Perkembangan Bahasa dan Fungsi Kognitif Peserta Didik
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Bahasa dan Fungsi Kognitif Peserta Didik |
Terdapat hubungan yang amat erat antara pertumbuhan bahasa dan perilaku kognitif. Taraf-taraf penguasaan kemampuan berbahasa dipengaruhi, bahwa bergantung pada tingkat-tingkat kematangan dalam keterampilan intelektual. Sebaliknya, bahasa adalahsarana dan perangkat yang strategis untuk lajunya pertumbuhan perilaku kognitif. Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif tersebut menurut keterangan dari Loree (1970:77), bisa dideskripsikan dengan dua teknik ialah secara kualitatif dan secara kuantitif. Intelegensi orang satu dengan yang lain ingin berbeda-beda. Hal ini sebab adanya sejumlah faktor yang mempengaruhinya, yakni pembawaan, minat, pembentukan, kematangan, dan kebebasan. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir, Plato pernah menuliskan bahwa berbicara ialah berpikir keras (terdengar) dan beranggapan itu ialah berbicara Jika begitu, maka dapat dijamin bahwa seseorang yang rendah keterampilan berpikirnya bakal mengalami kendala dalam merangkai kalimat yang baik, logis, dan sistematis.
Keterampilan mengajar bukanlah sesuatu yang bersifat turunan, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini menambah informasi yang banyak sekali bagi kita untuk dapat mengembangkan keefektifan guru dan sekolah.
Satu hal yang
penting bagi guru dalam hubungannya dengan anak adalah mengetahui hakikat
perkembangan anak sehingga mereka akan mengerti bagaimana anak dan remaja
tumbuh dan berkembang dalam hal kognitif, sosial dan moral. Guru TK harus tahu
seperti apa siswa siswi mereka baik di dalam kelas maupun diluar kelas,
demikian juga dengan guru SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena
merupakan hasil dari beberaa proses: proses biologis, kognitif, dan
sosioemosional. Perkembangan juga dapat dideskripsikan berdasarkan periodenya
yang bertujuan untuk mengorganisasi dan pemahaman.
1.2 Rumusan Masalah1. Jelaskan Perkembangan Bahasa
2. Bagaimanakah Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
3. Bagaimanakah Pola Pembentukan Perkembangan Perilaku
4. Sebutkan Fungsi Kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi,
entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari
simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat
beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.
Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain,
membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita mendeskripsikan kejadian di masa lalu
dan merencanakan masa depan.
Semua anak di setiap budaya menguasai
sistem bahasa asli mereka yang rumit, kecuali jika ada deprivasi atau masalah
fisik berat yang menginterferensinya. Pengetahuan ini luar biasa, paling
sedikit bunyi,makna, kata-kata, dan sekuensi kata-kata, volume, nada suara,
infeksi(perubahan nada suara) dan aturan penggiliran semuanya harus
dikoordinasikan sebelum seorang anak dapat seorang anak dapat berkomunikasi
secara efektif dalam percakapan.
Bagaimanakah bahasa itu berkembang? Kemungkinan
besar ada banyak faktor antara bilogis dan pengalaman yang berperan dalam
perkembangan bahasa. Kita mengetahui
bahwa budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa yang
dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang. Anak- anak mengembangkan bahasa selama
mereka membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang
mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
Kejadian penting bayi dalam
perkembangan bahasa adalah menangis (lahir), mendekut ( usia 1-2 bulan),
celotehan (usia 6 bulan),transisi dari seorang ahli linguistik universal
menjadi pendengar bahasa yang spesifik ( 6 hingga 12 bulan), menggunakan bahasa
(8-12 bulan),pemahaman kata ( 8 hingga 12 bulan), pengucapan kata-kata
pertama(13 bulan), ledakan kosa kata (18 bulan), perkembangan pemahaman
kata-kata dengan pesat (18 hingga 24 bulan) dan ucapan-ucapan dua kata (18
hingga 24 bulan ).
Sementara itu perkembangan bahasa
anak-anak selama usia sekolah pada usia 5 atau 6 tahun ( kanak-kanak menengah
dan akhir), kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada
fase ini, anak-anak semestinya menguasai tentang pelafalan,tata bahasa,
perbendaharaan kata dan arti kata, pragmatika dan kesadaran metalinguistik.
Di masa remaja, perubahan bahasa mencakup
penggunaan kata-kata yang lebih efektif, peningkatan kemampuan memahami
metafora dan karya-karya literatur dewasa,serta peningkatan kemampuan menulis.
Pada masa remaja, individu-individu sangat mahir memvariasikan gaya bahasanya
agar pas dengan situasinya. Jadi, mereka dapat berbicara dengan teman sebayanya
dengan bahasa slang yang bagi orang
dewasa terdengar tidak ada artinya, tetapi bahasa itu merupakan tanda bahwa
remaja yang bersangkutan adalah anggota kelompok tertentu.
Bagaimana kita bisa menjawab “ Apa
kaitan antara bahasa dan berfikir?”. Secara emosional, terdapat dua isu utama
dan terpisah terkait eksplorasi hubungan antara bahasa dan kognisi yaitu apakah
kognisi penting untuk bahasa dan apakah bahasa penting untuk kognisi. Untuk
persoalan pertama, beberapa ahli menyatakan bahwa perkembangan bahasa dan
kognitif terjadi secara beriringan namun independen, dan kognisi tidak penting
untuk perkembangan bahasa.
Sementara pada persoalan yang kedua,
para ahli mengambil hasil studi terhadap anak-anak tuli yang menunjukkan
kemampuan berfikir dan memecahkan masalah pada tingkat yang sama dengan anak
seusianya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bahkan anak tuli tersebut
tidak memiliki penguasaan bahasa isyarat. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa
tidak penting bagi perkembangan kognitif.
Meskipun demikian, tetap ada kaitanya
antara aktivitas kognitif dan bahasa pada anak. Pemikiran (kognitif) tampaknya
dapat mempengaruhi bahasa dan begitu juga sebaliknya,namun bukti yang terus
bermunculan menunjukkan bahwa bahasa dan pemikiran bukan bagian dari sebuah
sistem kognitif tunggal dan otomatis, melainkan berevolusi sebagai modul-modul
yang terpisah, yang secara biologis mempersiapkan komponen pemikiran.
2.2 Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan
orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa bahwa Brown yang disebut
‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah
besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai
penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul.
Chomsky sebnaliknya membuktikan
kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat,
karena secara rutin kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
Perkembangan bahasa dalam
psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun
tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling
tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Chomsky telah memutuskan penilitiannya
kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti saat kita
mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Chomsky sendiri mengamati anak tidak
secara tidak langsung. Namun kita bias mengilustrasikan kemampuan linguistic
anak dengan beberapa temuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh
Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara
diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan di antara hal-hal yang lain,
bagaimana mereka memulai membuat
transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.
Chomsky sudah menginspirasi banyak
peneliti, para ahli psikolinguistik khususny, untuk mempelajari perkembangan
bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Berikuti ini beberapa tahap perkembangan
bahasa secara universal:
1. Bahasa Awal
Tahap awal perkembangan bahasa dimulai sejak lahir. Pada
bayi yang baru lahir sudah menunjukan gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus
sebagai atas respon yang didengarnya sebagai respon kepada ucapan-ucapan, dan
gerakan mereka menjadi beragam sesuai ikatan suara dan kata-kata dari ucapan
tersebut.
2. Tahap pralinguistik
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk
ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, sebagai reaksi terhadap orang lain
yang mencari kontak verbal dengan anak tersebut atau sebaliknya.
3. Pengucapan satu-kata
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai memproduksi kata
tunggal untuk mengekspresikan seluruh kalimat.
4. Pengucapan dua-kata
Pada usia 1-2 tahun seorang anak sudah mulai mengucapkan dua
kata secara bersamaan dan bahasa mereka menunjukan struktur tertentu.
5. Pengembangan gramatika
Diusia dua sampai tiga tahun anak mulai meletekan tiga atau
lebih kata secara bersamaan.
6. Mendekati gramatika orang dewasa
Anak pada usia 5-9 tahun sudah menguasai perkembangan bahasa
yang cukup kompleks, namun belum mampu menyusun kalimat pasif yang kompleks.
7. Tahap kompetensi lengkap
Pada usia 11-dewasa pembendaharaan
kata semakin meningkat, sehingga kecapakan berkomunikasi semakin baik dan
fasih.
Ø Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat
pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya
respons (Morgan, 1989:228)
Dalam aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa.
Berpikir merupakan percakapan dalam hati inner
speech (Morgan, 1989:231). Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan
berpikir mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.
Ø Karakteristik Perkembangan Bahasa
Karakteristik perkembangan bahasa tidak jauh dari apa yang
telah dijelaskan diatas, sehingga kita menengok kembali pada pembahasan
tersebut.
2.3 Perkembangan Perilaku
1. Perkembangan Fungsi-Fungsi Konatif
dan Hubungannya dengan Pembentukan
Fungsi konatif atau motivasi itu
merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber terutama pada
kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan manusia itu berkembang
mulai dari sifat yang alami (misalnya, kebutuhan dasar biologis) sampai kepada
yang bersifat dipelajari sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
2. Perkembangan Emosional dan Perilaku
Afektif
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang
kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum /sesudah
terjadinya perilaku.
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu
melibatkan tiga variabel, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the
stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila
mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi
atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir.
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi
sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).
a. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dan luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
b. Emosi psikis, di antaranya adalah:
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang
mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang
menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun
kelompok.
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan nilai-nilai balk dan buruk atau etika moral.
4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu
perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dan sesuatu, baik bersifat kebendaan
maupun kerohanian.
5) Perasaan Ketuhanan. Salah satu
kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau
perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
3. Perkembangan Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris
yaitu istilah personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person”
(kedok) dan “personare” (menembus).
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku
individu yang tamj alamrnelakukan penyesuaian dirinya terhadap ling \kungan
secara unik” Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1) Karakter
2) Temperamen
3) Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas emosi,
5) ResponsibilitaS (tanggung jawab),
6) Sosiabilitas,
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas
(pembawaan) maupun lingkungan
1) Fisik.
2) Inteligensi.
3) Keluarga.
4) Teman sebaya (peer group).
5) Kebudayaan.
c. Perubahan Keprbadian
1) Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.
2) Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, nekreasi dan partisipasi sosial.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubaha ke dalam
tiga kategori, yaitu:
1) Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.
2) Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, nekreasi dan partisipasi sosial.
d. Karakteristik Kepribadian
E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang
sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut.
1) Mampu menilai diri secara realities
2) Mampu menilai situasi secara realistik.
3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
4) Menerima tanggung jawab.
5) Kemandirian (autonomi).
6) Dapat mengontrol emosi.
7) Berorientasi tujuan.
8) Berorientasi keluar.
9) Penerimaan sosial.
10) Memiliki filsafat hidup.
11) Berbahagia.
2.4 Fungsi Kognitif
Kognitif
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didikyang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, dan sangat menentukan keberhasilan
mereka di sekolah. Guru dan para mahasiswa calon
guru khususnya sebagai tenaga pendidik yang bertanggunng jawab melaksanakan
interaksi edukasional di dalam kelas, perlu memahami hal yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif. Karena dengan bekal tersebut dapat membantu guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta
didik.
Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan
fungsi kognitif anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru
dapat melakukuan beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami
pelajaran. Berikut adalah beberapa praktek yang dapat fungsi kognitif siswa
dalam mengingat, memahami, dan meneapkan informasi / pengetahuan.
1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
Penggunaan organisator awal
(analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan
mereka taerdahulu.
2. Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan
baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang
terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah
masalah yang lebih umum.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum
pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait
dengan pengajaran tersebut.
4. Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang
memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.
Bebrapa hal diatas dapat di aplikasikan oleh para guru dalam
rangka membantu fungsi kognitif siswa. Setelah diaplikasikan maka akan timbul
implikasinya dalam pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih mudah dalam
memproses informasi/pengetahuan yang akan mereka dapatkan, sehingga hal inijuga
berdampak pada hasil belajr mereka.
BAB III
PENUTUP
Kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk
memperoleh pengetahuan.
Fungsi
kognitif berpusat pada otak, hubungan kognitif dengan hasil belajar
sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa
ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil
belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang
baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami.
3.2 Saran
Guru dapat membantu belajar dengan mengadaptasikan materi
atau soal-soal sesuai tingkat perkembangan siswa saat ini, menuntun siswa
menempuh langkah-langkah dalam soal-soal yang rumit, mengerjakan sebagian
soalnya, memberikan umpan balik terperinci dan memberikan kesempatan revisi,
atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan fokus perhatian siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Woolfolk,Anita.
2009. Educational Psychology : Active
Learning Edition.Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Belajar
Santrock,W.John.
2007. Child Development, eleventh edition.
Edisi Bahasa Indonesia. Perkembangan Anak.
Jakarta. Penerbit Erlangga
Djiwandono,Sri
Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta. PT.Grasindo
Takriyanti,Rizky.
2006. Psikologi Perkembangan. Jambi.
Program Akta IV Fakultas Tarbiyah, IAIN
STS Jambi
Crain, W.C. (1985). Theories of Development, Concepts and
Aplications 3th Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Santrock, John.W. 2007. Psikologi
Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group.
Rifa’I, A., Anni C.T. 2009.
Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.