biodiversitas
biodiversitas merupakan Keanekaragaman hayati yang merupakan suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, biodiversitas secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. biodiversitas dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.apa pengertian biodiversitas |
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biodiversitas
merupakan Keanekaragaman hayati adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup
semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala
organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,hewan, dan
mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk
kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi
keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis.
Keanekaragaman
hayati (Biodiversitas) adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya
matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor
menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip
suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat
interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Keanekaragaman
hayati (Biodiversitas) tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus
menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di
bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan
belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang
lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, danorganisme
uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan
ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan
eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas
bumi,iklim, dan luar angkasa.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep keanekaragaman
hayati?
2.
Bagaimana tingkat – tingkat
keanekaragaman hayati?
3.
Manfaat dan nilai apa yang terkandung dalam keanekaragaman hayati?
C. Tujuan
1.
Dapat
mengetahui konsep keanekaragaman hayati?
2.
Dapat
mengetahui tingkat – tingkat keanekaragaman hayati?
3. Dapat
mengetahui manfaat dan nilai apa
yang terkandung dalam keanekaragaman hayati?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang
bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati
yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati (Biodiversitas) menggambarkan
bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman
hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari
makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati (Biodiversitas) adalah keanekaragaman makhluk hidup
yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan
faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil
pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal
seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor
lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat
berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu
individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
Secara garis besar, Biodiversitas yang terdapat
di suatu wilayah bermacam-macam. Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk
kelestarian hidup organisme dan berlangsungnya daur materi (aliran energi).
Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya berbagai macam jenis makhluk
hidup (hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme).
Keanekaragaman hayati (Biodiversitas) ditentukan oleh interaksi antara
dua faktor, yaitu: faktor keturunan (genotip) dan lingkungan tempat organisme
hidup. Keistimewaan keanekaragaman hayati Indonesia adalah :
·
keanekaragaman
hayati di indonesia sangatlah tinggi. Keanekaragaman hayati yang tinggi, karena
Indonesia terletak di daerah tropis. Dapat dijumpai di lingkungan hutan hujan
tropis.
·
Memiliki
tumbuhan tipe Indo-Malaya dengn areal paling luas. Flora Indo-Malaya adalah
tumbuhan yang hidup di India, vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan
Philipina. Sedangkan flora yang tumbuh di Indonesia, Malaysia, dan Philipina
sering disebut sebagai Flora malesiana.
·
Memiliki
hewan tipe Oriental (Asia), Australia, dan peralihan. Fauna tipe Oriental.
Terdapat di wilayah bagian barat indonesia yang meliputi: pulau jawa, bali,
sumatra, dan kalimantan.
2.2 Tingkat Keanekaragaman hayati
1.
Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Keanekaragaman tingkat gen disebut pula keanekaragaman
genotip, yaitu tingkat variasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi
antar gena-gena di dalam genotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan
fenomena yang berbeda sekalipun gena-genanya sama. Hal ini terjadi sebagai
akibat sifat gena-gena ada yang dominan dan ada yang resesif. Itulah sebabnya,
sekalipun gena-gena di dalam genotipnya sama dalam satu keluarga terdapat
anggota keluarga yang memiliki ciri atau sifat penampilan yang berbeda dengan
anggota lainnya dalam keluarga itu. Penampakan sifat genotif berinteraksi
dengan lingkungannya disebut fenotif. Dengan begitu, akibat adanya sifat
dominansi dan resesif gena-gena dalam genotip induk organisme itu, suatu
induk akan menghasilkan fenotip yang
berbeda pada keturunannya. Keanekaragaman genotip disebut juga plasma nutfah.
Individu yang masih alami atau belum termutasi oleh manusia, memiliki kekayaan
plasma nutfah yang berharga, karena gena-genanya masih bisa direkayasa lebih
lanjut. Keanekaragaman hayati dalam bentuk hutan seisinya merupakan sumber
plasma nutfah untuk kesejahteraan hidup manusia di masa kini dan masa datang,
sehingga keberadaan hutan di tiap wilayah semestinya dipelihara dan
dilestarikan .
Keanekaragaman tingkat gen dapat kita pelajari pada
pola-pola bentuk daun pada tumbuhan. Pada tumbuhan Dahlia memiliki bentuk daun
yang berbeda-beda antara daun semasa kecambah, semasa muda, dan semasa
dewasanya atau semasa akan menghasilkan bunga. Pada bagian-bagian bunga,
sekalipun memiliki genotip sama pada kelopak, mahkota, benang sari, dan
putiknya, kesemuanya memiliki bentuk yang berbeda-beda. Demikian pula bentuk daun Ranunculus aquatalis, Salvinia, dan
Myriophyllum adalah berbeda antara daun yang berada di atas permukaan air
dengan daun yang berada di bawah permukaan air. Daun yang berada di bawah
permukaan air memiliki bentuk serupa akar,
tetapi daun yang berada di atas permukaan air memiliki bentuk yang lebih
lebar. Hal ini berarti faktor lingkungan
mempengaruhi penampakan sifat genotip yang sama pada suatu bagian organisme
sejenis di tempat tertentu.
gambar keanekaragaman hayati |
Pada
organisme bersel satu seperti bakteri (kokus, basil, vibrio, dan spirilum)
mengandung kurang lebih 1.000 gen, apalagi organisme multiseluler memiliki
lebih banyak lagi variasi gena-genanya. Satu gena merupakan satu penggal benang
DNA dalam ukuran tertentu, dan benang DNA yang amat panjang dapat dikemas
menjadi butir-butir kromatin, lalu menjadi nukleosom dan akhirnya terbentuk
benang kromosom. Sel semasa interfase, kromosom tidak dapat dilihat dengan
mikroskop biasa dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron, karena
terurai menjadi benang-benang DNA. Dewasa ini pemanfaatan DNA mikroba untuk
dicangkokkan kepada tanaman budidaya agar menghasilkan sesuatu zat yang
meningkatkan mutu gizi dari produksi tanaman melalui rekayasa genetika adalah
banyak dilakukan untuk menciptakan bibit-bibit unggul. Berdasarkan
keanekaragaman hayati tingkat gen ini, Indonesia memiliki
bank gen atau sumber plasma nutfah yang sangat banyak untuk
kesejahteraan hidup manusia
gambar keanekaragaman hayati tingkat ekosistem |
Gambar: Kromosom/kromatid terurai menjadi benang kromatin dilihat dengan mikroskop elektron
2.
Keanekaragaman
Tingkat Jenis
Variasi pada keanekaragaman tingkat gen adalah bukan
disebabkan oleh keanekaragaman gen, melainkan perbedaan pengaruh interaksi
antar gena-gena pada genotip dengan lingkungan yang berbeda. Tetapi
keanekaragamantingkat jenis merupakan variasi yang terjadi pada tingkat
individu sebagai akibat pengaruh keanekaragamangena-genayang membentuk genotip
individu-individu itu.
Individu yang satu dengan individu yang lainnya memiliki
persamaan dan perbedaan. Makin banyak persamaannya atau makin sedikit
perbedaannya, makin dekat kekerabatannya, dan sebaliknya. Untuk melihat jauh
dekatnya kekerabatan suatu organisme satu dengan organisme lainnya, para hali
membuat sistem pengelompokan-pengelompokan atau klasifikasi yang disebut
tingkatan takson. Ilmu yang khusus
mempelajari pengelompokan atau klasifikasi
organisme ini disebut Taksonomi.Pembagian kelompok takson dari kelompok
besar sampai ke kelompok yang lebih khusus atau tingkat jenis, secara garis
besar dan berurutan ditulis sebagai berikut:
Kindom -
Divisi – Kelas – Bangsa – Suku – Marga - Jenis
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada
keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan
adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan,
tumbuhan dan mikroba.Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada
tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya.
Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain;
kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis
kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara
mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya.
Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup
(tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah
biji, serta rasanya yang berbeda.
3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Istilah
Ekosistem berasal dari bahasa Greek, yaitu Ecosistem (oikos= rumah tangga, +
sistema= keseluruhan bagian-bagian sebagai satu kesatuan). Ekosistem berarti
satu kesatuan yang ada dalam rumah tangganya, yaitu satu kesatuan antara semua
makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Seringkali faktor abiotik menjadi
faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Faktor
pembatas dapat berupa perbedaan iklim, bentang alam yang luas, keadaan air
tanah dan mineral yang mempengaruhi pertumbuhan organisme. Oleh karena setiap jenis makhluk hidup
memiliki daya toleransi, adaptasi, dan suksesi yang berbeda-beda terhadap
lingkungan yang berbeda-beda, menyebabkan di dunia terjadi keanekaragaman
ekosistem maupun bioma. Pada Gambar 1.2 ditunjukkan pengaruh ketinggian tempat
dan jauh dekatnya ke kutub (garis lintang) menyebabkan adanya perbedaan dan
persamaan sebaran vegetasinya. Puncak gunung bersalju dan daerah kutub memiliki
jenis vegetasi yang sama, juga di daerah ugahari dan ketinggian antara 1.000 -
1.500 m di atas permukaan laut ditemukan hutan pinus (berdaun jarum) yang
subur, dan seterusnya.
gambar keanekaragaman hayati |
Akibat perputaran
bola dunia pada porosnya menyebabkan pembagian iklim, siang dan malam, arah
angin, dan kondisi air di tiap bagian dunia adalah berbeda-beda. Iklim adalah menunjukkan pukul rata tentang keadaan
suhu, sinar matahari, cuaca, curah hujan, tekanan udara dan kelembaban udara di
suatu daerah. Pengaruh iklim terhadap bentang alam menyebabkan terbentuknya
berbagai Bioma seperti: Gurun, Kutub, Tundra, Savana, Stepa, Hutan Berdaun
Jarum (Pinus), Hutan Tropis, dan Hutan
Berdaun Gugur. Kondisi seperti itu berdampak ada daerah yang berpenghuni dan
daerah tidak berpenghuni, baik dihuni oleh jenis tumbuhan, hewan maupun
manusia. Ekosistem hutan merupakan habitat hewan-hewan liar, sehingga rusaknya
hutan berakibat terganggunya kehidupan hewanhewan tersebut, bahkan mungkin
kehilangan habitat mereka. Kehidupan hewan-hewan yang tidak sesuai dengan
habitatnya dapat berakibat semakin merana, bahkan mungkin menyebabkan kematian
dan punahnya suatu hewan. Ekosistem hutan memiliki fungsi ekologis bagi
kehidupan hewan, yaitu untuk berlangsungnya rantai makanan dan jaring-jaring
kehidupan bagi mereka, serta menjamin berlangsungnya daur ulang materi dan
aliran energi bagi kehidupan di bumi. Dengan demikian akibat rusaknya berbagai
ekosistem menyebabkan punahnya beberapa jenis spesies. Sekali jenis makhluk
hidup itu punah, jangan harap ia dapat muncul kembali di dunia ini. Hutan yang
berfungsi untuk melindungi kehidupan hewan-hewan disebut Hutan Suaka
Margasatwa. Di sinilah pentingnya memelihara kelestian suatu ekosistem dan
adanya distribusi tumbuhan dan hewan yang berbeda-beda pada setiap jenis
Ekosistem maupun Bioma.
Selain itu, berbagi jenis hutan memiliki fungsi orologis,
yaitu mencegah terjadinya erosi permukaan tanah akibat hujan mau mencegah
terjadinya longsor dan bahaya banjir. Daun-daunan tumbuhan pada hutan menahan
jatuhnya air hujan secara perlahan-lahan sehingga dapat meresap ke dalam tanah.
Air hujan yang meresap ini ditahan oleh akarakar tumbuhan sebagai reservoir air
tanah, sumber mata air untuk sungai-sungai dan laut. Akibat pemanasan sinar
matahari, air laut menguap membentuk awan di atmosfer, kemudian terbawa angin
dan tertahan di pegunungan tinggi, kemudian terjadi kondensasi membentuk
mendung yang tebal, dan akhirnya jatuh lagi sebagai air hujan. Dengan demikian,
hutan memiliki fungsi dalam daur ulang air di alam (hidrologis). Air yang ke
luar dari mata air bersifat bersih dan steril, sehingga baik digunakan sebagai
sumber air minum yang sehat. Demikian pula, ekosistem hutan menampung
daun-daunan tumbuhan yang gugur dan sumber humus yang akan menyuburkan tanah. Tanah
yang mengandung lapisan humus yang tebal bersifat subur bagi pertumbuhan
tumbuhan. Itulah sebabnya, pembukaan hutan sebagai lahan pertanian pada awalnya
tidak memerlukan pupuk, karena sudah subur baginya. Oleh karena itu, untuk
menyuburkan kembali tanahtanah kritis atau tanah tandus perlu diupayakan
penghutanan kembali agar tanahnya menjadi subur kembali sebagai cadangan lahan
pertanian maupun perkebunan untuk kesejahteraan hidup manusia. Hutan yang berfungsi menjaga
kelestarian untuk berlangsungnya proses-proses alami dan seisi hutan tersebut
disebut Hutan Lindung atau Cagar Alam.
Hutan berupa Cagar Alam dapat membentuk iklim local dan iklim mikro
bagi tumbuhan dan hewan yang hidup di
bawah kanopi (naungan daun) hutan itu. keanekaragaman hayati terutama tumbuhan
dalam bentuk hutan yang membentuk ekosistem atau bioma memiliki fungsi/peranan
yang banyak dan sangat penting bagi
penanggulangan masalah lingkungan, seperti berfungsi dalam mengurangi terjadi
pencemaran udara, berfungsi sebagai ekologis, hidrologis, orologis,
klimatologis, menanggulangi kebocoran
lapisan ozon dan pemanasan global bumi, serta mencegah bahaya banjir dan
menyediakan udara pernapasan bagi semua makhluk hidup, juga menyediakan sumber
plasma nutfah.
Adapun untuk mengelolaan dasar keanekaragaman hayati yang
menjamin kelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.
Budidaya
/Pemuliaan SDA Hayati dalam bidang:
Pertanian, Perkebunan, dll. dengan memperhatikan aspek-aspek: benefisiasi, optimalisasi, alokasi, reklamasi,
substitusi, restorasi, integrasi, dan preservasi sebagaimana diuraikan di
atas.
2.
Pelestarian
SDA Hayati , mencakup upaya:
a.
In
Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati pada
habitat aslinya (alamnya) dengan cara menetapkan kawasan tersebut
sebagai Cagar Alam Nasional.
b.
Ex
Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati di
luar habitat aslinya, seperti membuat Kebun Raya untuk menanam berbagai jenis
tumbuhan yang memiliki potensi besar bagi kehidupan manusia.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber
dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas
berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme
akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi
lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada
Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan
di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa
kandungan kimia atmosfer dan bumisangat terkendali dan sangat berbeda dengan
planet lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam
ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor
kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh
spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda
memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang
sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di
ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu
sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia
dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
a. Komponen-komponen
pembentuk ekosistem
· Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan
kimia yang merupakan medium atau substrattempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang
dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik,
dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu:
1.
Suhu.
Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2.
Air.
Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3.
Garam.
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui
osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan
kandungan garam tinggi.
4.
Cahaya
matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air
dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di
sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Digurun, intensitas cahaya
yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5.
Tanah
dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan
komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan
sumber makanannya di tanah.
6.
Iklim.
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim
makro meliputi iklimglobal, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim
dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
·
Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk
menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen
yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
·
Heterotrof
/ Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai
makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
·
Pengurai
/ dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut
juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih
besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai
yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan
organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
1.
Aerobik
: oksigen adalah penerima elektron / oksidan.
2.
Anaerobik
: oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan.
3.
Fermentasi
: anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima
elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk
suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium,
ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air
sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen
pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu,
mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem
alam dan buatan. Secara garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah
ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
a. Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak
ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.
Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.
Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai
45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh
tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni
daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh
bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo
Borrega di Amerika.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai
ke sub tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 - 50 cm per
tahun dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah
rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar,
ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara lain
Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).
c. Bioma Hutan Hujan
Tropis
Bioma
ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil,
Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per
tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan
komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta
banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi.
Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya
rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain,
misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai
macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa dan hewan yang
bersifat nokturnal.
d.
Bioma Hutan Gugur
Hutan
gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan
Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai
4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Keanekaragaman
jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada
terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur.
Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk,
dan serangga.
e. Bioma Taiga
Taiga
terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu
di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
f. Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi
sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu tertutup
salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada
terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak
ada. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam,
serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa).
g.
Bioma Karst
Karst berawal dari nama
kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai
ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst
terdapat di daerah Gunung Kidul
2. Ekosistem Perairan (Akuatik)
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar
garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari
sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus,
ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir)
misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan
yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar
(makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan
biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan
tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan
diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan
serangga.
b. Ekosistem Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua
pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim
dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar
garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah
khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme
laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi
dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.
c. Ekosistem Estuari
Estuari (muara)
merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan laut atau disebut
muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
d. Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik)
ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama
di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas
dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup
di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
e. Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak
sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir
sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai
kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan
lumba-lumba.
f. Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada
daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu
clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah
komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung.
Terumbu karang
didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam
bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan
ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan
sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di
antara karang clan ganggang.
Herbivor seperti siput,
landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
g. Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik
laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan laut. Sehingga
tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem ini
merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut
yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat
bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
h. Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass
adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan
laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah
ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan
mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi
pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan
adalah:
f.
Ekosistem ruang angkasa.
· Hubungan ketergantungan antar komponen ekosistem
Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar
komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.Ketergantungan antar
komponen biotik dapat terjadi melalui:
1.
Rantai
makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi
atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau
sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas
hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi
lainnya, sebagian energi akan hilang.
2.
Jaring-
jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama
lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring
makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu
jenis makhluk hidup lainnya.
2.3 Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati
1. Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
-
Sandang (ulat sutra, bulu
domba, kapas).
-
Pangan (serealia/biji-bijian,
umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
-
Papan (meranti, jati,
sengon, pohon sawo, dan sebagainya).
-
Udara bersih (pepohonan).
2. Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Beberapa jenis hewan,
tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui kegunaannya tidak perlu
dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki peranan
yang sangat penting. Misalnya: tanaman mimba (Azadirachta indica). Dahulu
tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung
zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri.
Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat
digunakan sebagai sumber makanan masa depan misalnya Chlorella. Buah pace
(mengkudu) yang semula tidak dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat
untuk meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan
darah. Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang
belum dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat
unggul).
3. Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk
menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam
mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki
peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang
lain. Misalnya: burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan
tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang
mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan
di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan
penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain
itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah
erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan
keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia,
keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah)
untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
4. Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati
merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk
kehidupan manusia
5. Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak
terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman. Berbagai jenis tumbuhan
digunakan untuk tanaman hias. Beberapa jenis hewan juga dimanfaatkan manusia
karena keindahan atau kemerduan suaranya, misalnya burung.
6. Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati
Konservasi
keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan
internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan
jenis tumbuhan (flora) termasuk di dalmnya lumut dan paku-pakuan dan kekayaan
jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri, jamur.
Tempat perlindungan
keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi
perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata,
Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya.
Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama
yaitu untuk tujuan konservasi.
BAB III
PENUTUP
Alam
Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut
dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah
keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen,
spesies, dan ekosisitem di suatu daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2
faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik relatif konstan /
stabilpengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor
luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip).
Keanekragaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda,
yaitu keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem. Dan tidak ada makhluk hidup
yang bisa hiup sendiri, terpisah dan terasing dari makhluk hidup lain. Manusia,
hewan, dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan tempat hidup
yang nyaman untuk hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling ketergantungan
antar makhluk hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan
saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk
membentuk suatu sistem yang disebut
ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen tidak
hidup (abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi distribusi persebaran
organisme pada tempat yang berbeda-beda.
daftar
pustaka
C,Kusmana. 2015.
Keanekaragaman
hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem kota hijau .
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1,
Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1747-1755.
Institut
Pertanian Bogor
H,Sinta.
2012.keanekaragaman hayati.tersedia pada eprints.uny.ac.id/9436/3/bab%202%20-%2008304241032.pdf pada tanggal 4
Januari 2017
Marzuki,Rahmad.2012.biodiversitas.
tersedia pada http://anahrahmat44artikle.blogspot.co.id/2012/01/makalah-biodiversitas.html akses pada tanggal 4 Januari 2017
Suharyanto.2017.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia tersedia padahttps://dosenbiologi.com/biologi-dasar/keanekaragaman-hayati pada tanggal 4 Januari 2018
Odum,E P, Samingan T(penerjemah), Dasar – dasar
ekologi. Yogyakarta : Gadjah mada University Press, 1993.