Perumusan Pedoman Interviu (wawancara)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan sesuatu masalah terlebih dahulu kita harus mengerti tentang pengertian masalah yang akan kita bicarakan. Justru pengertian ini harus kita ketehui terlebih dahulu, karena pengertian ini akan menentukan langkah kita selanjutnya dalam membicarakan masalah tersebut. Tidak jarang adanya pembicaraan atau pengupasan sesuatu masalah yang tidak tentu ujung pangkalnya, justru karena kurang tegasnya di dalam memberikan pembatasan dari pengertian yang menjadi bahan pembicaraan. Karena itu maka telah pada tempatnya sebelum kita membicarakan hal ini lebih jauh, perlulah adanya penegasan pengertian tentang masalah yang akan dibicarakan.
B. Rumusan Masalah

a. Menjelaskan pengertian serta jenis-jenis interviu (wawancara) ?

b. Bagaimanakah proses perumusan pedoman interviu serta sebutkan contohnya ?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi serta jenis-jenis dari interviu (wawancara)

b. Dapat mengetahui tahapan perumusan pedoman interviu beserta contohnya

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan ini dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan interviu (wawancara) dalam konteks instrumen bimbingan konseling.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah Proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada orang yang diwawancarai (interviewee).
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Wawancara berfungsi untuk mencari informasi dalam mengumpulkan data, juga wawancara mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam konseling. Sebab wawancara dalam proses konseling adalah merupakan alat yang penting.
Wawancara informatif adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta/data/informative dari murid secara lisan; jadi terjadi pertemuan di bawah empat mata, dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. Wawancara informatif lain tujuannya daripada wawancara penyuluhan, yang terutama bertujuan untuk mengolah data yang sudah diperoleh; pengolahan itu dilakukan oleh penyuluh bersama dengan murid dalam suatu pertemuan pribadi.
Wawancara informatif dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung  berarti bahwa wawancara langsung dengan murid yang ingin diketahui tentang keadaan dirinya, sedangkan yang tidak langsung adalah wawancara untuk mendapatkan informasi keadaan murid dengan mewawancarai orang lain. Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara yang terencana (structured interview) dan wawancara yang tidak terencana (non structured interview). Dalam wawancara yang terencana isi dan bentuk dari pertanyaan-pertanyaan telah dipikirkan sebelumnya, demikian pula urutan dari hal-hal yang akan ditanyakan.
B. Macam-Macam Interviu (wawancara)
Klasifikasi tentang macam-macam interviu dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Adapun klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menurut Responden yang diinterviu
Menurut responden yang diinterviu, maka interviu dapat dibedakan atas interviu langsung dan interviu tidak langsung. Dikatakan interviu langsung apabila kita langsung mengadakan interviu dengan individu yang ingin kita kumpulkan datanya. Misalnya kita ingin mengumpulkan data tentang penggunaan waktu luang para siswa. Maka interviunya langsung kita lakukan dengan siswa yang bersangkutan.
Dikatakan interviu tidak langsung apabila interviu tersebut dilakukan dengan individu tertentu, tetapi tidak untuk mendapatkan data tentang individu bersangkutan, melainkan untuk mendapatkan data tentang individu lain. Misalnya untuk mengumpulkan data tetang penggunaan waktu luang para siswa, kita tidak melakukan interviu dengan siswa yang bersangkutan , melainkan kita melakukan interviu dengan orang lain yang mengetahui penggunaan waktu luang siswa tersebut, misalnya orang tuanya atau walinya atau juga teman sepermainannya.
b. Menurut prosedur interviu
Menurut prosedur interviu yang dilakukan, maka interviu dapat dibedakan atas interviu berstruktur dan interviu tak berstruktur. Dikatakan interviu berstruktur apabila peetanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam interviu telah disusun dalam suatu catatan secara jelas dan terinci. Catatan yang memuat pertanyaan-pertanyaan  yang akan diajukan dalam interviu tersebut dijadikan pegangan oleh penginterviu dalam melaksanakan interviu. Catatan semacam itu disebut pedoman interviu (interview guide).
Dikatakan interviu tak berstruktur, apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interviu tersebut tidak disusun secara rinci. Dalam interviu tak berstruktur ini, penginterviu bias menggunakan pedoman interviu bias tidak. Kalau dia menggunakan pedoman interviu, maka pedoman interviu tersebut bukan merupakan daftar pertanyaan yang telah terinci seperti pada interviu berstruktur, melainkan hanya memuat pokok-pokoknya saja. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan interviu berstruktur , interviu tak berstruktur ini sifatnya lebih fleksibel, dalam arti lebih memberi kesempatan kepada penginterviu untuk mengadakan variasi-variasi dalam pelaksanaan interviu.
c. Menurut situasi tertentu
Menurut situasinya, interviu dapat dibedakan atas interviu formal dan interviu informal. Dikatan interviu formal, apabila interviu tersebut dilakukan dalam suatu ruangan tertentu yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan interviu, dan antara penginterviu dan responden terjalin hubungan yang bersifat resmi. Misalnya siswa atau klien dipanggil keruang bimbingan, dan diadakan interviu di ruangan tersebut.
Dikatakan interviu informal, apabila interviu tersebut dilaksanakan tidak di tempat yang khusus, dan antara penginterviu dengan responden terjalin hubungan yang tidak resmi. Dengan demikian percakapan yang terjadi nampaknya bukan seperti percakapan antara klien dengan konselornya, melainkan sperti percakapan biasa antara dua individu yang bersahabat. Misalnya interviu yang dilakukan konselor dengan siswa di halaman sekolah pada waktu jam istirahat.
d. Menurut perencanaan interviu
Menurut perencanaan interviu dapat dibedakan atas interviu berencana dan interviu insedental. Dikatakan ointerviu berencana apabila waktu dan tempat interviu telah direncanakan terlebih dahulu. Dan perencanaan tersebut berdasarkan atas kesepakatan konselor dengan klien. Misalnya setelah interviu pertama, antara konselor dengan klien terdapat kesepakatan untuk melanjutkan interviu tersebut pada interviu berikutnya. Dalam hal tersebut, maka dibuatlah perencanaan, kapan interviu kedua tersebut akan dilaksanakan.
Dikatakan interviu incidental, apabila interviu tersebut dilakukan karena kebetulan ada kesempatan yang baik untuk mengadakan interviu. Misalnya konselor dan siswa yang kebetulan berjumpa dihalaman sekolah pada jam bebas, lalu kesempatan jumpa yang secara kebetulan itu bias dimanfaatkan untuk mengadakan percakapan singkat.
Disamping itu ada juga jenis-jenis interviu sesuai dengan tujuan ataupun sifat-sifat yang lain yang ada dalam interviu itu. Menurut apa yang ingin dituju interviu dibedakan :
a.       The employment interview, yaitu interviu yang dijalankan dengan suatu maksud yang berhubungan dengan “employment” pada umumnya interviu disini ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran sampai dimana sifat-sifat yang dipunyai seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh sesuatau employment.
b.      Informational interview, yaitu interview yang ditujukkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
c.       Administrative interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya (changes in behavior).
d.      Counseling interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan konseling, interviu ini khas digunakan dalam proses konseling.
Menurut jumlah orang yang diinterviu , maka interviu dapat dibedakan :


a. Interviu perorangan (individual)
b. Interviu kelompok

Menurut peranan yang dimainkan, maka interviu dapat dibedakan dalam :

a. The non-directive interview, yaitu interviu yang digunakan dalam proses konseling.


b. The focused interview, yaitu interviu yang ditujukkan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki.

c. The repeated interview, yaitu interviu yang berulang. Interviu ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan yang tertentu terutama proses sosial.


C. Perumusan Pedoman Interviu (wawancara)
Pada prinsipnya proses interviu dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu : pembukaan, inti interviu, dan penutup interviu. Tujuan pembukaan interviu adalah untuk membentuk hubungan yang baik antara penginterviu dan responden dan untuk menjelaskan maksud dari interviu.
a. Permulaan atau Pendahuluan Interviu
Pada bagian ini terutama ditujukkan untuk mendapatkan hubungan yang baik (jadi dalam mengadakan kontak yang pertama) antara interviuer dengan yang diinterviu, dan biasanya diisi dengan menyampaikan maksud serta tujuan dari interviu itu. Peranan dari bagian ini adalah penting, karena dengan mengadakan kontak yang pertama ini akan memberikan gambaran tentang jalannya interviuselanjutnya. Kalau sudah terjadi hubungan yang baik dan timbul perasaan saling percaya mempercayai, maka hal ini merupakan sumbangan yang besar artinya didalam perkembangan interviu selanjutnya.
b. Inti interviu
Bagian ini merupakan bagian di mana maksud serta tujuan interviu harus dapat dicapai. Bila maksud dari interviu untuk mengumpulkan data latar belakang sosial, maka pada bagian ini maksud tujuan itu harus tercapai.
c. Penutup interviu
Penginterviu atau bersama-sama dengan responden perlu membuat kesimpulan tentang hasil interviu. Kalau perlu dapat dibuat suatu kesepakatan untuk mengadakan interviu lagi atau hal lain yang perlu dikerjakan sebagai tindak lanjut dari interviu tersebut. Dan hendaknya selalu diusahakan agar interviu berakhir dalam situasi yang menyenangkan.

D. Pedoman Interviu
Seperti dikemukakan dalam sub terdahulu, sebelum pelaksanaan interviu, terlebih dahulu perlu disiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan dalam interviu, atau sedikitnya suatu daftar yang memuat suatu materi yang akan ditanyakan dalam interviu, yang disebut pedoman interviu (interviu guide).
            Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan suatu bentuk pedoman interviu , yang digunakan dalam interviu berstruktur.

Contoh :
PEDOMAN INTERVIU
Hari/tanggal      :
Interviu ke         :
Responden        :
Kelas                 :
Tujuan               : Mengumpulkan data tentang faktor penyebab kesulitan belajar.

No.
Daftar Pertanyaan
Deskripsi Jawaban
1.
Apakah anda merasa puas dengan program khusus yang anda ikuti sekarang?
2.
Mata pelajran apa saja yang anda senangi ?
3.
Mengapa anda menyenangi mata pelajran tersebut ?
4.
Mata pelajaran apa saja yang kurang anda senangi ?
5.
Mengapa anda kurang menyenangi mata pelajaran tersebut?
6.
Di dalam kelas apakah anda selalu mengikuti pelajaran dengan tekun?
7.
Apakah semua pekerjaan rumah(PR) anda dikerjakan dirumah ?
8.
Apakah anda mempunyai tempat belajar sendiri ?
9.
Bagaimana pengaturan ruang belajar anda ?
10.
Berapa jam rata-rata anda belajar dirumah setiap hari ?

Interprestasi hasil interviu :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

E. Cara Pengolahan Data Hasil interviu
Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini.
a. Editing
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan (kuesioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban responden. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan data.
b. Koding
Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa jawaban-jawaban responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisis data. Hal ini sangat penting artinya, apalagi jika proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer. Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
c. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan bahwa tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya. Selanjutnya peneliti bertugas untuk memberi penjelasan atau keterangan dengan menggunakan kalimat atas data-data yang telah diperoleh.
d. Analisis Data
Pada dasarnya, pengolahan data dalam penelitian sosial tidak lepas dari penggunaan metode statistik tertentu. Statistik sangat berperan dalam penelitian, baik dalam penyusunan, perumusan hipotesis, pengembangan alat dan instrument penelitian, penyusunan rancangan penelitian, penentuan sampel, maupun dalam analisis data.
e. Interpretasi Data
Setelah data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik hasilnya harus diinterprestasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan-kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca. Interpretasi merupakan penjelasan terperinci tentang arti sebenarnya dari materi yang dipaparkan, selain itu juga dapat memberikan arti yang lebih luas dari penemuan penelitian.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Wawancara berfungsi untuk mencari informasi dalam mengumpulkan data, juga wawancara mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam konseling. Sebab wawancara dalam proses konseling adalah merupakan alat yang penting.
Klasifikasi tentang macam-macam interviu dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Adapun klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :


a. Menurut Responden yang diinterviu (interviu langsung dan tidak langsung)

b. Menurut prosedur interviu (interviu berstruktu dan tidak berstruktur)

c. Menurut situasi tertentu (interviu formal dan interviu informal)

d. Menurut perencanaan interviu (interviu berencana dan interviu insedental)

B. Saran-Saran
Wawancara merupakan metode utama yang paling penting dalam konseling.Sedangkan metode-metode yang lain adalah sebagai metode pelengkap, sehuingga betapa pentingnya seorang konselor menguasai teknik-teknik wawancara, dan mempunyai kemampuan untuk melakukan wawancara.




DAFTAR PUSTAKA

Nurkancana, Wayan. 1990. Pemahaman Individual. Jakarta : Rineka Cipta

Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Pelajar di Sekolah. Surabaya : PT Usaha Nasional.

Winkel. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan Di Ssekolah Menengah. Jakarta : PT Gramedia Jakarta

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Walgito, Bimo. 1988. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta : Rineka Cipta

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »