Artikel Ekonomi Indonesia

Artikel Ekonomi Indonesia
Artikel Ekonomi Indonesia



Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yatu pertumbuhan kegiatan perekonomian yang bisa menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan di kurang lebih masyarakat bertambah dan kesejahteraan masyarakat bertambah.

Faktor yang berpengaruh bakal ekonomi Indonesia tak terpuput dari problem ketimpangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilik modal besar rutin berpeluang yang lebih luas dibanding dengan pengusaha kecil dan menengah yang rutin ketidak lebihan modal.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, merupakan sebagai berikut:
  • Faktor produksi, harus mekegunaaankan tenaga kerja yang ada dan pemakaian bahan baku industri dalam negeri semaksimal mungkin
  • Faktor investasi, membikin kebijaksanaan investasi yang tak kompleks dan memihak terhadap pasar
  • Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus jadi sanggup menambah cadangan devisa dan membikin stabil nilai rupiah
  • Faktor kebijaksanaan moneter dan deflasi, kebijaksanaan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkatan suku bunga harus di antisipasi dan sanggup diterima pasar
  • Faktor keuangan negara, kebijaksanaan fiskal yang konstruktif dan sanggup membiayai budget pemerintah 
Tidak sedikit negara yang sedang berkembang dihadapkan pada tak sedikit faktor dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Hambatan yang paling penting dialami merupakan
  • Kegiatan sektor pertanian tetap tetap tradisonal/manual dan nilai hasil pertanian sangat rendah
  • Tidak sedikit negara tetap menghadapi persoalan ketidak lebihan modal dan peralatan produksi yang canggih
  • Tenaga terampil, berpendidikan dan skil keusahawaan permintaannya tetap jauh dibawah jumlah yang diperlukan
  • Perkembangan penduduk sangat padat
  • Beberapa persoalan institusi, sosial, kebudayaan dan politik yang tak jarang dijumpai.


Sejarah Perekonomian di Indonesia


1. Orde Lama (pasca kemerdekaan 1945-1950

Kondisi ekonomi&keuangan pada masa ini sangat kurang baik, sebab dikarenakan oleh : Deflasi yang sangat tinggi yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu valuta dengan cara tak terkendali. Pemerintah RI menyebutkan tiga valuta yang berlaku di wilayah RI, yaitu valuta De Javasche Bank, valuta pemerintah Hindia Belanda, serta valuta pendudukan Jepang.

  • Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Sistim ini hanya memperkurang baik kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Sebab pengusaha pribumi tetap lemah&belum dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi, khususnya pengusaha Cina.

  • Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin& struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (pemerintah mengatur segalanya) sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959. Sistem ini diharapkan akan membawa kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). 


2. Orde Baru

Stabilisasi politik menjadi prioritas mutlak pada masa ini. Sebab pengusaha pribumi tak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi, dan sistim etatisme pun tak membenahi kondisi, maka Dipilihlah sistim ekonomi campuran dalam kerangka sistim ekonomi demokrasi pancasila yang adalah campur tangan pemerintah dalam perekonomian dengan cara terbatas. Jadi, pasar tak dapat menentukan sendiri dalam keadaan alias persoalan tertentu.


3. Orde Reformasi

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang memulai masa reformasi belum meperbuat manuver-manuver yang lumayan tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, juga tak ada perbuatan yang lumayan berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada beberapa persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru wajib dihadapi, antara lain persoalan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), perbaikan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian deflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Dampaknya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Kebijaksanaan persengketaanal pertama presiden Yudhoyono merupakan mengurangi subsidi BBM, alias dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijaksanaan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Biaya subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, dan bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan persengketaanal pertama itu memunculkan kebijaksanaan persengketaanal kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Banyak BLT tak hingga ke tangan yang berhak, dan pembagiannya memunculkan beberapa persoalan sosial.


Kebijakan yang ditempuh untuk menambah pendapatan perkapita merupakan mempercayakan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong perkembangan ekonomi dan mengajak investor asing dengan janji membenahi iklim investasi. Salah satunya merupakan diadakannya Indonesian Infrastructure Summit di bulan November 2006, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan Indonesia bakal melambat pada tahun 2014; dan risiko-risiko masih tinggi. Untuk membalik arah perdiksi perkembangan 2014 yang melambat bakal membutuhkan kebijakan-kebijakan tasumsi yang lebih tak sedikit dan lebih terfokus. Dengan cara khusus, para penyusun kebijaksanaan di Indonesia sudah mengambil langkah-langkah untuk mendorong stabilitas ekonomi makro jangka pendek, khususnya melewati kebijaksanaan moneter dan adaptasi kurs tukar mata uang, tetapi diperlukan reformasi struktural lebih lanjut untuk mendukung kinerja ekspor dan mendorong perkembangan jangka panjang yang lebih cepat.

Kuartal akhir tahun 2013 menutup tahun dengan adaptasi ekonomi dan kebijaksanaan adaptasi yang signifikan di Indonesia di tengah ketatnya pembatasan eksternal, dengan Rupiah mencatat depresiasi sebesar 4 persen selagi kuartal tersebut sampai 13 December (25 persen selagi tahun berjalan), BI Rate bertambah sebesar 25 basis poin (175 basis poin selagi tahun berjalan) dan data baru yang menunjukkan bahwa perkembangan melambat menjadi 5,6 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga.

Pada tahun 2014, Indonesia tampaknya bakal mencatat perkembangan ekonomi yang lebih lambat dibanding beberapa tahun terbaru (pertumbuhan diperkirakan hanya mencapai 5,3 persen pada permasalahan dasar), dan menghadapi risiko-risiko ekonomi yang signifikan. Perkembangan menghadapi risiko-risiko yang besar dengan beberapa adaptasi yang diperlukan kepada perlemahan neraca eksternal terus berjalan di dalam ekonomi dalam negeri, dan juga sebagai akibat dari pergeseran kondisi ekonomi dan kebijaksanaan internasional (khususnya “tapering” Bank Sentral AS), yang bisa terus memperketat kondisi pembiayaan luar negeri.

Penyesuaian-penyesuaian kebijaksanaan moneter dan kurs tukar yang tercatat selagi tahun 2013 pada umumnya berakibat positif kepada stabilitas ekonomi makro, tetapi mereka juga berbiaya besar dan mengangkat dan beberapa risiko-risiko. Dengan demikian, memasuki tahun 2014, fokus yang baru ditekankan dan terbukti diperlukan pada stabilitas ekonomi makro jangka singkat itu wajib terus diperkuat dengan lebih tak sedikit langkah untuk mendukung kuatnya siklus investasi yang baik, tergolong investasi luar negeri dan perkembangan produksi (output).

Untuk mencapai faktor ini, diperlukan sebuahpenekanan untuk mendukung ekspor untuk menjamin bahwa peningkatan daya saing internasional yang berasal dari perlemahan kurs tukar Rupiah wajib dimaksimalkan, dengan meningkatkan efisiensi investasi, dan dengan mendukung, alias meningkatkan, ajaran masuk FDI.

APBN 2014 mempertahankan sikap yang berhati-hati dan koordinasi dengan kebijaksanaan moneter tetapi bisa menghadapi tantangan-tantangan baik dari segi penerimaan maupun pengeluaran, khususnya yang berasal dari lebih tingginya beban subsidi BBM dalam denominasi Rupiah.

Kemiskinan di Indonesia terus menurun, tetapi dengan laju pengentasan yang lebih lambat, dan tersedia kemungkinan besar bahwa angka target tingkat kemiskinan tahun 2014 tak bakal tercapai.

Pasar tenaga kerja Indonesia, yang adalah nomor empat paling besar di dunia, terus melanjutkan transformasi strukturalnya, dengan meningkatkan 20 juta pekerjaan baru dengan cara bersih dari tahun 2001 sampai 2012, tetapi menghadapi tantangan yang terus berjalan dalam meningkatkan lapangan kerja formal dengan kualitas tambah yang tinggi.


Masalah dalam Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun, harus diakui bahwa masih banyak sumber daya milik Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah justru pihak asing yang berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah ekonomi Indonesia yang lain:

1. Pengangguran 

Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun ke tahun jumlah pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja belum bisa menyelesaikan masalah ini.


2. Ekonomi Biaya Tinggi

Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri. Ada banyak hal yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar / pungli yang tidak hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun tidak jarang dilakukan secara terbuka.


3. Regulasi Ekonomi

Beberapa kali pemerintah mengeluarkan keputusan mengenai regulasi ekonomi yang dianggap tidak tepat bagi kondisi perekonomian Indonesia. Contohnya adalah keputusan pemerintah untuk masuk dalam anggota CAFTA yang sekarang ini mengakibatkan membanjirnya produk China di Indonesia sehingga membuat produk lokal kepayahan di pasar sendiri.

4. Kelangkaan Bahan Pokok

Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah disaat harga bahan pokok mulai beranjak naik bisa dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Kelangkaan bahan pokok memang merupakan masalah yang sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena alasan teknis seperti transportasi. Namun menjelang puasa, lebaran, dan natal bisa dipastikan wilayah jawa juga mengalami masalah yang sama.


5. Tingginya Suku Bunga Perbankan

Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian.


6. Tingginya Nilai Inflasi

Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat 'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »