BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
menekankan pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas siswa. Di samping
itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa
kurikulum 2013 juga mengamanatkan untuk mendorong peserta didik agar mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan
terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran (Kemendikbud, 2013:3-4). Intinya, yang menjadi ciri khas
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis pendekatan scientific
yang saat ini tentunya menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut
oleh para pendidik maupun pemerhati pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Sebutkan pengertian pendekatan scientific?
2. Bagaimanakah penerapan pendekatan scintific dalam k13?
3. Bagaimanakah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pendekatan scientific
2. Mengidentifikasi penerapan pendekatan scintific dalam k13
3. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pendekatan Scientific
Metode scientific pertama kali
diperkenalkan melalui ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai
penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta
ilmiah (Rohandi, 2005:25). Menurut Fauziah (2013) pendekatan saintifik mengajak
siswa langsung dalam menginferensi masalah yang ada dalam bentuk rumusan
masalah dan hipotesis, rasa peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu dan
gemar membaca. Dalam pelaksanaanya, siswa akan memperoleh kesempatan untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri serta mengembangkan dan menyajikan hasil
karya. Menurut Nur (dalam putra, 2013:12)
Pendekatan scientific merupakan
pendekatan pembelajaran di mana peserta didik diajak untuk melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas
proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan
penyelidikan ilmiah yang artinya peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri
berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Menurut Irwandi (2012) pendekatan saintifik merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil
menemukan sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu
sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran.
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Pendekatan scientific lebih menekankan kepada peserta didik
sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif.
2.2
Pendekatan Scientific Pada Proses pembelajaran
K13
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific). Langkah-langkah dalam pendekatan scientific dikatakan sebagai
pembelajaran terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis dalam ilmu-ilmu social termasuk juga ilmu ekonomi.
Dalam pembelajaran ekonomi yang dikehendaki adalah jawaban mengenai fakta-fakta
dalam ekonomi. Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman,
2009:24-25) dalam proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hardskills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan scientific terdiri atas enam pengalaman belajar pokok, yang terdiri
dari:
1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui.
2. Menanya mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
5. Mengkomunikasikan: Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
6. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran
atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep,
hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran
yang dikuasai siswa.
2.3 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Karakteristik pembelajaran terkait erat
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai,
dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki
karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.
Sikap diperoleh melalui aktivitas
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Pencapaian kompetensi tersebut berkaitan
erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus
merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan scientific dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok. Prinsip pembelajaran pada
kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) Peserta didik diberi tahu
menjadi peserta didik mencari tahu; (2) Guru sebagai satu-satunya sumber
belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) Pendekatan tekstual menjadi
pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) Pembelajaran
berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) Pembelajaran
parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) Pembelajaran yang menekankan jawaban
tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
(7) Pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) Peningkatan dan
keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skill) dan keterampilan
mental (soft skills); (9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10)
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani); (11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat; (12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) Pengakuan atas perbedaan individual dan
latar belakang budaya peserta didik.
Pembelajaran scientific merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil
belajar sebagai muara akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat
penting. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan
dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati, menanya,
mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1. Mengamati: Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara atau fakta langsung yang bisa dilihat dan disentuh.
1. Mengamati: Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara atau fakta langsung yang bisa dilihat dan disentuh.
Proses mengamati fakta atau fenomena
mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut, siswa diterjunkan langsung untuk mengamati keadaan di pasar,
ketika melakukan pengamatan siswa dapat mengumpulkan informasi. Melalui
pengamatan dan data yang dikumpulkan maka siswa dapat menjelaskan pengertian,
fungsi dari pasar itu sendiri dan jenis-jenis pasar.
2. Menanya: Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuanberpikir tingkat tinggi (critical thinking skill ) secara kritis, logis, dan sistematis.
2. Menanya: Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuanberpikir tingkat tinggi (critical thinking skill ) secara kritis, logis, dan sistematis.
Proses menanya dapat dilakukan melalui
kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi
ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri. Dalam kegiatan
pembelajaran ekonomi pokok bahasan pasar siswa dapat memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam kegiatan diskusi, misalnya: menjelaskan
contoh apa saja yang dapat menjelaskan tentang jenis-jenis pasar dan bagaimana
cara mengetahui kegiatan penawaran barang dan jasa dengan benar.
3. Mengeksplor/mengumpulkan: Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkomunikasi.
3. Mengeksplor/mengumpulkan: Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkomunikasi.
Kegiatan ini mencakup merencanakan,
merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan
menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sangat disarankan.
Kegiatan mengumpulkan informasi dapat
diperoleh dari berbagai sumber, antara lain buku dan internet. Dalam
pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba dapat dilakukan
sebagai berikut, mewawancarai pembeli atau penjual tentang bagaimana cara untuk
melakukan kegiatan permintaan dan penawaran yang baik, mencari berbagai sumber
baik dari buku pelajaran maupun dari internet yang berhubungan dengan pasar.
4. Mengasosiasi/menalar: Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah.
4. Mengasosiasi/menalar: Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah.
Kegiatan ini di dalamnya termasuk
memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil
berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data yang diperoleh
diklasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Dalam hal
ini siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya tentang
informasi yang mereka peroleh masing-masing untuk menemukan kesamaan pengertian
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Ekonomi,
kegiatan mengasosiasi dapat dilakukan sebagai berikut, contoh: menerapkan
konsep pasar dalam kegiatan simulasi di kelas.
5. Mengkomunikasikan: Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untukmenyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk kerja.
5. Mengkomunikasikan: Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untukmenyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk kerja.
Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan
mengomunikasikan dapat dilakukan sebagai berikut, contoh: mempresentasikan
hasil pengamatan berupa data-data yang diperoleh siswa di lapangan khususnya
mengenai pasar dan selain itu siswa dapat memaparkan data-data yang didapatkan
dari berbagai sumber mengenai pengertian pasar, fungsi pasar dan jenis-jenis
pasar.
Dari uraian yang telah disampaikan di
atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific memiliki kekhasan sendiri
karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan langkah-langkah yang
memacu siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, yang mana pelajaran
tidak berpusat pada guru tetapi lebih memacu sisswa untuk lebih aktif, inovatif
dan kreatif.
2.4 Penilaian Pendekatan Scientific dalamMata
Pelajaran Ekonomi
Penilaian autentik merupakan penilaian
yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input) ,
proses , dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta
didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant
effect) dari pembelajaran.
Mata Pelajaran Ekonomi merupakan salah
satu mata pelajaran yang ada pada struktur Kurikulum 2013, oleh sebab itu
penilaian hasil belajar Ekonomi harus dikembangkan sesuai dengan konsep
penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara terpadu.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun
jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik disebut juga
penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami
kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian
autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran,
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah,
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran,
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah,
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik dalam pembelajaran
Ekonomi sebagai berikut; Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan
penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment),
penilaian teman sejawat/antarpeserta didik (peer assessment), dan
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah lembar pengamatan berupa daftar cek (checklist )
atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik. Rubrik adalah daftar kriteria yang menunjukkan
kinerja, aspek- aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu,
mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai yang paling rendah dengan
kriteria sebagai berikut:
·
Sederhana/mencakup aspek
paling esensial untuk dinilai, Praktis/ mudah digunakan,
·
Tidak membebani guru,
Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur, Dapat digunakanuntuk penilaian
proses dan tugas sehari-hari .
·
Peserta didik dapat
mempelajari rubrik & mengecek hasil penilaiannya Rubrik kunci adalah rubrik
sederhana berisi seperangkat kriteria yang menunjukkan indikator esensial
paling penting yang dapat menggambarkan capaian kompetensi peserta didik.
a)
Observasi (pengamatan)
merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Kriteria instrumen observasi: Mengukur aspek sikap yang dituntut pada
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan kompetensi yang akan diukur,
memuat indikator sikap yang dapat diobservasi, mudah atau feasible untuk digunakan
dapat merekam sikap peserta didik
b)
Penilaian diri merupakan
teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan
dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
Penggunaan teknik ini dapat memberi
dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan
penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di kelas sebagai berikut: dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk
menilai dirinya sendiri; peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; dapat mendorong, membiasakan,
dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk
jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Kriteria instrumen penilaian
diri: dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, bahasa
lugas dan dapat dipahami peserta didik, menggunakan format sederhana yang mudah
dipahami peserta didik, menunjukkan kemampuan peserta didik dalam situasi yang
nyata / sebenarnya, mengungkap kekuatan dan kelemahan capaian kompetensi
peserta didik bermakna, mengarahkan peserta didik untuk memahami kemampuannya,
mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid) memuat indikator
kunci/indikator esensial yang menunjukkan kemampuan yang akan diukur, memetakan
kemampuan peserta didik dari terendah sampai tertinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya pendekatan scientific ini
dinilai sangat cocok untuk diterapkan sebagai pengganti dari pendekatan
tradisional, karena pendekatan scientific ini lebih menekankan kepada peserta
didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif, yakni siswa
dapat mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan
materi pembelajaran.
3.2 Saran
Berbagai kelebihan-kelebihan dari
pendekatan scientific ini adalah menjadikan siswa yang diberi tahu menjadi
siswa yang mencari tahu, dari guru yang merupakan sumber belajar menjadi
belajar dari beraneka macam sumber, dari pendekatan tekstual menuju proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multi dimensi, pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pebelajar sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas
2011. Undang-Undang Sisdiknas (UU RI Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika
Fauziah,
R. et al. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran
Berbasis Masalah. Jurnal Invotec, 9(2): 165-178.
Gintings,
Abdorakhman. 2010. Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Huda,
Mithaful.2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Irwandi.
2012. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi melalui Strategi
Inkuiri dan Masyarakat Belajar pada Siswa dengan Kemampuan Awal Berbeda
terhadap Hasil Belajar kognitif di SMA Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Kependidikan
Triadik, 12(1): 33-41.
Kemendikbud,
2013. Pendekatan scientific (ilmiah) dalam pembelajaran. Jakarta: pusbangprodik.
Kemendikbud,
2013. Pengembangan kurikulum 2013. Paparan mendikbud dalam sosialisasi
kurikulum. Jakarta: kemendikbud.
Mulyoto.
2013. Strategi Pembelajaran di era kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Putrakaraya.
Nur,
M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan
Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya University Press.