsurnya dan dipengaruhi factor-faktor
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
Munib dkk. 2010. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Tim Dosen
FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar – Dasar
Pendidikan. Surabaya: Usana Offset.
Meila, Sri Martini. 2011. Penagntar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.