Konseling Individual

arti konseling individual
bimbingan dan konseling individual
apa itu konseling individual?
arti konseling individual menurut pendapat para ahli konseling individu adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung.
Konseling Individual berarti layanan konseling individu guna membantu peserta didik dalam menuntaskan masalah pribadinya. Layanan konseling individual yaitu layanan konseling individu yang diberikan guru Bimbingan dan Konseling  atau yang disebut dengan konselor kepada seorang siswa atau lebih lazim disebut konseli dalam rangka pengentasan masalah individu (pribadi) siswa yang bersangkutan.

Bimbingan Dan Konseling Individual

KONSELING INDIVIDUAL
1.      MODEL BEHAVIOR
A. Aliran Behavior menurut para ahli 

1) B. F. Skinner
Berkembang pada tahun 1953. Skinner berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu. Dasar utamanya Skinner peroleh dari analisis perilaku tikus dan merpati. Skinner menyebutkan dua pengondisian, yaitu klasik dan operan. Dalam pengondisian klasik, sebuah respon diharapkan muncul dari organism lewat satu stimulus spesifik yang telah diketahui. Sedangkan pengondisian operan adalah proses pengubahan perilaku dimana pengautan (atau penghukuman) diperlukan bagi pemunculan perilaku tertentu.
2) Albert Bandura
Berkembang pada tahun 1977. Teori Bandura yang terkenal adalah kognitif social. Dalam teori ini Bandura meyatakan bahwa manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap dan berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari semua ini adalah dari pengalaman yang tak terduga (vicarious experiences). Bandura mengatakan mengatakan bahwa manusia tidak perlu mengalami atau melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum ia mempelajari sesuatu. Manusia dapat belajar hanya dari mengamati atau meniru perilaku orang lain.
3) Ivan Pavlov
Pavlov adalah sorang ahli fisiologi Rusia. Teorinya didasarkan pada percobaan dengan anjingnya yang membuktikan bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberikan rangsangan tertentu melalui proses yang dinamakan conditioning (pembiasaan). 
4) Edward Thorndike
Thorndike mengembangkan teori koneksionisme di Amerika Serikat. Dalam melakukan eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing sebagai binatang coba.  Dalam eksperimen tersebut, Thorndike menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari kandang percobaan. Dasar dari teori ini adalah trial and error. Rata-rata kucing percobaan Thorndike mampu melepaskan diri dari kandang, namun membutuhkan waktu (latihan) untuk cepat keluar dari kandang. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, Thorndike pada akhirnya mengemukakan tiga macam hokum belajar, yaitu hokum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect).
B. Konsep dasar model Behavior 
1) Pandangan tentang Manusia
Dalam pandangan behavioral manusia pada hakikatnya bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. 
2) Pandangan tentang Kepribadian
Hakikat kepribadian menurut pendekatan behavioral adalah tingkah laku. Selanjutnya diasumsikan bahwa tingkah laku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya yang berupa interaksi invidu dengan lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Merujuk asumsi ini maka untuk memahami kepribadian manusia tidak lain adalah mempelajari dan memahami bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.
C. Perilaku salah suai
Kalau perilaku klien ditinjau dari sudut pandangan apakah perilaku itu tepat dan sesuai dengan situasi kehidupannya (well-adjusted) atau tidak tepat dan salah suai (maladjusted), harus dikatakan bahwa baik. tingkah laku tepat mauptin tingkah laku salah sama-sama merupakan hasil belajar. Karena tingkah laku salah merupakan hasil belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui suatu proses belajar.
D. Kelebihan Model Behavior

1) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan

Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.

2) Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.

3) Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik. 

E. Kelemahan Model Behavior

1) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru

Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.

2) Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.

3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar. 
2.      MODEL HUMANISTIK
A. Aliran Model Humanistik Menurut Para Ahli
Teori yang terkenal dari Abraham Harold Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistic adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
-          Kebutuhan fisiologis atau dasar
-          Kebutuhan akan rasa aman
·         Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
·         Kebutuhan untuk dihargai
·         Kebutuhan untuk aktualisasi diri
B. Konsep Dasar Aliran Model Humanistik
1.      Memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan seseorang yang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensi dan fakta eksistensinya.
2.      Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
3.      Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri
4.      Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.
C. Perilaku Salah Suai
Individu memiliki  kesanggupan  memikul tanggung  jawab  pribadi  dan  hidup  sepenuhnya  sebagai  pribadi  yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam  perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan  pribadinya.
D. Kelebihan Model Humanistik

a) Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.

b) Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.

c) Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda. 

E. Kelemahan Model Humanistik

a) Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
b) Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c) Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis  
3.      MODEL GESTALT
A. Aliran Gestalt Menurut Para Ahli
Konseling gestalt (Gestalt Therapy)dikembangkan oleh Federick Perls yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fritz Perls. Pada awalnya Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas belajar, namun ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri pada saat pindah ke Wina untuk belajar praktek psikoanalisa bersama dengan beberapa murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang penggunaan tubuh (body) untuk mendorong pemahaman dan perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan konfrontasi merupakan aspek penting dalam terapi. Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran untuk menggunakan dukungan (support) dan hubungan atau kontak (connections).
Penggunaan kata gestalt dimaksudkan untuk menegaskan bahwa konseling gestalt menekankan pada keutuhan (unity), kebulatan (wholleness), dan integrasi (integtation). Dalam bahasa jerman gestalt berarti utuh.
Di Berlin, konseling gestalt memiliki banyak penyokong antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukannya, para ahli tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami pengetahuan dalam arti ”unit dan wholes, gestalten” adalah lebih berguna untuk mengembangkan pengetahuan alih-alih memotong atau memisahkan bagian-bagian.
Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah penggunaan ”kursi kosong ” (empty chair) dalam konseling yang juga dikenal dengan kursi panas. Teknik ini diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di Esalen Institute, Big Fur, California anatara tahun 1962 s.d 1969.
B. Konsep Dasar Model Gestalt
Konsep dasar pendekatan Gestalt adalah Kesadaran, dan sasaran utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Menurut buku M.A Subandi (psikoterapi, hal. 96) kesadaran meliputi:
a)      Kesadaran akan efektif apabila didasarkan pada dan disemangati oleh kebutuhan yang ada saat ini yang dirasakan oleh individu
b)     Kesadaran tidak komplit tanpa pengertian langsung tentang kenyataan suatu situasi dan bagaimana seseorang berada di dalam situasi tersebut.
c)      Kesadaran itu selalu ada di sini-dan-saat ini. Kesadaran adalah hasil penginderaan, bukan sesuatu yang mustahil terjadi.
C. Perilaku Salah Suai
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012). Individu bermasalah, karena terjadinya pertentangan antara kekuatan “top dog” dan “under dog”. Top dog adalah posisi kuat yang menuntut, mangancam sedangkan under dog adalah keadaan membela diri, tidak berdaya dan pasif. Individu bermasalah karena ketidakmampuan seseorang dalam mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya karena disebabkan mengalami kesenjangan antara masa sekarang dan masa yang akan datang.
D. Kelebihan Model Gestalt
·         Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
·         Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
·         Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
·         Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
·         Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
E. Kekurangan Model Gestalt
·         Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
·         Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
·         Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
·         Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
·         Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
4.      MODEL ANALISIS TRANSAKSIONAL
A. Aliran Analisis Transaksional Menurut Para Ahli
Menurut Lutfi Fauzan (1994:47) Pendekatan Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (1910-1970) setelah ia mendapatkan gelar (Medical Doctor). Dari McGill university di montreal pada tahun 1935. Ia menyelesaikan spesialisasi psikiatri di yale University. Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu ia memulai praktik psikiatri di Carmel, California. Berdasarkan hasil observasinya terhadap konseli-konseli, Berne membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris jaman itu, sekitar pertengahan 1950.
Dalam sub pokok bahasan ini menurut Lutfi Fauzan (1994:49) mengemukakan pandangan dasar tentang hakikat manusia, ciri-ciri pokok konseling analisis teansaksional dan konsep dasar konseling analisis konselinng perorangan. Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis transaksional memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia yaitu manusia pada dasarnya baik.
B. Konsep Dasar Analisis Transaksional
Menurut Lutfi Fauzan (1994:51) Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
a)      Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
b)      Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
c)      Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
C. Perilaku Salah Suai
·         Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
·         Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
·         Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
D. Kelebihan Model Analisis Transaksional
·         Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
·         Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
·         Mudah Diobservasi.
·         Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
E. Kekurangan Model Analisis Transaksional
·         Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
·         Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
5.      MODEL RATIONAL EMOTIF
A. Aliran Rational Emotif Menurut Para Ahli
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. (Willis, 2004).
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
B. Konsep Dasar Rational Emotif
1)      Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2)      Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3)      Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
C. Perilaku Salah Suai
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif. Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

D. Kelebihan Model Rational Emotif

1) Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.

2) Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.

3) Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.

4) Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.

E. Kekurangan Model Rational Emotif

1) Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.

2) Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.

3) Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.

4) Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.
6.      MODEL KONSELING EGO
A. Aliran Konseling Ego Menurut Para Ahli
Dalam model konseling Ego dikenal satu istilah yang sangat menonjol yaitu “ego strength“ tang artinya kekuatan ego. Pada dasarnya kegiatan konseling adalah usaha memperkuat “Ego Strength”. Dengan demikian orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Pada umumnya masalah-masalah yang dialami individu diwarnai oleh kuat dan lemahnya ego tersebut.
Pebedaan antara ego menurut Sigmund Freud dengan Ego menurut Psikoanalisis Baru adalah menurut Freud, ego itu tumbuh dari Id atau merupakan kelanjutan daripada Id sedangkan menurut Psikoanalisis baru, ego itu tidak terikat pada Id, jadi tumbuh sendiri yang merupakan keseluruhan kepribadian. Ego itulah yang tumbuh dan menjadi kepribadian seseorang. Jenis ego baru ini disebutnya juga dengan ego kreatif.
Erickson tidak sependapat dengan Freud tentang hakekat manusia, dan dia beranggapan bahwa manusia tidaklah dijadikan sesederhana binatang yang hanya bertingkah laku berdasarkan pada instink atau semata-mata memenuhi kebutuhanya ( Freud cenderung melihat bahwa dasarnya tingkah laku manusia itu adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan Id nya).
Manusia tidaklah didorong oleh energy dari dalam, tetapi manusia itu lahir ke dunia untuk merespon perangsang-perangsang yang berbeda-beda. Disini terlihat beda pendapatnya dengan Sigmund Freud yang lebih menekankan peranan Id dalam kehidupan, sedangkan konseling Ego lebih menekankan peranan ego dalam kehidupan seseorang.
Egolah yang mengembangkan segala sesuatunya,misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya, penyaluran minatnya, hubungan sosialnya dan sebagainya. Selanjutnya dikemukakan oleh Hansen,dkk (1977) bahwa, seseorang individu haruslah mempunyai ego yang sehat dan ego yang kuat.
B. Konsep Dasar Konseling Ego
Konseling Ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi Ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk memperkuat Ego strength, yang berarti melatih kekuatan Ego klien. konseling Ego dipopulerkan oleh Erikson. Sering kali orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya.Perbedaan ego menurut Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri yang menjadi kepribadian seseorang.
Erikson adalah seorang psikolog perkembangan Denmark-Jerman-Amerika dan psikoanalis terkenal karena teorinya tentang pembangunan sosial manusia. Perkembangan identitas tampaknya telah menjadi salah satu keprihatinan Erikson terbesar dalam hidup sendiri maupun teorinya. Selama masa kanak-kanak dan dewasa awal ia dikenal sebagai Erik Homburger.
C. Perilaku Salah Suai
Individu dahulunya kehilangan kemampuan atau tidak diperkenankan merespon rangsangan dari luar secara tepat sehingga pada saat sekarang menjadi salah tingkah. Contoh : seseorang yang tidak boleh bergaul dengan jenis kelamin lain yang berbeda, dimana seseorang tersebut amat terikat dengan nilai-nilai yang kaku (agama, adat atau kepercayaan lainnya) sedangkan pada dirinya selalu muncul dorongan atau naluri yang mana sangat dilarang oleh lingkungannya, sehingga apabila inidividu itu pindah pada lingkungan yang agak longgar terhadap nilia-nilai, maka akan menimbulkan masalah pada diri individu itu setiap kali dia dihadapkan pada situasi yang sama.
D. Kelebihan Model Konseling Ego
1)      Membangun identitas ego klien serta memperluas dan memperkuat berfungsinya sistem ego
2)      Konseling Ego mementingkan permasalahan pada masa balita, remaja, maupun dewasa
3)      Membangun tingkah laku yang tepat sesuai dengan adanya kekuatan ego
4)      Setelah konseling, individu dapat mengerakkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya
5)      Memprkuat tiga fungsi ego
6)      Kembalinya kemampuan untuk mengembangkan copying behaviour dalam menghadapi masalah
E. Kekurangan Model Konseling Ego
1)      Konselor hanya menggunakan teknik konseling biasa
2)      Lebih memusatkan pada ciri-ciri individu yang normal dan sadar
3)      Apabila individu tertekan oleh keadaan yang menimpanya dan ego kehilngan kontrol,maka kontrol terhadap tingkah laku beralih dari kesadaran ke ketidaksadaran, sehingga kontrol beralih dari ego ke id
7.      MODEL KONSELING SELF
A. Aliran Konseling Self Menurut Para Ahli
Rogers menggunakan pendekatan humanistik dalam mempelajari kepribadian manusia. Rogers optimis bahwa secara kodrati manusia itu baik, rasional dan memiliki kencendrungan untuk berkembang secara penuh (human development). Untuk mencapai pertumbuhan secara optimal diperlukan kondisi a. (keaslian/apa adanya), genuines b. Penghargaan positif tanpa syarat, (unconditional positif regard), c. Pemahaman yang empati (emphatic understanding) (gililand/richard, 1984).
Teori rogers didasarkan atas self theory yang terdiri dari: diri (self), konsep diri (self concept), aktualisasi diri (self-aktualization), dir yang ideal (the ideal self) dan congruence. Menurut rogers konstruk inti konseling client centered adalah konsep tentang diri (self) yang terbentuk melalui atau karena pengalaman yang datang dari luar dan dalam diri individu yang bersangkutan.
B. Konsep Dasar Konseling Self
Dalam teorinya Rogers lebih menekan kan konsep organisme  dan self. Organisme adalah unsur fisiologis dengan semua fungsi fisik dan fungsi psikologisnya. Dalam setiap organisme terdapat lapangan fenomenal (phenomenal field) dan the self, calvin S. Hall (1985) mengemukakan bahwa self adalah bagian dari lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan sedikit demi sedikit melalui pengalaman yang disadari maupun tidak. Tingkah laku adalah fungsi dari fola pengalaman subyektif, yang berarti tingkah laku merupakan hasil dalam realitas yang dialami, dirasa dinilai, dan bahkan di tafsirkan dalam konteks pengertian individu. Self pada diri seseorang merupakan konsep diri (self concept) yang terdiri dari persepsi mengenai kekhasan dari “I” atau “me” dan persepsi hubungan antara “I” atau “me” dengan orang lain dalam aspek kehidupan.  Self bersifa lentur dan fleksibel, serta didalamnya terdapat diri ideal yang menunjukkan keinginan seseorang untuk mempertahankan apa yang ingi diperoleh dalam pengembangan diri dan prestasinya, dalam mempertahankan diri dan aktualisasi diri.
C. Perilaku Salah Suai
1)      Adanya ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara pengalaman organismik dan self yang menyebabkan individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai.
2)      Karakteristik kepribadia salah suai :
·         Estrangement : membenarkan apa yang sesunghunya oleh diri sendiri dirasakan tidak mengenakkan.
·         Incongruity in behavior : ketidaksesuaian tingkah laku karena COW, hal ii sering menimbulkan kecemasan.
·         Kecemasan : kondisi yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran tentang diri sendiri.
·         Defense mechanism (DM): tindakan yang diambil oleh individu agar tampak konsisten terhadap struktur self (yang salah itu).
·         Gejala tingkah laku salah suai :
·         Kecemasan atau ketegangan terus menerus.
·         Tingkah laku yang rigid – tidak luwes.
·         Menolak situasi baru.
·         Salah dalam memperkirakan.
·         Menolak untuk menyadari pengalaman-pengalamannya sendiri.
·         Tingkah lakunya tidak terduga.
·         Sering tidak rasional.
·         Tidak mampu mengontrol dirinya sendiri.
D. Kelebihan Model Konseling Self
1)      Pemusatan pada klien  bukan pada konselor dalam konseling.
2)      Identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam merubah kepribadian.
3)      Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.
4)      Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5)      Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.
E.     Kekurangan Model Konseling Self
1)      Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu perilaku, tetapi merupakan faktor intelektif, kognitif dan rasional.
2)      Penggunaan teori untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori.
3)      Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
4)      Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat tergantung lokasi konselor dan klien.
REFERENSI
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Winkel, W.S. & M. M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Hendrarno, E. Supriyo & Sugiyo. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Pres.

Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Supriyo & Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling (handout).

Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia

Suryabarata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »