Sumber
: www.bikeracephotos.com
Fisika
adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika. Pengukuran-pengukuran yang
teliti sangat diperlukan dalam fisika agar pengamatan gejala alam dapat
dijelaskan dengan akurat. Pada lomba balap sepeda diukur dua besaran sekaligus
yaitu besaran panjang dan besaran waktu.
Dalam
fisika diperlukan pengukuran-pengukuran yang teliti agar pengamatan gejala alam
dapat dijelaskan dengan akurat. Pada pengukuran-pengukuran kita berbicara
tentang suatu besaran (kuantitas) yang dapat diukur, dan disebut besaran fisis.
Contoh besaran fisis, antara lain: panjang, massa, waktu,
gaya, simpangan, kecepatan, panjang
gelombang, frekuensi, dan seterusnya. Kemampuan untuk mendefinisikan
besaran-besaran tersebut secara tepat dan mengukurnya secara teliti merupakan suatu
syarat dalam fisika.
Pengukuran
adalah suatu proses pembandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap
sebagai patokan (standar) yang disebut satuan. Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi agar suatu satuan dapat digunakan sebagai satuan yang standar.
Syarat tersebut antara lain :
- Nilai satuan harus tetap, artinya nilai satuan tidak tergantung pada cuaca panas atau dingin, tidak tergantung tempat, tidak tergantung waktu, dan sebagainya.
- Mudah diperoleh kembali, artinya siapa pun akan mudah memperoleh satuan tersebut jika memerlukannya untuk mengukur sesuatu.
- Satuan dapat diterima secara internasional, dimanapun juga semua orang dapat menggunakan sistem satuan ini.
Sistem
satuan yang digunakan saat ini di seluruh dunia adalah sistem satuan SI. SI
adalah kependekan dari bahasa Perancis Systeme International d’Unites. Sistem
ini diusulkan pada General Conference on Weights and Measures of the
International Academy of Science pada tahun 1960.
Hasil
pengukuran akan akurat jika kita mengukur dengan alat ukur yang tepat dan peka.
Penggunaan alat ukur yang tidak tepat dan tidak peka, maka pembacaan nilai pada
alat ukur yang tidak tepat akan memberi hasil pengukuran yang tidak akurat atau
mempunyai kesalahan yang besar.
Sumber : www.scalesnews.com
Gambar 1.1 Beberapa jenis alat ukur untuk besaran besaran panjang, suhu, waktu dan massa.
Gambar
beberapa jenis alat ukur untuk besaran panjang, suhu, waktu dan massa
ditunjukkan pada Gambar 1.1. Ketepatan hasil ukur salah satunya ditentukan oleh
jenis alat yang digunakan. Penggunaan suatu jenis alat ukur tertentu ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu: ketelitian hasil ukur yang diinginkan, ukuran
besaran yang diukur, dan bentuk benda yang akan diukur.
- Untuk mengukur besaran panjang sering digunakan mikrometer sekrup, jangka sorong, mistar, meteran gulung, dan sebagainya.
- Untuk mengukur besaran massa sering digunakan neraca pegas, neraca sama lengan, neraca tiga lengan, dan sebagainya.
- Untuk mengukur besaran waktu sering digunakan stopwatch, dan jam.
- Untuk mengukur besaran suhu sering digunakan termometer Celsius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
Ketelitian
suatu pengukuran sangat ditentukan oleh ukuran besaran yang akan diukur dan
alat ukur yang digunakan. Contoh jika kita akan menimbang sebuah cincin yang
beratnya 5 gram tidak akan teliti jika diukur dengan alat ukur yang biasa dipakai
untuk menimbang beras, jadi pengukuran cincin akan lebih teliti jika diukur
menggunakan alat ukur perhiasan. Bentuk benda
sangat menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan. Contohnya untuk mengukur
diameter dalam sebuah silinder yang berongga lebih cocok digunakan jangka
sorong daripada sebuah mistar.
Pengukuran Besaran
Fisika (Massa, Panjang, dan Waktu)
Fisika mempelajari gejala alam secara
kuantitatif sehingga masalah pengukuran
besaran fisis memiliki arti yang sangat penting. Mengukur adalah membandingkan
suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis sebagai standar (satuan) yang
telah disepakati lebih dahulu. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui nilai
ukur suatu besaran fisis dengan hasil akurat.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk memperoleh hasil ukur yang akurat
yaitu dengan melakukan pengukuran yang benar, membaca nilai yang ditunjukkan
oleh alat ukur dengan tepat, memperhitungkan aspek ketepatan, ketelitian, dan
kepekaan alat ukur yang digunakan.
Suatu kenyataan yang harus kita pahami
bahwa pada setiap proses pengukuran tidak ada yang memberi hasil yang benar-benar
tepat atau dengan kata lain bahwa setiap hasil ukur selalu ada
ketidakpastiannya. Besar ketidakpastian bergantung pada keahlian pelaksana
percobaan dan pada peralatan yang digunakan, yang sering kali hanya dapat
ditaksir.
Sebagai contoh kalau kita mengukur
panjang meja dengan batang meteran yang mempunyai skala terkecil 1 cm dan
menunjukkan panjang meja tersebut 2,50 m, kita menyatakan secara tidak langsung
bahwa panjang meja tersebut mungkin antara 2,495 m dan 2,505 m. Panjang meja berada
dalam batas kira-kira ± 0,005 m = ± 0,5 cm dari panjang yang dinyatakan. Tetapi
jika kita menggunakan meteran berskala milimeter dan kita mengukur dengan
hati-hati, kita dapat memperkirakan panjang meja berada dalam batas ± 0,5 mm
sebagai ganti ± 0,5 cm.
Untuk menunjukkan ketelitian ini, kita
menggunakan empat angka untuk menyatakan panjang meja, misalnya 2,503 m. Digit
yang diketahui yang dapat dipastikan (selain angka nol yang dipakai untuk
menetapkan letak koma) disebut angka signifikan. Dari contoh di atas maka
panjang meja 2,50 m dikatakan mempunyai tiga angka signifikan; sedangkan panjang
meja 2,503 m dikatakan mempunyai empat angka signifikan. Contoh lain, misalnya
kita menyajikan bilangan 0,00103 sebagai hasil ukur, maka bilangan 0,00103 ini mempunyai tiga angka signifikan (tiga
angka nol yang pertama bukanlah angka signifikan tetapi hanyalah untuk menempatkan
koma). Secara notasi ilmiah, bilangan ini dinyatakan sebagai 1,03 x 10-3. Kesalahan siswa yang
umum, khususnya sejak digunakannya kalkulator, yaitu menampilkan lebih banyak
angka dalam jawaban daripada yang diperlukan.
Sebagai contoh, kalian akan mengukur
suatu luas suatu lingkaran dengan menggunakan rumus L = r2. Jika kalian memperkirakan
jari-jarinya 8 m, dengan kalkulator 10 digit maka diperoleh luas lingkaran
yaitu (8 m)2 = 226,980092 m.
Angka-angka di belakang koma ini
menyesatkan ketelitian pengukuran luas ini. Kalian memperoleh jari-jari hanya
dengan melangkah sehingga berharap bahwa pengukuran kalian dengan ketelitian
0,5 m. Hal ini berarti bahwa jari-jari lingkaran tersebut paling panjang 8,5 m
atau paling pendek 7,5 m sehingga hasil ukur luas untuk jari-jari paling
panjang adalah (8,5 m)2 = 226,980092 m2 dan hasil ukur luas untuk
jari-jari paling pendek adalah (7,5 m)2 = 176,714587 m2. Aturan umum yang harus
diikuti jika mengalikan atau membagi berbagai bilangan adalah:
Konsep
Angka signifikan pada hasil perkalian atau pembagian tidaklah
lebih besar daripada jumlah terkecil angka signifikan dalam masing-masing
bilangan yang terlibat dalam perkalian atau pembagian.
Pada contoh di atas, jari-jari
lapangan bermain yang hanya sampai satu angka signifikan, sehingga luasnya juga
hanya diketahui sampai satu angka signifikan. Jadi hasil perhitungan luas harus
ditulis sebagai 2 x 102 m2, yang menyatakan secara tidak langsung bahwa adalah antara 150
m2 dan 250 m2. Ketelitian
suatu jumlahan atau selisih dua pengukuran hanyalah sebaik ketelitian paling
tidak teliti dari kedua pengukuran itu. Suatu aturan umum yang harus diikuti
adalah:
Konsep
Hasil dari penjumlahan atau
pengurangan dua bilangan tidak mempunyai angka signifikan di luar tempat
desimal terakhir dimana kedua bilangan asal mempunyai angka signifikan.
Contoh Soal
Hitunglah jumlah
dari bilangan 1,040 dan 0,2134.
Penyelesaian:
Bilangan pertama;
1,040 mempunyai tiga angka signifikan di belakang koma, sedangkan bilangan
kedua; 0,2134 mempunyai empat angka signifikan. Menurut aturan tersebut di
atas, jumlahan hanya dapat mempunyai tiga angka signifikan di belakang koma. Jadi
hasilnya adalah: 1,040 + 0,2134 = 1,253
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan bendabenda yang beraneka ragam baik
bentuk, ukuran panjang maupun massanya. Contoh beberapa benda dengan berbagai ukuran
panjang ditunjukkan pada Tabel 1.1. di bawah ini.
Tabel 1.1. Orde magnitudo panjang beberapa benda (Tipler, 1991)
Contoh beberapa kejadian yang sering
kita amati dengan berbagai ukuran waktu ditunjukkan pada tabel 1.3. di bawah ini.
Tabel 1.3. Orde magnitudo beberapa selang waktu (Tipler, 1991)
Pada Gambar 1.2. di bawah ini
ditunjukkan beberapa gambar dan ukuran diameternya.