ELIMINASI URINE

ELIMINASI URINE

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolesterol (Robinson dan Weigley ,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidak nyamanan.
ELIMINASI URINE
ELIMINASI URINE
Eliminasi urin adalah salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian dari eliminasi urin?
  2. Apa Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
  3. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urin?
  4. Bagaimana Proses pembentukan urine?
  5. Apa Masalah Eliminasi Urin?
BAB II
ELIMINASI URINE

A. Pengertian Eliminasi Urin

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.Ureter mengalirkan urine ke bladder.Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine

- Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.
Bentuknya seperti biji kacang , panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan),jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki berat antara 125 – 175 gram pada laki-laki dan 115 – 155 gram pada perempuan. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan jaringan ikat yaitu :
  1. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
  2. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
  3. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang lansung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah lepas.

Struktur Internal Ginjal

Struktur Internal Ginjal
Struktur Internal Ginjal
  1. Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
  2. Sinus Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlengketan untuk jalan masuk dan keluar ureter , vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
  3. Pelvis Ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang mejadi beberapa (8-18) kaliks minor.
  4. Parenkim Ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. 
- Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
  • Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
  • Lapisan tengah lapisan otot polos
  • Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam vesika urinaria.Ureter berjalan hampir vertical ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum.
- Vesika Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuknya seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
  • Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian terpisah dari rectum oleh spatium rectovesicle yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostat.
  • Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
  • Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding vesika urinaria terdiri dari :
  • Lapisan luar (peritoneum)
  • Tunika muskularis (lapisan otot)
  • Tunika sub mukosa
  • Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
- Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa, yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari :
  • Uretra prostatika
  • Uretra membranosa
  • Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari : lapisan mukosa, dan lapisan sub mukosa.
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas , panjangnya kurang lebih 3-4 cm.
Lapisan uretra wanita terdiri dari : tunika muskularis, lapisan spongiosa, dan lapisan mukosa.
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra disini hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi. 

C. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

D. Proses pembentukan urine

Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine: filtrasi glomelurus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
  1. Filtrat Glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-protein menembus membran kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Filtrat yang lolos tersebut terdiri atas air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.
  2. Reabsorpsi Tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali sebagian besar zat-zat penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah akan menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi fakultatif. Zat-zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh kapiler peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
  3. Sekresi Tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk masuk ke dalam tubulus di samping melalui filtrat glomerulus. Melalui sekresi tubulus, zat-zat tertentu pada plasma yang tidak berhasil disaring di kapiler tubulus dapat lebih dieliminasi.

E. Masalah Eliminasi Urin

Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
  1. Operasi pada daerah abdomen bawah.
  2. Kerusakan ateren
  3. Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
  1. Ketidak nyamanan daerah pubis.
  2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
  3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
  4. Meningkatnya keinginan berkemih.
  5. Enuresis
b. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
  1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
  2. Kandung kemih yang irritable
  3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
  4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
c. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
  1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
  2. Penurunan tonur kandung kemih
  3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
  4. Lingkungan
  5. Lanjut usia.
Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
  1. Inkomplet outlet kandung kemih
  2. Tingginya tekanan infra abdomen
  3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
  4. Lanjut usia.
Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
  1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
  2. Penurunan isyarat kandung kemih
  3. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
  4. Penurunan tonus kandung kemih
  5. Kelemahan otot dasar panggul.
  6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
  7. Perubahan pola
  8. Frekuensi
  9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
  10. Urgency
  11. Perasaan seseorang harus berkemih.

F. Perubahan Pola Eliminasi Urine

1. Frekuensi
Jumlah berkemih dalam sehari. Frekwensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stress atau hamil
2. Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontenensia jika tidak berkemih
3. Disuria
Rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. (ISK, trauma, striktur uretra)
4. Poliuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. 
5. Urinaria Supresi
Berhentinya produksi urine secara mendadak, secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120ml/jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi urin adalah salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas, tingkat perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik
B. Saran
  • Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan kita sehari-hari. 
  • Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. 
  • Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan penulis tentang eliminasi urin khususnya dan pembaca pada umumnya.
  • Saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta. 
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »