Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan
Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan |
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT, Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah saw. Berkat limpahan dan Rahmat-Nya kami dari kelompok 1 mampu
menyelesaikan tugas makalah Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah
Kemerdekaan, guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Umum. Sejarah
merupakan cabang ilmu yang meneliti dan menyelidiki masyarakat serta
kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya.
Dalam
penyusunan tugas makalah sistem pendidikan di indonesia sebelum dan sesudah
kemerdekaan, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua maupun teman-teman, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mampu
memperluas pengetahuan mengenai pendidikan di Indonesia sebelum zaman
kemerdekaan, makalah yang kami sajikan berdasarkan dari buku referensi. Semoga
makalah sistem pendidikan di indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan dapat
memberikan pengetahuan yang baru kepada pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bidang pendidikan sebenarnya telah berjalan sepanjang sejarah manusia dan
berkembang sejalan dengan perkembangan sosial dan budaya manusia itu sendiri di
atas permukaan bumi.
Sistem
pendidikan di Indonesia yang kita kenal sekarang merupakan hasil perkembanagan
pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita. Untuk itu alangkah
baiknya kita terlebih dahulu mengetahui Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum
Dan Sesudah Kemerdekaan.
1.2
Rumusan Masalah
- Jelaskan Bagaimana Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan?
- Jelaskan Bagaimana Sistem Pendidikan Di Indonesia Sesudah Zaman Kemerdekaan?
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar para
pembaca dapat mengetahui Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah
Kemerdekaan. Selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas khususnya dalam bidang pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan
A. Pendidikan di Indonesia sebelum Masa Kolonial
1. Sejarah Pendidikan pada Zaman Hindu-Budha
Masuknya
kebudayaan Hindu di beberapa daerah di pulau Jawa menjadi titik awal zaman
sejarah tulis menulis di Indonesia. Tulisan dengan huruf Pallawa yang berisi
sastra, agama, sejarah, etika menjadi sumber pendidikan golongan raja-raja dan
bangsawan. Pendidikan mengharuskan anak-anak, pemuda dan orang dewasa mempelajari
huruf Pallawa. Zaman pemerintahan Erlangga (990-1049) banyak buku-buku bahasa,
sastra, hukum, filsafat diterjemahkan ke bahasa Jawa kuno (Kawi) sehingga
lahirlah guru-guru profesional pada zamannya. Seorang guru profesional harus
lahir dari kasta Brahmana sedang muridnya bisa terdiri dari kasta Brahmana
sendiri sandar 2 kasta di bawahnya, sebab kasta sudra tidak diperkenankan
menjadi murid.
56Puncak
pendidikan Budha dicapai pada zaman Sriwijaya. Guru terkenal pada zaman
Sriwijaya ialah Darmapala dari Nalanda. Tahun 685, I Tsing (seorang Budhis
Cina) yang pulang dari India singgah di Sriwijaya menerjemahkan 100 buku agama
Budha ke dalam bahasa Cina. Bermula dari hal ini, agama Budha banyak dipelajari
orang-orang sehingga akhirnya Budha berkembang di pulau Jawa.
2. Sejarah Pendidikan pada Zaman Kerajaan
Islam
Pada abad ke-13 Islam masuk ke
Indonesia. Kerajaan Islam pertama di Jawa ialah Demak, di Aceh Samudra Pasai,
di Sulawesi kerajaan Goa dengan Raja Goa Alaudin dan di daerah Maluku Kesultanan
Ternate. Dari kerajaan-kerajaan itulah menjadi pusat penyebaran agama Islam
sehingga Islam tersebar ke seluruh nusantara. Bermula dari penyebaran Islam di
dalamnya inklusif pendidikan bercorak Islam tradisional dikembangkan. Sebagai
pusat perkembangan Islam, para kiai mendirikan pondok pesantren. Dalam pondok
pesantren itu para kiai hidup bersama santri memperdalam agama Islam.
Penyelenggaraan pendidikan agama
Islam masih bersifat perorangan. Para kiai membina umat Islam di daerahnya masing-masing
dengan mendirikan pondok pesantren. Terkenallah peran Walisanga di Jawa, para
syeh Minangkabau dan pada akhirnya berdiri kesultanan-kesultanan sebagai pusat
pemerintahan dan pusat penyebaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam pada saat
itu adalah mengabdi sepenuhnya kepada Allah sesuai dengan tuntunan rasul Muhammad SAW ( Al Qur’an dan
Sunah). Materi pendidikan yang diberikan para kiai adalah keimanan, ketaqwaan,
dan akhlaq. Untuk memperdalam ilmu tauhid diberikan juga Arkanul Iman.
Untuk
mencapai tujuan tersebut diberikan program belajar yang meliputi:
1. membaca Al Qur’an;
2. ibadat (berwudlu, shalat);
3. keimanan;
4. akhlaq.
Cara belajar saat itu adalah dengan
model sorogan dan klasikal. Model sorogan atau individual dilakukan dengan anak
santri duduk bersila berhadapan dengan guru gaji untuk membaca Al Qur’an,
secara bergantian satu persatu sesuai dengan kemajuannya masing-masing.
Demikian pula dalam hal belajar berwudlu, salat seorang santri dibimbing
langsung oleh guru. Pendidikan akhlaq diberikan secara klasikal, guru bercerita
tentang tarikh nabi, Sabat nabi, sifat-sifat terpuji atau yang tercela dengan
materi para tokoh pada zamannya. Lama belajar tidak ditentukan, sangat
bergantung pada kemampuan, kerajinan dan kemauan anak. Karena itu belajar tidak
dipungut biaya. Hal ini berlangsung sampai masuknya kebudayaan barat.
B. Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Kolonial
Tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis Ed Houtman,
Belanda pertama kalinya datang ke Indonesia. Misi kedatangannya adalah
berdagang. Dengan menyusuri pantai Jawa, Belanda akhirnya mencapai daerah Timur
(Ambon dan sekitarnya). Mereka kembali dengan membawa rempah-rempah yang cukup
banyak. Sejak saat itu pedagang Belanda yang datang ke Indonesia semakin ramai.
Untuk menghindari persaingan, tahun 1602 Belanda mendirikan VOC (Persatuan
Dagang Hindia Timur). Dengan dalih perdagangan inilah, VOC terus memperkuat
perdagangannya. Lewat politik yang dilakukannya dengan raja-raja Jawa, VOC
sebagai kepanjangan tangan Belanda akhirnya menjadikan Indonesia sebagai daerah
jajahan (koloni).
Untuk
lebih memperkuat kedudukan, Belanda mendirikan sekolah-sekolah bagi anak-anak
Indonesia. Sekolah ini bertujuan menghasilkan pegawai-pegawai rendahan baik
untuk pegawai negeri maupun pegawai swasta. Pembukaan sekolah itu didorong oleh
kebutuhan praktis berkaitan dengan pekerjaan di berbagai bidang dan kejuruan.
Secara umum kecenderungan penyelenggaraan pendidikan kolonial adalah sebagai
berikut:
Membiarkan terselenggaranya pendidikan
Islam tradisional serta membantu mendirikan beberapa madrasah Islamiah di
Nusantara misalnya:
- Melanjutkan sistem lama dalam bentuk pengajian Al-qur’an dan Kitab Kuning.
- Mendirikan pondok pesantren modern misalnya di Jombang Ponpes Tebuireng, di Ponorogo Ponpes Gontor.
- Mendirikan sekolah agama atau madrasah misalnya madrasah adabiah di Aceh, Madrasah maktab Islamiah di Tapanuli medan.
- Mendirikan sekolah Zending (misionaris) yang bertujuan menyebarkan agama Kristen untuk orang-orang Belanda dan buni putra. Beberapa sekolah yang didirikan Belanda misalnya:
- 1607 mendirikan sekolah di Ambon dengan bahasa Melayu dan Belanda.
- 1622 mendirikan sekolah di Kepulauan Banda lengkap dengan asrama.
- 1630 mendirikan sekolah Warga Masyarakat di Jakarta untuk tingkat sekolah dasar yang mendidik budi pekerti.
- 16422 mendirikan sekolah latin (tingkat SMP) di Jakarta.
- 1745 mendirikan Seminari Theologika untuk mendidik calon pendeta.
- 1817 mendirikan sekolah dasar Eropa, untuk penduduk Eropa (semua orang Belanda, semua orang yang asalnya dari Eropa, semua orang Jepang). Sekolah dasar ini terus berkembang, pada tahun 1902 menjadi 173 buah.
- 1860 mendirikan Gymnasium (sekolah lanjutan) Willem III, merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama untuk orang Eropa di Batavia.
- 1848 atas keputusan Raja mendirikan 20 sekolah dasar Bumiputera di setiap Karesidenan Jawa.
- 1892 sekolah dasar dibagti menjadi dua kategori, yaitu: sekolah dasar Kelas Pertama ( de schoolen der eerste klasse) untuk golongan Bumiputera (bangsawan & penduduk yang kaya) dan sekolah dasar Kelas Dua (de schoolen der tweede klasse) untuk Bumiputera umum.
- 1856 mendirikan sekolah guru (kweeksschool) di Surakarta, 1874 di Ambon, 1875 di Probolinggo, 1875 di Banjarmasin, 1876 di Makassar, 1879 di Padang Sidempuan.k. 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa dengan lama pendidikan 2 tahun setelah sekolah rakyat 5 tahun.Dari sekolah-sekolah yang didirikan Belanda dapat dilihat beberapa ciri khas, antara lain:
- dualistik diskriminatif, yaitu untuk membedakan pendidikan untuk orang Eropa dan Bumiputera.
- Sentralistik yaitu pemerintah kolonial Belanda memiliki hak mengatur pendidikan di daerah koloninya.
- Tujuannya untuk dapat menghasilkan tamatan yang menjadi warga negara Belanda kelas dua.
C. Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Pergerakan
Pergerakan
nasional lahir karena penderitaan rakyat. Bangsa Indonesia tertinggal di
berbagai bidang, termasuk pendidikan. Sebagian rakyat buta huruf, karena tidak
semua orang bisa masuk sekolah. Dalam keadaan seperti itu, golongan pelajar
yang mendapat kesempatan masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi saat itu
tampil untuk mempelopori dan memimpin pergerakan nasional. Termasuk pendiri
Taman Siswa, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau yang biasa dikenal dengan Ki Hajar Dewantara.
Taman
Siswa berdiri pada 3 Juli 1922. Taman Siswa merupakan badan perjuangan
kebudayaan dan pembangunan masyarakat melalui pendidikan untuk mencapai tujuan
perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.
Pendidikan
Taman Siswa dilaksanakan berdasarkan Sistem Tutwuri Handayani (jika di belakang
memberi dorongan), di manasistem ini berorientasi pendidikan pada anak didik.
Artinya pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang
perlu dikembangkan pada anak didik. Dalam sistem ini berlaku sistem
kekeluargaan, yang artinya diharuskan bagi setiap pendidik untuk meluangkan
waktu 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik,
sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Untuk
mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelanggarakan kerja sama yang
selaras antar tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang
lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada.
Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra
Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
Pendidikan
Taman Siswa berciri khas Pancadarma, yaitu:
- Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah)
- Kebudayaan (menerapkan teori Trikon; Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris)
- Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing individu dan kelompok),
- Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
D. Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Jepang
Pendidikan
zaman jepang disebut “Hakko Ichiu”, yakni mengajak bangsa Indonesia bekerja
sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Sistem pendidikan di
masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan
militer Jepang dalam peperangan Pasifik.
Jepang
menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas
terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara
lain:
- Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda
- Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Adapun
susunan pengajaran menjadi, pertama, Sekolah Rakyat enam tahun (termasuk
sekolah pertama). Kedua, sekolah menengah tiga tahun. Ketiga, sekolah menengah
tinggi tiga tahun (SMA pada zaman Jepang)
Tujuan
pendidikan pada zaman Jepang tidak hanya memenangkan peperangan. Secara konkret
tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah menyediakan tenaga cuma-cuma (rumosha)
dan prajurit-prajurit yang membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena
itu, para pelajar diharuskan mengikuti latihan fisik, kemiliteran dan
indoktrinasi ketat. Sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan
sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta
mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol.Kebijakan ini
menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat
dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya
Pada
masa pendudukannya, Jepang tidak begitu
menghiraukan kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah keperluan untuk
memenangkan perang. Ada satu hal istimewa dalam pendidikan jepang sebagaimana
telah dikemukakan, yaitu sekolah-sekolah telah diseragamkan dan dinegerikan
meskipun sekolah-sekolah swasta lain diizinkan terus berkembang dengan
pengaturan dan diselenggarakan oleh pendudukan Jepang.
Sementara
itu perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berkembang dengan pesat.
Pendidikan Islam mencoba memadukan antara pendidikan modern Belanda dengan
pendidikan tradisional sehingga melahirkan madrasah-madarasah berkelas yang
tidak hanya memberikan pengetahuan agama saja akan tetapi juga memberikan
pengetahuan umum.
Untuk
mempercepat usaha Jepang dalam mencapai tujuan mereka, segala cara ditempuh
dalam segala segi kehidupan. Salah satunya dengan mengubah sistem pendidikan.
Oleh sebab itu, Jepang menguasai kurikulum baru, yang berlaku secara umum untuk
semua sekolah. Dalam kurikulum ini bahasa Indonesia menjadi pelajaran utama,
bahasa Jepang menjadi pelajaran wajib. Para pelajar harus mempelajari adat
istiadat Jepang, taiso, melagukan lagu Jepang, melakukan penghormatan
(selkerei) ke arah istana kaisar Tokyo. Guru-guru juga harus dilatih agar dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan Jepang. Selain itu, diberikan
pelajaran tentang dasar-dasar pertahanan dan kemiliteran.
Walaupun
demikian, ada beberapa segi positif
sistem pendidikan pada zaman penjajahan Jepang bagi rakyat Indonesia,
yaitu:
- Jepang memerikan pendidikan militer kepada para pemuda Indonesia.
- Menghapus dualisme pendidikan penjajahan belanda dan nenggantinya dengan dengan pendidikan yang sama bagi setiap orang.
- Pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh penjajah Jepang.
2.2 Sistem Pendidikan Di Indonesia Sesudah Zaman Kemerdekaan
a. Sistem Pendidikan di Indonesia Periode 1945 – 1969
1) Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan
Jenjang
pendidikan disempurnakan menjadi SMTP dan SMTA dan mulai mempersiapkan sistem
pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan,
pengajaran dan kebudayaan mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan
kolonial dan mengutamakan patriotisme. Rancangan UU yang dihasilkan : UURI no.
4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
2) Peletakan Dasar Pendidikan Nasional
Mulai
tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara yang didalamnya memuat pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu
dasar sistem pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945.
3) Demokrasi Pendidikan
Sesuai
amanat UUD 1945 dan UURI No. 4 tahun 1950 pemerintah mengusahakan
terselenggaranya pendidikan yang bersifat demokratis yaitu kewajiban belajar
sekolah bagi anak-anak yang berumur 8 tahun.
4) Lahirnya LPTK pada Tingkat Universiter
Dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan mendorong Prof. Moh. Yamin mendirikan
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP
negeri seluruh Indonesia maka lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus
BI, BII, dan PTPG) diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian
didirkan IKIP yang berdiri sendiri sebagai pindahan dari PTPG sesuai dengan UU
PT No. 22 tahun 1961.
5) Lahirnya Perguruan Tinggi
Pada
tanggal 4 Desember 1961 lahir UU no. 22 tentang perguruan tinggi dengan prinsip
Tridharma Perguruan Tinggi.
b. Sistem Pendidikan di Indonesia Pada PJP I : 1969 – 1993
Selama
kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan
kemajuan, semakin mantapnya sistem pendidikan nasional dengan disahkannya
Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
sejumlah Peraturan Pemerintah yang menyertainya.
1) UU tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sebagai
penjabaran Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disahkan 8 Peraturan Pemerintah (PP) yaitu :
a) PP No. 27/1990 tentang Pendidikan
Prasekolah
b) PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar
c) PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah
d) PP No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi
(kemudian diganti PP No. 60/1999)
e) PP No. 72/1991 tentang Pendidika Luar Biasa
f) PP No. 73/1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah
g) PP No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan
h) PP No. 39/1992 tentang Peran serta
Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.
2) Taman Kanak-Kanak
Pendidikan
di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan, hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya pendidikan
prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan,
ketrampilan guna memasuki SD.
3) Pendidikan Dasar
Prestasi
yang sangat mengesankan yang dicapai selama PJOP I ialah melonjaknya jumlah
peserta didik pada SD dan MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa
putus sekolah dan angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meninhkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada
tanggal 2 Mei 1994 program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
dicanangkan.
4) Pendidikan Menengah
Persoalan
yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu kelulusan yang
terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. NEM
dan UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dab lokasi
geografis yang berbeda-beda. Maka pada Repelita VI upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang
bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan melalui
pengerahan peran serta masyarakat.
5) Pendidikan Tinggi
PTN
dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai rendahnya proporsi mahasiswa
yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif pada
dunia kerja. Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka
peningkatan kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan
tinggi di Indonesia saat ini.
6) Pendidikan Luar Sekolah
Pembangunan
pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui
perluasan jangkauan kejar paket A. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah
warga masyarakat yang buta huruf.
7) Tantangan, Kendala, dan Peluang
Berdasarkan
perkembangan pendidikan pada PJP I, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh
pendidikan Indonesia pada masa-masa selanjutnya , yaitu :
a) Belum mampunya pendidikan mengimbangi
perubahan struktur ekonomi dari pertanian tradisional ke industri dan jasa
b) Masih rendahnya relevansi pendidikan
c) Masih belum meratanya mutu pendidikan
d) Masih tingginya angka putus sekolah dan
tinggal kelas
e) Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun yang
buta huruf
f) Masih kurangnya peran serta dunia usaha dan
pendidikan
Kendala
yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan nasional, Yaitu:
a) Kemiskinan dan keterbelakangan
b) Terbatasnya guru yang bermutu
c) Terbatasnya sarana dan prasarana
d)
Manajemen sistem pendidikan yang belum
secara terarah menuju peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikn.
e) Adapun
peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional ialah:
- Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang memberi landasan bagi pelaksanaan wajar sembilan tahun.
- Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
- Semakin luasnya sarana komunikasi
- Semakin tersebarluasnya lembaga pendidikan negeri dan swasta
- Adanya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional yang memberikan landasan yang kokoh bagi pendidikan nasional.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
Pendidikan Di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan terbagi atas Sistem Pendidikan
di Indonesia sebelum Masa Kolonial, Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa
Kolonial, Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Pergerakan dan Sistem Pendidikan
di Indonesia pada Masa Jepang
Saran
Penting
bagi guru untuk mengetahui evolusi Sistem Pendidikan Di Indonesia Sebelum Dan
Sesudah Kemerdekaan.