Pendekatan Scientific Pada Proses pembelajaran K13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas siswa. Di samping itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa kurikulum 2013 juga mengamanatkan untuk mendorong peserta didik agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran (Kemendikbud, 2013:3-4). Intinya, yang menjadi ciri khas pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis pendekatan scientific yang saat ini tentunya menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut oleh para pendidik maupun pemerhati pendidikan.
1.2       Rumusan Masalah


1. Sebutkan pengertian pendekatan scientific?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan scintific dalam k13?

3. Bagaimanakah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi?

1.3       Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian pendekatan scientific

2. Mengidentifikasi penerapan pendekatan scintific dalam k13

3. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pendekatan Scientific
Metode scientific pertama kali diperkenalkan melalui ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Rohandi, 2005:25). Menurut Fauziah (2013) pendekatan saintifik mengajak siswa langsung dalam menginferensi masalah yang ada dalam bentuk rumusan masalah dan hipotesis, rasa peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu dan gemar membaca. Dalam pelaksanaanya, siswa akan memperoleh kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri serta mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Menurut Nur (dalam putra, 2013:12)
Pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran di mana peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Menurut Irwandi (2012) pendekatan saintifik merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendekatan scientific lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif.
2.2       Pendekatan Scientific Pada Proses pembelajaran K13
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific). Langkah-langkah dalam pendekatan scientific dikatakan sebagai pembelajaran terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis dalam ilmu-ilmu social termasuk juga ilmu ekonomi. Dalam pembelajaran ekonomi yang dikehendaki adalah jawaban mengenai fakta-fakta dalam ekonomi. Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman, 2009:24-25) dalam proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hardskills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific terdiri atas enam pengalaman belajar pokok, yang terdiri dari:

1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui.

2. Menanya mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber.

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

5. Mengkomunikasikan: Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya


6. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
2.3       Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.
Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Pencapaian kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan scientific dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok. Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) Peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) Guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) Pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) Pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) Pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) Pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) Pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skill) dan keterampilan mental (soft skills); (9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati, menanya, mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1.      Mengamati: Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara atau fakta langsung yang bisa dilihat dan disentuh.
Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, siswa diterjunkan langsung untuk mengamati keadaan di pasar, ketika melakukan pengamatan siswa dapat mengumpulkan informasi. Melalui pengamatan dan data yang dikumpulkan maka siswa dapat menjelaskan pengertian, fungsi dari pasar itu sendiri dan jenis-jenis pasar.
2.      Menanya: Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuanberpikir tingkat tinggi (critical thinking skill ) secara kritis, logis, dan sistematis.
Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran ekonomi pokok bahasan pasar siswa dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam kegiatan diskusi, misalnya: menjelaskan contoh apa saja yang dapat menjelaskan tentang jenis-jenis pasar dan bagaimana cara mengetahui kegiatan penawaran barang dan jasa dengan benar.
3.      Mengeksplor/mengumpulkan: Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkomunikasi.
Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan.
Kegiatan mengumpulkan informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain buku dan internet. Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba dapat dilakukan sebagai berikut, mewawancarai pembeli atau penjual tentang bagaimana cara untuk melakukan kegiatan permintaan dan penawaran yang baik, mencari berbagai sumber baik dari buku pelajaran maupun dari internet yang berhubungan dengan pasar.
4.      Mengasosiasi/menalar: Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah.
Kegiatan ini di dalamnya termasuk memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data yang diperoleh diklasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya tentang informasi yang mereka peroleh masing-masing untuk menemukan kesamaan pengertian dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengasosiasi dapat dilakukan sebagai berikut, contoh: menerapkan konsep pasar dalam kegiatan simulasi di kelas.
5.      Mengkomunikasikan: Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untukmenyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk kerja.
Dalam pembelajaran Ekonomi, kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan sebagai berikut, contoh: mempresentasikan hasil pengamatan berupa data-data yang diperoleh siswa di lapangan khususnya mengenai pasar dan selain itu siswa dapat memaparkan data-data yang didapatkan dari berbagai sumber mengenai pengertian pasar, fungsi pasar dan jenis-jenis pasar.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific memiliki kekhasan sendiri karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan langkah-langkah yang memacu siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, yang mana pelajaran tidak berpusat pada guru tetapi lebih memacu sisswa untuk lebih aktif, inovatif dan kreatif.
2.4       Penilaian Pendekatan Scientific dalamMata Pelajaran Ekonomi
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input) , proses , dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Mata Pelajaran Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur Kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Ekonomi harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara terpadu. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran. Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1.      Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran,
2.      Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah,
3.      Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4.      Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik dalam pembelajaran Ekonomi sebagai berikut; Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian teman sejawat/antarpeserta didik (peer assessment), dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah lembar pengamatan berupa daftar cek (checklist ) atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Rubrik adalah daftar kriteria yang menunjukkan kinerja, aspek- aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai yang paling rendah dengan kriteria sebagai berikut:
·         Sederhana/mencakup aspek paling esensial untuk dinilai, Praktis/ mudah digunakan,
·         Tidak membebani guru, Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur, Dapat digunakanuntuk penilaian proses dan tugas sehari-hari .
·         Peserta didik dapat mempelajari rubrik & mengecek hasil penilaiannya Rubrik kunci adalah rubrik sederhana berisi seperangkat kriteria yang menunjukkan indikator esensial paling penting yang dapat menggambarkan capaian kompetensi peserta didik.
a)      Observasi (pengamatan) merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Kriteria instrumen observasi: Mengukur aspek sikap yang dituntut pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, memuat indikator sikap yang dapat diobservasi, mudah atau feasible untuk digunakan dapat merekam sikap peserta didik
b)      Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di kelas sebagai berikut: dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Kriteria instrumen penilaian diri: dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik, menggunakan format sederhana yang mudah dipahami peserta didik, menunjukkan kemampuan peserta didik dalam situasi yang nyata / sebenarnya, mengungkap kekuatan dan kelemahan capaian kompetensi peserta didik bermakna, mengarahkan peserta didik untuk memahami kemampuannya, mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid) memuat indikator kunci/indikator esensial yang menunjukkan kemampuan yang akan diukur, memetakan kemampuan peserta didik dari terendah sampai tertinggi.


BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Dengan adanya pendekatan scientific ini dinilai sangat cocok untuk diterapkan sebagai pengganti dari pendekatan tradisional, karena pendekatan scientific ini lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif, yakni siswa dapat mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran.
3.2       Saran
Berbagai kelebihan-kelebihan dari pendekatan scientific ini adalah menjadikan siswa yang diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu, dari guru yang merupakan sumber belajar menjadi belajar dari beraneka macam sumber, dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi, pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar sepanjang hayat.


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas 2011. Undang-Undang Sisdiknas (UU RI Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika

Fauziah, R. et al. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Invotec, 9(2): 165-178.

Gintings, Abdorakhman. 2010. Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Huda, Mithaful.2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Irwandi. 2012. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi melalui Strategi Inkuiri dan Masyarakat Belajar pada Siswa dengan Kemampuan Awal Berbeda terhadap Hasil Belajar kognitif di SMA Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik, 12(1): 33-41.

Kemendikbud, 2013. Pendekatan scientific (ilmiah) dalam pembelajaran. Jakarta: pusbangprodik.

Kemendikbud, 2013. Pengembangan kurikulum 2013. Paparan mendikbud dalam sosialisasi kurikulum. Jakarta: kemendikbud.

Mulyoto. 2013. Strategi Pembelajaran di era kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Putrakaraya.

Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »