Perkembangan Keagamaan, Emosional dan Perilaku Afektif Peserta Didik
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Keagamaan, Emosional dan Perilaku Afektif Peserta Didik |
Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut
matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain.
1. Jelaskan Bagaimanakah Perkembangan Keagamaan
2.
Sebut
dan Jelaskan Perkembangan Emosional
3.
Sebutkan
pengertian dan pola perkembangan Afektif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembagan Keagamaan
1. Pengertian Perkembangan Agama
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yaitu meliputi perkembangan
segi fungsi-fungsi kepribdian manusia misalnya fungsi perhatian, pengamatan,
tanggapan, ingatan, fantasi, pemikiran, perasaan dan kemauan setiap fungsi yang
disebutkan daiats dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tidak dapat
dikatakan sebagai pertumbuhan melainkan perkembangan. Oleh karena itu
perkembangan menyangkut berbagai fungsi baik jasmaniah maupun rohaniah maka aka
salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai
pertumbuhan atau proses psikologis perkembangan adalah semata-mata sebagai
pertumbuhan atau proses psikologis.
Perkembangan jiwa beragama pada anak mengikuti pada aspek
perkembangan jiwa yang lainnya. Pada umumnya, pembahasan tentang perkembangan
jiwa terbagi menjadi tiga bagian, pembagian tersebut amat disederhanakan,
sehingga membutuhkan pejelasan tersendiri.
2. Perkembangan Agama Pada Masa Anak-anak
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,pengalaman
dan latihan-latihan yang dimulai pada masa kecilnya dulu yang didapatkan dari
keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Apabila seorang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan
pendidikan agama, maka kelak dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya
agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan anak yang waktu kecilnya mempunyai
pendidikan dan pengalaman agam, mislanya ibu dan bapaknya orang tua beragama,
lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama. Maka orang
itu dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan
agama, dan dapat merasakan betapa nikmat hidup dalam beragama.
Bagaimana timbulnya kepercayaan agama pada anak-anak, jika
anak-anak dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan hidup dalam lingkungan tidak
beragama, maka ia akan menjadi dewasa tanpa agama.
3. Pembinaan Agama Pada Anak
Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Semakin
banyak pengalaman yang bersifat agama dan semakin banyak unsur agama maka
sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi akan sesuai dengan ajaran
agama, diantara masalah yang perlu diketahui oleh para guru agama adalah
pembinaan pribadi anak.
Setiap orang tua dan guru ingin membawa anaknya agar menjadi
orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat
dan akhlak yang terpuji semua dapat disahakan melalui pendidikan baik yang
formal (disekolah) maupun informal (dirumah oleh orang tua) setiap pengalaman
yang dilalui anak, baik melalui penglihatanm, pendengaran maupun perlakuan yang
diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadi anak.
Masa pendidikan disekolah dasar, merupakan kesempatan
pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua.
Disekolah dasar memiliki persyaratan kepribadia dan kemampuan untuk membina
pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai tumbuh kearah yang kurang baik
dapat segera diperbaiki.
2.2 Perkembangan Emosional
Seberapa banyak dorongandorongan dan minat-minat seseorang
itu terpenuhi merupakan dasar dari pengalaman emosionalnya. Seseorang yang pola
kehidupannya berlangsung mulus, dimana dorongan-dorongan dan keinginankeinginan
atau minatnya dapat terpenuhi atau dapat berhasil dicapai, ia (mereka)
cenderung memiliki perkembangan emosi yang stabil dan dengan demikian dapat
menikmati hidupnya. Tetapi sebaliknya jika dorongan dan keinginannya tidak
berhasil terpenuhi, baik hal itu disebabkan kurangnya kemampuan untuk
memenuhinya atau karena kondisi lingkungan yang kurang menunjang, sangat
dimungkinkan perkembangan emosionalnya mengalami gangguan.
1. Pengertian Emosi Menurut Menurut Beberapa Ahli
- Menurut Daniel Goleman, emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
- Menurut Prawitasari, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
- Menurut Crow and Crow, Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik.
Berdasarkan dari pendapat beberapa uraian tokoh diatas,
dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang
mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2. Karakteristik Perkembangan Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
“badai/tekanan” suatu masa di mana emosi meninggi. Ada beberapa macam kondisi
emosional yaitu seperti :
1. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya
untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang
lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat
tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak secara
terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
2. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya
berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia
diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat
sambutan (diterima)oleh yang cintai.
3. Rasa marah
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara
emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian
melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan
minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam,
kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
4. Ketakutan dan Kecemasan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa
tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya
para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa
bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah
menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia
tidak berani mencapai apa yang Semarang atau masa depan yang tidak menentu.
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan
perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b. Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c.
Periode
remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang
menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui
menyebabkan remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai
mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik dan pantas untuk dikembangkan
dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa
disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
d.
Periode
remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan
pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang tua dan
masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka.
Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka
sudah semakin bebas penus serta emosinya pun mulai stabil.
3. Pola Emosi Yang Umum Pada Kanak-Kanak
Beberapa bulan setelah bayi lahir, muncul berbagai macam
pola emosi, antara lain yang dikemukakan oleh (Hurlock : 1999) yaitu sebagai
berikut :
a. Rasa takut
Rangsangan yang umumnya menimbullkan rasa takut pada masa
bayi ialah suara yang keras, bintang, kamar yanga gelap, tempat yang tinggi,
berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak dikenal. Anak kecil lebih
takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau anak yang lebih tua.
Usia antara 2 sampai 6 tahun merupakan masa puncak bagi rasa takut yang khas di
dalam pola perkembangan yang normal. Alasannya karena anak kecil lebih mampu
mengenal bahaya dibandingkan dengan bayi, tetapi kurangnya pengalaman
menyebabkan mereka kurang mampu mengenal apakah suatu bahaya merupakan ancaman
pribadi atau tidak.
b. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan
pada masa kanak-kanak jika dibandingkan denagn rasa takut. Alasannya ialah
karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang
dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh
perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Sebaliknya, reaksi rakut semakin
berkurang karena kemudian anak-anak menyadari bahwa umumnya perasaan itu tidak
perlu. Ferkuensi dan intensitas kemarahan yang dialami oleh setiap anak-anak
berbeda-beda.
c. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih
sayang yang nyata atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu timbul
dari kemarahan yang menimbullkan sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain.
Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan
rasa marah.
2.3 Perilaku Afektif
Afektif
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga
perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang
perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek
afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika
siswa bekerja berkelompok.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975)
“ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai”. Lebih lanjut dari Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa “aspek afektif
merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran – pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendurungan untuk bertindak”.
Sementara itu, Chaplin (1989)
mendefisikan aspek afektif sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme
mencakup perubahan- perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari
perubahan perilaku.
Dari kesimpulan
3 pengertian di atas dapat saya simpulkan bahwa aspek afektif adalah aspek yang
mencakup watak, perasaan dan pikiran – pikiran perilaku seseorang.
1. Pengertian Afektif
Afektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan
emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.
Seseorang individu dalam merespon sesuatu diarahkan oleh
penalaran dan pertimbangan tetapi pada saat tertentu dorongan emosional banyak
campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya.
Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu
disebut warna afektif yang kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh
dari warna afektif tersebut akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam.
Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982:59).
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, namun tidak
tegas. Keduanya merupakan suatu gejala emosional yang secara kuantitatif
berkelanjutan. Namun tidak jelas batasnya. Menurut Crow dan Cra (1958),
pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentng keadaan mental dan fisik dan berwujud tingkah laku yang
tampak. Emosi adalah warna afektif yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik,
antara lain :
- Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona
- Peredaran darah : bertambah cepat bila terkejut
- Denyut jantung : bertambah cepat kalau kecewa
- Pernapasan : Bernapas panjang kalau kecewa
- Pupil mata : membesar kalau marah
- Liur : mengering kalau takut dan tegang
- Bulu roma : berdiri kalau takut
- Pencernaan : buang-buang air kalau tegang
- Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
- Komposisi darah : kompisis darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2. Pola perkembangan afektif pada remaja
Erik. H. Erikson, mengemukakan bahwa perkembangan manusia
adalah sintesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Adapun
pola perkembangan afektif pada remaja adalah :
a) Industry
vs Inferiority/Produktivitas (6-11 tahun)
Anak mulai berpikir deduktif, belajar dan bermain menurut
peraturan yang ada. Anak bermain menurut peraturan yang ada. Anak didorong
untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan dengan benda-benda yang praktis
dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu.
Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan ganya
lingkungan rumah saja melainkan mencakup lembaga-lembaga lainnya yang mempunyai
peranan yang penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah
mempengaruhi industry dan inferiority anak
b) Indentity
vs Role Confusion/Identitas ( 12-18 tahun)
Pada fase ini anak menuju perkembangan fisik dan mental.
Memiliki perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat
perubahan-perubahan tubuhnya. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang
lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya. Ia
mulai mengerti tentang keluarga ideal, agama dan masyarakat. Pada masa ini
remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya
tentang dirinya. Misalnya, sebagai anak, pelajar, anggota osis dan sebagainya
menjadi satu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan
sikap menghadap masa datang.
c) Intimacy
vs Isolation/Keakraban (19- 25 tahun)
Yang dimaksud intimacy oleh Erikson selain hubungan suami
istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan perhatian pada orang lain.
Jika intimacy tidak terdapat diantara sesama teman atau suami istri, menurut
Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa
adanya orang lain untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.
BAB III
PENUTUP
Untuk
dapat menciptakan suatu perpaduan harmonis yang penuh improvisasi, seorang pendidik,
guru atau dosen selain kaya akan kiat – kiat pembelajaran, tidak kalah penting
juga dituntut untuk memiliki bekal pengetahuan memadai tentang peserta
didiknya.
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,
mengetahui, memecahkan masalah, menilai dan mempertimbangkan suatu
permasalahan. aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,
mengetahui, memecahkan masalah, menilai dan mempertimbangkan suatu
permasalahan. aspek psikomotorik adalah kelanjutan dari kognitif (memahami sesuatu) dan
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku).
Implikasi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik bagi pendidikan contohnya menjaga kesehatan,
saran dan prasana, waktu isitrahat, makanan yang baik, menjaga kesehatan dengan
baik.
3.2 Saran
Sebagai peran pendidik yang mempengaruhi proses berkembangnya
potensi peserta didik guru harus memahami betul tentang
peserta didik mulai dari
faktor internal dan faktor eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. &
Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamid, H. 2009.
Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik. (Online)
Hartina, sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Reflika Aditama.
Sunarto dan Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gunarsa, D. Singgih dan Singgih Gunarsa.
Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1991.
Hurlock, B. Psikologi Perkembangan.
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa oleh Istiwidayanti
& Sujarwo). Jakarta : Erlangga, 1990.