Perkembangan Bahasa dan Fungsi Kognitif Peserta Didik

Perkembangan Bahasa dan Fungsi Kognitif Peserta Didik


BAB I


PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
perkembangan bahasa dan fungsi kognitif peserta didik anak
Perkembangan Bahasa dan Fungsi Kognitif Peserta Didik
Perkembangan bahasa dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan jati diri yang didapatkan dari pergaulan masyarakat sekitar bakal memberi ciri eksklusif dalam perilaku bahasa. Begitu juga dengan proses pendidikan, bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi pun secara berencana merekayasa pertumbuhan sistem budaya, tergolong perilaku berbahasa. Perkembangan bahasa berhubungan dengan pertumbuhan kognitif yang berarti hal intelek/kognisi sangat dominan terhadap perkembangan keterampilan berbahasa. Berbahasa berhubungan erat dengan situasi pergaulan. Oleh karena tersebut perkembangannya diprovokasi oleh sejumlah faktor, yaitu usia anak, situasi lingkungan, kepintaran anak, kedudukan sosial ekonomi keluarga, dan kondisi jasmani anak.

Terdapat hubungan yang amat erat antara pertumbuhan bahasa dan perilaku kognitif. Taraf-taraf penguasaan kemampuan berbahasa dipengaruhi, bahwa bergantung pada tingkat-tingkat kematangan dalam keterampilan intelektual. Sebaliknya, bahasa adalahsarana dan perangkat yang strategis untuk lajunya pertumbuhan perilaku kognitif. Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif tersebut menurut keterangan dari Loree (1970:77), bisa dideskripsikan dengan dua teknik ialah secara kualitatif dan secara kuantitif. Intelegensi orang satu dengan yang lain ingin berbeda-beda. Hal ini sebab adanya sejumlah faktor yang mempengaruhinya, yakni pembawaan, minat, pembentukan, kematangan, dan kebebasan. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir, Plato pernah menuliskan bahwa berbicara ialah berpikir keras (terdengar) dan beranggapan itu ialah berbicara Jika begitu, maka dapat dijamin bahwa seseorang yang rendah keterampilan berpikirnya bakal mengalami kendala dalam merangkai kalimat yang baik, logis, dan sistematis.
Keterampilan mengajar bukanlah sesuatu yang bersifat turunan, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini menambah informasi yang banyak sekali bagi kita untuk dapat mengembangkan keefektifan guru dan sekolah.
Satu hal yang penting bagi guru dalam hubungannya dengan anak adalah mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga mereka akan mengerti bagaimana anak dan remaja tumbuh dan berkembang dalam hal kognitif, sosial dan moral. Guru TK harus tahu seperti apa siswa siswi mereka baik di dalam kelas maupun diluar kelas, demikian juga dengan guru SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberaa proses: proses biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perkembangan juga dapat dideskripsikan berdasarkan periodenya yang bertujuan untuk mengorganisasi dan pemahaman.
1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Perkembangan Bahasa

2. Bagaimanakah Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky

3. Bagaimanakah Pola Pembentukan Perkembangan Perilaku

4. Sebutkan Fungsi Kognitif






BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita mendeskripsikan kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan.
Semua anak di setiap budaya menguasai sistem bahasa asli mereka yang rumit, kecuali jika ada deprivasi atau masalah fisik berat yang menginterferensinya. Pengetahuan ini luar biasa, paling sedikit bunyi,makna, kata-kata, dan sekuensi kata-kata, volume, nada suara, infeksi(perubahan nada suara) dan aturan penggiliran semuanya harus dikoordinasikan sebelum seorang anak dapat seorang anak dapat berkomunikasi secara efektif dalam percakapan.
Bagaimanakah bahasa itu berkembang? Kemungkinan besar ada banyak faktor antara bilogis dan pengalaman yang berperan dalam perkembangan bahasa.  Kita mengetahui bahwa budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang. Anak- anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
Kejadian penting bayi dalam perkembangan bahasa adalah menangis (lahir), mendekut ( usia 1-2 bulan), celotehan (usia 6 bulan),transisi dari seorang ahli linguistik universal menjadi pendengar bahasa yang spesifik ( 6 hingga 12 bulan), menggunakan bahasa (8-12 bulan),pemahaman kata ( 8 hingga 12 bulan), pengucapan kata-kata pertama(13 bulan), ledakan kosa kata (18 bulan), perkembangan pemahaman kata-kata dengan pesat (18 hingga 24 bulan) dan ucapan-ucapan dua kata (18 hingga 24 bulan ).
Sementara itu perkembangan bahasa anak-anak selama usia sekolah pada usia 5 atau 6 tahun ( kanak-kanak menengah dan akhir), kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada fase ini, anak-anak semestinya menguasai tentang pelafalan,tata bahasa, perbendaharaan kata dan arti kata, pragmatika dan kesadaran metalinguistik.
Di masa remaja, perubahan bahasa mencakup penggunaan kata-kata yang lebih efektif, peningkatan kemampuan memahami metafora dan karya-karya literatur dewasa,serta peningkatan kemampuan menulis. Pada masa remaja, individu-individu sangat mahir memvariasikan gaya bahasanya agar pas dengan situasinya. Jadi, mereka dapat berbicara dengan teman sebayanya dengan bahasa slang yang bagi orang dewasa terdengar tidak ada artinya, tetapi bahasa itu merupakan tanda bahwa remaja yang bersangkutan adalah anggota kelompok tertentu.
Bagaimana kita bisa menjawab “ Apa kaitan antara bahasa dan berfikir?”. Secara emosional, terdapat dua isu utama dan terpisah terkait eksplorasi hubungan antara bahasa dan kognisi yaitu apakah kognisi penting untuk bahasa dan apakah bahasa penting untuk kognisi. Untuk persoalan pertama, beberapa ahli menyatakan bahwa perkembangan bahasa dan kognitif terjadi secara beriringan namun independen, dan kognisi tidak penting untuk perkembangan bahasa.
Sementara pada persoalan yang kedua, para ahli mengambil hasil studi terhadap anak-anak tuli yang menunjukkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah pada tingkat yang sama dengan anak seusianya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bahkan anak tuli tersebut tidak memiliki penguasaan bahasa isyarat. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak penting bagi perkembangan kognitif.
Meskipun demikian, tetap ada kaitanya antara aktivitas kognitif dan bahasa pada anak. Pemikiran (kognitif) tampaknya dapat mempengaruhi bahasa dan begitu juga sebaliknya,namun bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa bahasa dan pemikiran bukan bagian dari sebuah sistem kognitif tunggal dan otomatis, melainkan berevolusi sebagai modul-modul yang terpisah, yang secara biologis mempersiapkan komponen pemikiran.

2.2 Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky

Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa bahwa Brown yang disebut ‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul.
Chomsky sebnaliknya membuktikan kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat, karena secara rutin kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Chomsky telah memutuskan penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Chomsky sendiri mengamati anak tidak secara tidak langsung. Namun kita bias mengilustrasikan kemampuan linguistic anak dengan beberapa temuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan di antara hal-hal yang lain, bagaimana  mereka memulai membuat transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.
Chomsky sudah menginspirasi banyak peneliti, para ahli psikolinguistik khususny, untuk mempelajari perkembangan bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Berikuti ini beberapa tahap perkembangan bahasa secara universal:
1.      Bahasa Awal
Tahap awal perkembangan bahasa dimulai sejak lahir. Pada bayi yang baru lahir sudah menunjukan gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus sebagai atas respon yang didengarnya sebagai respon kepada ucapan-ucapan, dan gerakan mereka menjadi beragam sesuai ikatan suara dan kata-kata dari ucapan tersebut.
2.      Tahap pralinguistik
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, sebagai reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak verbal dengan anak tersebut atau sebaliknya.
3.      Pengucapan satu-kata
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai memproduksi kata tunggal untuk mengekspresikan seluruh kalimat.
4.      Pengucapan dua-kata
Pada usia 1-2 tahun seorang anak sudah mulai mengucapkan dua kata secara bersamaan dan bahasa mereka menunjukan struktur tertentu.
5.      Pengembangan gramatika
Diusia dua sampai tiga tahun anak mulai meletekan tiga atau lebih kata secara bersamaan.
6.      Mendekati gramatika orang dewasa
Anak pada usia 5-9 tahun sudah menguasai perkembangan bahasa yang cukup kompleks, namun belum mampu menyusun kalimat pasif yang kompleks.
7.      Tahap kompetensi lengkap
Pada usia 11-dewasa pembendaharaan kata semakin meningkat, sehingga kecapakan berkomunikasi semakin baik dan fasih.
Ø Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989:228)
Dalam aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan dalam hati inner speech (Morgan, 1989:231). Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.
Ø Karakteristik Perkembangan Bahasa
Karakteristik perkembangan bahasa tidak jauh dari apa yang telah dijelaskan diatas, sehingga kita menengok kembali pada pembahasan tersebut.

2.3 Perkembangan Perilaku

1.      Perkembangan Fungsi-Fungsi Konatif dan Hubungannya dengan Pembentukan
Fungsi konatif atau motivasi itu merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber terutama pada kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan manusia itu berkembang mulai dari sifat yang alami (misalnya, kebutuhan dasar biologis) sampai kepada yang bersifat dipelajari sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
2.      Perkembangan Emosional dan Perilaku Afektif
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum /sesudah terjadinya perilaku.
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir.

b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)

c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).


a. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dan luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.

b. Emosi psikis, di antaranya adalah:
1)      Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.
2)      Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok.
3)      Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai balk dan buruk atau etika moral.
4)      Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dan sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
5)      Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
3.      Perkembangan Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris yaitu istilah personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus).
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tamj alamrnelakukan penyesuaian dirinya terhadap ling \kungan secara unik” Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.

1) Karakter

2) Temperamen

3) Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).

4) Stabilitas emosi,

5) ResponsibilitaS (tanggung jawab),

6) Sosiabilitas,


b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan

1) Fisik.

2) Inteligensi.

3) Keluarga.

4) Teman sebaya (peer group).

5) Kebudayaan.

c. Perubahan Keprbadian
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubaha ke dalam tiga kategori, yaitu:

1) Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.

2) Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, nekreasi dan partisipasi sosial.


d. Karakteristik Kepribadian
E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut.

1) Mampu menilai diri secara realities

2) Mampu menilai situasi secara realistik.

3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.

4) Menerima tanggung jawab.

5) Kemandirian (autonomi).

6) Dapat mengontrol emosi.

7) Berorientasi tujuan.

8) Berorientasi keluar.

9) Penerimaan sosial.

10) Memiliki filsafat hidup.

11) Berbahagia.

2.4 Fungsi Kognitif

Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didikyang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, dan sangat menentukan keberhasilan mereka di sekolah. Guru dan para mahasiswa calon guru khususnya sebagai tenaga pendidik yang bertanggunng jawab melaksanakan interaksi edukasional di dalam kelas, perlu memahami hal yang berkaitan dengan perkembangan kognitif. Karena dengan bekal tersebut dapat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik.
Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan fungsi kognitif anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru dapat  melakukuan beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran. Berikut adalah beberapa praktek yang dapat fungsi kognitif siswa dalam mengingat, memahami, dan meneapkan informasi / pengetahuan.
1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2. Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4. Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.
Bebrapa hal diatas dapat di aplikasikan oleh para guru dalam rangka membantu fungsi kognitif siswa. Setelah diaplikasikan maka akan timbul implikasinya dalam pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih mudah dalam memproses informasi/pengetahuan yang akan mereka dapatkan, sehingga hal inijuga berdampak pada hasil belajr mereka.






BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.
Fungsi kognitif berpusat pada otak, hubungan kognitif dengan hasil belajar sangat  berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami.
3.2 Saran
Guru dapat membantu belajar dengan mengadaptasikan materi atau soal-soal sesuai tingkat perkembangan siswa saat ini, menuntun siswa menempuh langkah-langkah dalam soal-soal yang rumit, mengerjakan sebagian soalnya, memberikan umpan balik terperinci dan memberikan kesempatan revisi, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan fokus perhatian siswa.




DAFTAR PUSTAKA


Woolfolk,Anita. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition.Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Santrock,W.John. 2007. Child Development, eleventh edition. Edisi Bahasa Indonesia. Perkembangan Anak. Jakarta. Penerbit Erlangga

Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT.Grasindo

Takriyanti,Rizky. 2006. Psikologi Perkembangan. Jambi. Program Akta IV Fakultas Tarbiyah,  IAIN STS Jambi

Crain, W.C. (1985). Theories of Development, Concepts and Aplications 3th Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group.

Rifa’I, A., Anni C.T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »