Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dan mencapai
pertumbuhan serta perkembangan yang optimal bila dibandingkan dengan bayi yang
diberikan susu formula.
Jika sebagian besar bayi usia 0 - 6 bulan hanya diberikan
ASI – artinya hanya ASI dan tidak ada cairan lain atau makanan lainnya, bahkan
tidak juga air – maka diperkirakan paling sedikit 1.2 juta nyawa anak dapat
diselamatkan setiap tahunnya. Jika bayi terus diberikan ASI sampai usia dua tahun atau lebih, kesehatan dan perkembangan
jutaan anak akan meningkat secara bermakna.
Anak yang tidak diberi ASI, memiliki risiko yang semakin
meningkat untuk sakit, dan dapat menghambat pertumbuhan bahkan meningkatkan
risiko mati atau cacat. Bayi yang disusui akan menerima perlindungan
(kekebalan) terhadap berbagai penyakit melalui air susu ibunya.
Menyusui adalah cara alamiah yang direkomendasikan untuk
diberikan kepada semua anak, walaupun makanan buatan dapat dibeli, air bersih
tersedia, lingkungan yang bersih dan baik untuk menyiapkan dan memberi susu formula tersedia.
Jika seorang ibu menderita HIV positif, terbuka
kemungkinan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya melalui ASI. Konseling
dapat membantu ibu tersebut untuk mempertimbangkan berbagai risiko dalam
mengambil keputusan, makanan apa yang paling baik untuk bayinya.
Hampir setiap ibu dapat memberikan ASI. Bagi ibu yang
kurang yakin bisa menyusui, memerlukan dorongan dan dukungan praktis yang
positif dari suami, keluarga, teman-teman dan saudarasaudaranya. Petugas
kesehatan, kader, organisasi perempuan, dan pimpinan usaha juga dapat membantu.
Setiap orang berhak untuk memperoleh informasi tentang
keuntungan menyusui dan risiko dari pemberian makanan buatan sebelum waktunya.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan informasi ini.
Masyarakat, media dan saluran komunikasi lainnya dapat memainkan peran penting
untuk mempromosikan ASI.
Informasi Penting Bagi Keluarga dan Masyarakat
tentang Air Susu Ibu
1 ASI merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan. Tidak perlu makanan dan minuman lain, bahkan
air pun tidak diperlukan oleh bayi pada periode ini.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak yang
mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi.
ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi
terhadap penyakit. ASI mengandung keseimbangan gizi sempurna untuk bayi, berbeda dengan susu formula, susu bubuk
atau susu hewan.
Bayi usia 0-6 bulan tidak memerlukan air atau makanan
lainnya (seperti air teh, jus, air gula, air anggur, air beras, susu lain, atau
bubur), bahkan walaupun berada di daerah yang beriklim panas sekalipun, ASI
sudah ianggap memenuhi seluruh kebutuhan bayi.
ASI mudah dicerna bayi. Berbeda dengan susu formula yang
berasal dari susu hewan yang lambat dan lebih dicerna. Dibandingkan dengan susu
formula. ASI dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit, karena ASI
mengandung antibodi untuk kekebalan anak. Zat antibodi ini tidak terdapat dalam
jenis susu yang lain.
Memberikan cairan dan makanan lain selain ASI kepada bayi
usia 0-6 bulan, akan meningkatkan risiko diare dan penyakit lainnya. Air dan
cairan atau makanan lainnya mungkin tercemar, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan diare.
Bayi yang diberi minum atau cairan dan atau makanan
lainnya pada usia 0-6 bulan, akan mengganggu proses menyusu sehingga akan
menurunkan produksi ASI itu sendiri.
Apabila bayi usia 0-6 bulan menyusu ASI, dan hasil penimbangan berkalanya tidak menunjukkan pertumbuhan
yang baik maka :
1. Ibu
memerlukan bantuan untuk memperbaiki cara menyusui sehingga bayi akan menyusu
secara efektif.
2. Bayi
memerlukan lebih banyak kesempatan untuk menyusu. Bayi harus menyusu semau bayi
tanpa dibatasi. Bayi harus diberikan kesempatan untuk menyusu sampai ia
melepaskan punting ibunya, dan ia akan nampak puas atau mengantuk. Ini
merupakan indikasi bahwa bayi telah mendapatkan segalanya dari menyusu. Bayi
masih boleh ditawari untuk menyusu lagi, mungkin ia masih mau menyusu atau
mungkin menolak. Bayi sebaiknya tetap dibiarkan merebahkan diri di dada ibunya
sampai bayi benar-benar selesai menyusu.
3. Bayi
yang lahir dengan berat banad rendah (BBLR), memerlukan istirahat berkali-kali
selama menyusu.
4. Bayi
mungkin jatuh sakit, dan ia harus diperiksa oleh petugas kesehatan terlatih.
5. Bayi
usia 0-6 bulan yang sudah mendapat air atau cairan lain, akan berakibat mengurangi
asupan ASI. Oleh karenanya ibu memerlukan petunjuk tentang bagaimana cara
mengurangi dan menghilangkan kebiasaan minum cairan lain dan berusaha untuk
meningkatkan kebiasaan untuk hanya
memberikan ASI saja.
Demikian dapat terjadi kemungkinan (kurang dari 2%) bahwa
seorang ibu dapat menjadi hamil sebelum kembali masa haidnya. Kemungkinan ini
lebih besar terjadi terutama 6 bulan setelah ibu.
2 Bayi baru lahir harus segera diletakkan di dada ibunya
untuk dipeluk setelah dilahirkan. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan
ibunya dan bayi mulai menyusu dalam satu jam pertama setelah lahir.
Kontak kulit ibu dengan bayinya dan kemudian menyusui ASI
segera setelah melahirkan, akan merangsang produksi ASI. Menyusui juga akan
membantu kandungan ibu mengecil, yang berarti berarti akan mengurangi risiko
perdarahan besar atau infeksi dan membantu mendorong ari-ari keluar.
Kolostrum, air susu kental berwarna kekuning-kuningan
yang diproduksi oleh ibu pada hari pertama melahirkan dan beberapa hari
berikutnya, merupakan makanan paling sempurna untuk bayi baru lahir. Kolostrum
tersebut bernilai gizi tinggi, dan penuh dengan antibodi yang melindungi bayi terhadap
infeksi.
Kadang-kadang ibu dianjurkan untuk tidak memberikan
kolostrum kepada bayi mereka. Nasihat ini sama sekali tidak benar, karena bayi
baru lahir memperoleh banyak manfaat dari kolostrum tersebut.
Bayi baru lahir tidak memerlukan makanan atau minuman
lain kecuali ASI. Memberikan makanan atau minuman lain kepada bayi baru lahir,
berakibat mengurangi produksi ASI. Selain itu dapat mengakibatkan diare atau
penyakit infeksi lainnya. Susu yang diproduksi ibu, kaya akan gizi dan sangat
cocok untuk bayi baru lahir. Bayi harus disusui sesering mungkin sebanyak yang
ia minta.
Bayi yang mengalami kesulitan untuk mengisap susu ibunya
dalam beberapa hari pertama, harus diusahakan selalu dekat dengan ibunya, dan
diberi kesempatan untuk menyusu berulang kali, atau bayi dibantu disusui
sehingga ia menyusu secara, atau bayi diberi ASI dengan menggunakan cangkir bersih (jangan
gunakan botol dan dot). Ibu harus dibantu untuk meningkatkan kemampuan bayinya
mengisap, dan kepadanya diperagakan bagaimana caranya memerah ASI jika
diperlukan.
ASI sangat baik untuk bayi dengan BBLR. Namun demikian
tidak semua bayi dapat menyusu pada hari pertama kelahirannya. Bagi bayi yang
tidak menyusu pada ibunya, tersedia beberapa pilihan yaitu: ASI yang diperah
(yang berasal dari ibu bayi), ASI donor (setelah melalui test HIV, dan ASI dihangatkan
dengan benar) atau susu formula (hanya bila ada indikasi medis). Semua jenis
susu ini harus diberikan dengan menggunakan cangkir, sendok, atau alat medis
yang biasa digunakan oleh petugas kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan.
ASI yang telah dihangatkan, dimulai dengan menghangatkan
ASI yang diperah (cukup untuk satu atau dua kali makan), dalam sebuah panci
kecil sampai air mendidih. ASI tersebut kemudian didinginkan dalam kontainer
tertutup dan bersih sebelum diberikan kepada bayi dengan menggunakan cangkir. Petugas kesehatan
terlatih dapat memberikan bimbingan lebih jauh kepada si Ibu tentang bagaimana memeras ASI dan cara
memanaskan ASI.
Sangat dianjurkan bayi yang baru lahir untuk tidur
bersama ibunya dalam satu kamar yang sama. Jika seorang ibu melahirkan di
sebuah Rumah Sakit atau Klinik, maka ibunya dianjurkan berada dekat dengan
bayinya selama 24 jam. Ia harus meminta dengan sungguh-sungguh kepada petugas RS
atau klinik agar bayinya tidak diberi susu formula, atau air atau cairan
lainnya selain ASI.
3 Hampir semua ibu dapat menyusui dengan baik. Menyusui
bayi sesuai keinginan bayi dapat menghasilkan produksi ASI lebih banyak. Bayi
harus disusui semau bayi tanpa dibatasi dalam jumlah maupun frekuensi.
Susu ibu dapat menghasilkan susu sebanyak yang
dikehendaki bayi. Jika bayi menyusu lebih sering, maka semakin banyak pula ibu
memproduksi ASI. Hampir setiap ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan
memproduksi ASI yang cukup, jika :
1. Ibu
memberikan ASI secara eksklusif.
2. Bayi
menyusu dalam posisi yang benar yaitu dengan pelekatan mulut bayi pada payudara
juga tepat, sehingga bayi dapat mengisap susu ibu dengan baik.
3. Bayi
menyusu semaunya selama ia mau, termasuk waktu siang maupun malam, dan
dibiarkan menyusu sampai ia selesai menyusu atau tertidur. Bayi menyusu secara
bergantian dari payudara kiri dan kanan atau sebaliknya. Bayi baru dipindahkan
dari payudara yang satu jika ia telah selesai menyusu pada payudara yang
pertama. Menggendong bayi dalam posisi yang benar membantu memudahkan bayi
menyusu.
Beberapa tanda bahwa bayi berada dalam
posisi yang benar untuk menyusu adalah:
1. Kepala
bayi dan badannya berada dalam satu garis lurus.
2. Badan
bayi menempel pada tubuh ibunya.
3. Seluruh
tubuh bayi menghadap ke arah ibunya.
4. Bayi
dalam keadaan santai, gembira dan mengisap susu ibunya.
Memegang bayi dalam posisi yang kurang
baik, akan menimbulkan beberapa kesulitan antara lain:
1. Bayi
tidak mendapatkan ASI yang cukup.
2. Bayi menolak
menyusu.
Beberapa tanda bayi menempel dengan baik:
1. Lebih
banyak warna gelap sekitar puting susu ibu (areola) yang dapat dilihat di atas
mulut bayi daripada dibawah mulut bayi.
2. Mulut
bayi terbuka lebar.
3. Bibir
bawah bayi mengarah keluar.
4. Dagu
bayi menyentuh payudara ibu.
Beberapa tanda bahwa bayi menyusu deangan
baik:
1. Bayi
mengisap lama dan dalam.
2. Pipi
terlihat bundar ketika sedang mengisap.
3. Bayi
akan melepaskan payudara jika sudah selesai.
Biasanya ibu tidak akan merasa sakit di sekitar
payudaranya ketika sedang menyusui. Sejak lahir bayi harus menyusu setiap saat
ia mau. Bayi harus diberi ASI sesuai dengan permintaan bayi, semau bayi dan
tanpa dibatasi jumlah, frekuensi dan waktunya. Jika bayi baru lahir tidur lebih
dari 3 jam setelah menyusu, ia boleh dibangunkan secara lembut dan ditawarkan
untuk menyusu lagi.
Menangis bukanlah tanda bahwa bayi ingin makan atau
minum. Biasanya bayi ingin dipegang dan dipeluk,
atau popoknya perlu diganti, atau bayi merasa kepanasan atau kedinginan.
Sebagian bayi menyusu hanya untuk merasa
nyaman. Semakin banyak bayi mengisap susu, semakin banyak ASI yang dihasilkan
yang membantu memenuhi kebutuhan bayi. Jika bayi menangis dalam waktu lama, walaupun
sudah diberi ASI dan dipeluk, mungkin ibu perlu dukungan tambahan dalam memberi
ASI, atau mungkin bayi kurang sehat. Sebaiknya ibu datang berkonsultasi kepada
petugas kesehatan terlatih.
Memberi dot atau botol kepada bayi, dapat mengganggu
proses pemberian ASI, karena gerakan mengisap dot atau botol berbeda dengan
gerakan menyusu pada ibu. Bayi yang
terbiasa dengan botol atau dot
akan menolak menyusu kepada ibunya. Proses ini akan menyebabkan terbatasnya waktu
bayi untuk menyusu kepada ibu dan akhirnya mengurangi produksi ASI. Dot dan
botol dapat tercemar sehingga dapat meningkatkan risiko sakit.
Ibu yang merasa kuatir tidak mempunyai ASI yang cukup,
sering memberi bayinya minuman atau makanan tambahan pada bulan-bulan awal
kelahiran bayinya. Hal ini justru akan menyebabkan bayi semakin malas untuk
menyusu pada ibunya, sehingga akhirnya semakin sedikit ASI yang diproduksi ibunya.
Ibu akan memproduksi ASI lebih banyak jika tidak memberikan minuman dan makanan
tambahan kepada bayinya, tetapi ia tetap menyusui bayinya.
Ibu perlu lebih diyakinkan bahwa ibu cukup memberi makan
bayinya dengan memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Semua ibu,
terutama mereka yang tidak yakin terhadap pemberian ASI, perlu mendapatkan
dukungan dan dorongan dari suami dan anggota keluarga lainnya, tetangga, kawan-kawan,
petugas kesehatan, tempat bekerja, bahkan organisasi perempuan.
Seorang ibu yang menjalani bedah caesar ketika bersalin
memerlukan bantuan tambahan agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan
benar. Petugas kesehatan yang menolong
persalinan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang manfaat
menyusui. Petugas kesehatan harus membantu ibu untuk menyusui anaknya dan membantu ayah bayi, serta keluarga lain
untuk mau menerima bahwa menyusui merupakan sebuah proses alami dan kebiasaan
baik yang bernilai gizi tinggi serta dapat melindungi kehidupan bayi.
Ibu yang merasa kuatir tidak mempunyai ASI yang cukup,
sering memberi bayinya minuman atau akanan tambahan pada bulan-bulan awal
kelahiran bayinya. Hal ini justru akan menyebabkan bayi semakin malas untuk
menyusu pada ibunya, sehingga akhirnya semakin sedikit ASI yang diproduksi ibunya.
Ibu akan memproduksi ASI lebih banyak jika tidak memberikan minuman dan makanan
tambahan kepada bayinya, tetapi ia tetap menyusui bayinya.
Ibu perlu lebih diyakinkan bahwa ibu cukup memberi makan
bayinya dengan memberi ASI saja sampai bayi berusia enam bulan. Semua ibu,
terutama mereka yang tidak yakin terhadap pemberian ASI, perlu mendapatkan
dukungan dan dorongan dari suami dan anggota keluarga lainnya, tetangga, kawan-kawan, petugas kesehatan,
tempat bekerja, bahkan organisasi perempuan.
Seorang ibu yang menjalani bedah caesar ketika bersalin
memerlukan bantuan tambahan agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar. Petugas
kesehatan yang menolong persalinan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman
tentang manfaat menyusui. Petugas kesehatan harus membantu ibu untuk menyusui anaknya dan membantu ayah bayi, serta keluarga lain
untuk mau menerima bahwa menyusui merupakan sebuah proses alami dan kebiasaan
baik yang bernilai gizi tinggi serta dapat melindungi kehidupan bayi.
4 Menyusui dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit
berbahaya. Menyusui dapat juga menumbuhkan ikatan kasih sayang (bonding) antara
ibu dan anak.
ASI merupakan imunisasi pertama, dan sekaligus dapat
memberikan perlindungan terhadap diare, infeksi telinga, infeksi saluran
pernapasan serta beberapa masalah kesehatan lainnya. Perlindungan menjadi hal
yang sangat berguna ketika ibu hanya memberikan ASI saja selama enam bulan pertama,
mulai usia enam bulan bayi harus diberikan makanan tambahan (MP-ASI) dan
menyusui masih tetap dilanjutkan bersama
dengan makanan lain sampai anak berusia 2 tahun dan lebih. Tidak ada susu, makanan atau pelengkap lainnya yang
dapat memberikan perlindungan sebaik ASI.
Pemberian ASI membantu ibu dan bayi membentuk hubungan
kasih sayang yang sangat erat, sebuah proses yang disebut ikatan batin.
Hubungan yang erat membantu bayi merasa aman dan dicintai, yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Manfaat memberikan ASI bagi ibu :
1. Terbukti
secara ilmiah dapat mengurangi risiko kanker payudara dan kanker indung telur (ovarium)
pada ibu.
2. Cara
kontrasepsi alamiah, karena dengan memberikan ASI akan merangsang keluarnya hormon
prolaktin untuk meproduksi ASI sekaligus menunda kesuburan sehingga kehamilan
tertunda.
3. Mengurangi
perdarahan setelah melahirkan dan mencegah terjadinya anemia.
4. Mengembalikan
berat badan seperti sebelum hamil.
5. Lebih
ekonomis, praktis, higienis dan hemat waktu.
Ayah dan anggota keluarga yang lain dapat membantu ibu,
dengan menganjurkan ibu beristirahat sambil menyusui bayi. Mereka juga dapat
membantu ibu dengan menyediakan makanan bergizi, menyelesaikan pekerjaan rumah
lainnya atau merawat anak lainnya yang lebih besar.
5 Memberikan ASI dengan menggunakan botol dan memberikan
produk pengganti ASI seperti susu formula, atau susu yang berasal dari hewan
dapat mengancam kesehatan bayi dan kelangsungan hidup bayi. Apabila ibu tidak dapat
menyusui anaknya karena alasan medis, maka bayi dapat diberi ASI yang diperah,
dan hanya bila terpaksa dapat diberi produk pengganti ASI yang disajikan dengan
menggunakan cangkir bersih.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI, tidak akan memperoleh
perlindungan dari antibodi ibunya yang disalurkan melalui ASI terhadap berbagai
penyakit. Bayi akan dengan mudah terkena diare, dan infeksi saluran pernafasan
serta telinga. Diare dan infeksi saluran pernafasan dapat mematikan bayi dan
anak.
Memberi makan bayi dengan produk pengganti ASI atau susu
formula, dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat dan sakit-sakitan, jika :
(1)
Terlalu banyak atau terlalu sedikit air yang ditambahkan
(2)
Air tidak berasal dari sumber yang aman dan atau
(3)
Botol dan puting susu tidak dibersihkan dengan baik.
Pengganti ASI dapat mengandung bakteri berbahaya yang
dapat menyebabkan anak sakit. Menurut hasil beberapa penelitian, diketahui
bahwa anak yang diberikan produk pengganti ASI lebih berisiko memiliki berat
badan berlebihan, penyakit kronis seperti penyakit jantung, dibandingkan dengan
anak. Yang diberikan produk pengganti ASI, memerlukan biaya yang mahal apalagi
jika orang tuanya tidak mampu. Sebagai contoh, untuk memberi makan seorang bayi
selama 6 bulan pertama akan memerlukan 20 kg produk pengganti ASI atau sekitar
40 kaleng susu formula. Petugas kesehatan terlatih harus memberi tahu orang tua
mengenai besarnya biaya penggunaan susu pengganti ASI.
Jika memang sangat diperlukan untuk memberikan susu
pengganti kepada bayi karena alasan medis, hal penting pertama yang harus
dilakukan adalah memasak air bersih hingga mendidih dan setelah itu dicampur
dengan bubuk susu formula. Air matang yang sudah dingin kembali tidak boleh dicampurkan
dengan bubuk pengganti ASI. Petunjuk untuk mencampur harus diikuti dengan
teliti. Ini untuk memastikan bahwa jumlah bubuk formula dengan air yang aman
akan bercampur dalam satu proses yang higienis. Sebelum memberikan susu
pengganti kepada bayi, ibu, ayah atau
pengasuh harus yakin bahwa susu tersebut tidak terlalu panas.
Susu yang berasal dari hewan atau susu formula akan
menjadi rusak jika disimpan dalam ruangan bertemperatur antara 20 – 25 derajat
celcius lebih dari dua jam. ASI dapat disimpan sampai dengan 8 jam dalam
kondisi temperatur ruangan tanpa menjadi rusak. Tentunya, lebih baik jika
menyimpan segala macam susu dalam botol atau wadah tertutup yang bersih, lebih
baik lagi dalam lemari pendingin (kulkas).
Memberi makan dengan menggunakan cangkir lebih aman
dibandingkan dengan menggunakan botol, karena cangkir lebih mudah dibersihkan
dengan air dan sabun. Dengan menggunakan cangkir akan terjalin kontak dan
stimulasi kebutuhan bayi, karena ibu atau pengasuh harus memegang bayi. Memberi
makan dengan menggunakan cangkir tidak akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu
reflek anak untuk menghisap atau menyusu dari ibunya.
Makanan terbaik untuk bayi yang tidak dapat langsung
menyusu kepada ibunya, adalah ASI yang diperah dari ibunya untuk kemudian
diberikan kepada bayi dengan menggunakan cangkir bersih yang tidak ditutup.
Bahkan bayi yang baru lahirpun dapat diberi ASI dengan mengunakan cangkir tersebut.
Jika diperlukan untuk memberi produk pengganti ASI, maka itupun sebaiknya tetap
diberikan dengan
menggunakan cangkir bukan botol.
6 Seorang ibu yang terinfeksi HIV mempunyai risiko untuk menularkan infeksi tersebut
kepada anaknya melalui pemberian ASI. Bayi usia 0 - 6 bulan memiliki risiko
yang jauh lebih besar jika diberi ASI, cairan lain dan makanan, dibandingkan
dengan bayi yang hanya diberi ASI saja. Karena itu disarankan, bayi cukup
menerima ASI saja selama 6 bulan pertama, kecuali jika pemberian pengganti ASI
(susu formula) dipandang sebagai hal yang dapat diterima, memungkinkan,
terjangkau, berkelanjutan dan aman.
Test HIV, pengobatan,konseling Ibu hamil dan ibu baru
yang diduga mereka terinfeksi HIV harus berkonsultasi kepada petugas kesehatan
terlatih tentang bagaimana mengurangi risiko menularkan kepada bayinya selama
kehamilan, melahirkan atau menyusui. Mereka juga harus mendapatkan konsultasi
dan dukungan tentang cara mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mereka sendiri.
Petugas kesehatan terlatih dapat memberikan informasi
tentang terapi antiretroviral (ART), yaitu satu jenis kelompok obat bagi mereka
yang terinfeksi HIV kepada ibu yang positif tertular HIV. ART dapat mengurangi
risiko pemindahan HIV dari ibu kepada anak sambil tetap menjaga kesehatan
ibunya.
Semua petugas kesehatan harus tahu jika test HIV dan
terapi ART tersedia atau tidak di Puskesmas atau Rumah Sakit setempat. Petugas
kesehatan harus menyediakan informasi
tentang hal ini dan berbagai jenis pelayanan lainnya yang terkait dengan hal
tersebut kepada ibu hamil dan ibu baru.
Pelajari berbagai risiko dan pilih mana
yang dapat dilakukan. Seorang ibu yang ternyata HIV positif,
harus diberikan konseling dan informasi yang lengkap untuk membantu ia
memutuskan berbagai pilihan makanan terbaik untuk bayinya dan yang paling bisa
ia lakukan. Ibu HIV positif harus tahu bahwa :
1. Dengan
memberikan ASI saja selama 6 bulan pertama, ia telah mengurangi risiko bayinya
dari berbagai penyakit, gizi salah atau meninggal.
2. Dengan
menggunakan produk pengganti ASI, seperti susu formula saja, maka ia telah menghindarkan
bayinya dari risiko tertular HIV melalui ASI
3. Dengan
mempersingkat masa menyusui dapat mengurangi risiko penularan infeksi kepada
anak..
Pilihan makanan terbaik untuk anak dari ibu HIV positif,
tergantung kepada kondisi perorangan. Ibu harus mempertimbangkan berbagai
risiko setelah berdiskusi dengan petugas kesehatan terlatih. Ibu HIV positif,
berhak terhadap :
1)
Informasi yang ia perlukan guna mengambil
keputusan berdasarkan informasi.
2)
Semua pelayanan dan dukungan yang
diperlukan untuk melaksanakan keputusan yang ia ambil.
Beberapa Pilihan makanan Anak Enam Bulan pertama:
Memberi makan bayi dengan produk pengganti ASI (susu
formula) harus memperhitungkan, beberapa hal yaitu, dapat diterima, terjangkau,
memungkinkan, berkelanjutan, serta aman bagi ibu dan anak. Jika semua ketentuan
ini terpenuhi, bayi dapat diberi makan hanya dengan produk pengganti ASI,
selama enam bulan pertama, tanpa perlu makanan tambahan ataupun ASI itu
sendiri.
Hal ini akan menghilangkan risiko penularan HIV kepada
bayinya melalui pemberian ASI.
- Ibu HIV positif yang telah memutuskan untuk memberi ASI, ia harus memberi ASI secara eksklusif, tanpa harus menambah dengan cairan lain, susu atau makanan lain selama enam bulan pertama. Memberi ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama dapat mengurangi risiko bayi infeksi HIV dibandingkan dengan memberikan campuran ASI dengan makanan dan minuman lain.
- Gabungan pemberian makanan antara ASI dan akanan lainnya tidak saja meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayi dalam 6 bulan pertama, tetapi juga menyebabkan berbagai penyakit, seperti diare, pneumonia, gizi salah serta meningkatkan risiko kematian.
Setelah 6 bulan:
- Semua anak harus diperkenalkan kepada berbagai jenis makanan lain untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan gizi mereka.
- Ibu yang telah menyusui bayinya pada enam bulan pertama, harus tetap melanjutkan pemberian asinya didampingi dengan makanan lain, kecuali jika mereka terpaksa harus memberikan makanan pengganti seperti susu formula, susu lain dan berbagai makanan. Sekali kebutuhan gizi telah terpenuhi secara aman dengan makan dan minuman selain ASI, maka semua kegiatan pemberian ASI harus dihentikan.
Informasi penting lainnya
Selama konseling, ibu hamil atau ibu baru yang terkena
HIV, dapat dibantu untuk menentukan apakah ia akan mampu memberikan makanan
yang aman dan bergizi cukup tanpa harus memberikan ASI.
Kajian ini tidak cukup dilakukan satu kali saja, misalnya
sebelum bayi lahir, tetapi juga dilakukan selama periode pemberian ASI dengan
dukungan petugas kesehatan terlatih.
Ibu yang yakin bisa menyediakan susu pengganti dengan
kualitas yang cukup, tepat, dan hygienis serta disiapkan dengan menggunakan air
bersih, ia dapat menghentikan pemberian ASI nya dan segera mulai menggunakan
produk pengganti ASI.
Petugas kesehatan terlatih harus memberikan informasi
kepada ibu dan ayah, tentang petunjuk yang aman dan mempraktikkan cara
penyiapan pengganti susu yang bersih.
Seorang ibu baru yang tidak tahu status HIV nya, harus
memberi ASI secara eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan pertama. Pemberian
ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun atau lebih disamping tetap
memberikan makanan bergizi dan minuman lainnya. Anak yang sudah tertular HIV
harus tetap diberikan ASI agar mereka dapat mendapatkan manfaat dari ASI.
7 Seorang ibu yang bekerja jauh dari rumahnya dapat
melanjutkan menyusui anaknya. Ibu harus
menyusui bayinya sesering mungkin pada saat bersamasama dengan bayinya, dan
memerah ASInya jika mereka terpisah, agar pengasuhnya dapat memberikan ASI
tersebut dengan cara yang bersih dan aman.
Jika seorang ibu tidak dapat bersama bayinya selama jam
kerja, maka ia harus memberikan ASI sesering mungkin pada saat mereka bersama.
Dengan seringnya memberikan ASI, maka ibu akan terus memproduksi ASI.
8 Mulai usia 6 bulan, ketika bayi mulai belajar makan,
pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih, karena
ASI merupakan sumber zat gizi, tenaga dan memberikan perlindungan terhadap
penyakit.
ASI tetap merupakan sumber penting bagi tenaga, protein
dan zat gizi lain seperti vitamin A dan zat besi, bahkan pada saat bayi mulai
mengonsumsi makanan tambahan mulai usia enam bulan. ASI membantu melindungi
anak terhadap berbagai penyakit, selama bayi mendapatkan ASI. Sangat
dianjurkan, ibu tetap melanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun
atau lebih selama anak masih mau menyusu. Menyusu dapat menenangkan anak yang
sedang gelisah dan merupakan sumber gizi penting tatkala anak sakit.