Ensefalitis

Penyebab Encephalitis Pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi adalah suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan suatu gejala klinis baik local maupun sistemik. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Orang yang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari golongan ini. Penyebab utama infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organisme)
Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materiil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya. Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba, sedangkan resiko untuk terjadinya infeksi pada seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu dosis patogen, virulensi atau derajat keganasan patogen, dan tingkat kekebalan orang tersebut
sebab encephalitis pada anak
penyebab encephalitis pada anak
Ensefalitis merupakan suatu proses peradangan/inflammasi pada jaringan otak, baik merupakan peradangan pada parenkim otak akibat komplikasi dari infeksi HIV. Komplikasi primer oleh karena infeksi HIV itu sendiri ataupun komplikasi sekunder oleh karena keadaan immunodefisiensi. Pada bulan Desember 2002, WHO (World Health Organization) memperkirakan sebanyak 42 juta penduduk mengidap HIV. Pada tahun 2002 dijumpai 5 juta penduduk yang baru terinfeksi dengan HIV dan 3,1 juta penduduk yang meninggal akibat HIV. Tanpa adanya upaya pencegahan global yang lebih efektif, diperkirakan antara tahun 2002 dan 2010, 45 juta penduduk akan terinfeksi oleh HIV. Di Indonesia, kasus pertama HIV/AIDS ditemukan pada tahun 1987 di Bali. Akan tetapi penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Dalam Laporan Eksekutif Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang ancaman HIV/AIDS di Indonesia (2002), dinyatakan bahwa pada tahun 2002, jumlah orang yang rawan tertular HIV di Indonesia diperkirakan antara 13 juta sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah orang dengan HIV/AIDS diperkirakan antara 90.000-130.000 orang.
B. TUJUAN 
Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas dari salah satu mata kuliah di Akademi Keperawatan. Kemudian daripada itu, makalah ini disusun untuk dapat menjelaskan dan memberi gambaran penyebab encephalitis pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI Ensefalitis

  1. Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. (Rahman M, 1998)
  2. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. (Purnawan junadi, 1982)
  3. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam microorganism. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. (hasan, 1997).
  4. Ensefalitis adalah peradangan otak yang disebabkan infeksi virus, bakteri, jamur, atau infeksi parasit. Organisme kecil itu memasuki jaringan otak melalui:
  • aliran darah setelah digit kutu atau nyamuk
  • infeksi langsung di sel-sel otak akibat sering cedera kepala
  • Melalui saluran pernafasan
  • infeksi herpes atau gigitan hewan yang mengandung penyakit rabies

B. PENYEBAB ENSEFALITIS

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik 
  • Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO. 
  • Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis. 
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
  • Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)

C. FATOFISIOLOGI

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
  • Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
  • Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak. Penyebab Ensefalitis:
Penyebab terbanyak : adalah virus
Sering : - Herpes simplex ,- Arbo virus
Jarang : - Entero virus - Mumps, Adeno virus 
Post Infeksi : - Measles, Influenza, Varisella 
Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Ensefalitis adalah : 
Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan T. Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes 
Zoster,varisela,Herpes simpleks,varicella.

D. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT ENSEFALITIS

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
  1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
  2. Kesadaran dengan cepat menurun
  3. Muntah
  4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka)
  5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997)
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah. Pemeriksaan 
Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:
  1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
  2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
  3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
  4. Pungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
  5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002)
  6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.

E. MANIFESTASI KLINIS

Ensefalitis herpes simpleks dapat bersifat akut atau subakut. Fase prodromal menyerupai influenza, kemudian diikuti dengan gambaran khas ensefalitis. Empat puluh persen kasus datang dalam keadaan komat atau semi-koma. Manifestasi klinis juga dapat menyerupai meningitis aseptik Manifestasi klinis tidak spesifik, karena itu diperlukan ketrampilan klinis yang tinggi. Umumnya dipertimbangkan EHS bila dijumpai demam, kejang fokal, dan tanda neurologis seperti hemiparesis dengan penurunan kesadaran yang progresif. 
  • Pemeriksaan laboratorium 
  • Gambaran daerah tepi tidak spesifik 
  • Pemeriksaan cairan likuor memperlihatkan jumlah sel meningklat (90%) yang berkisar antara 10-1000 sel/mm3. awalnya sel polimorfonuklear dominan, tetapi kemudian berubah menjadi limfositosis. Protein dapat meningkat sampai 50-2000 mg/l dan glukosa dapat normal atau menurun 
  • EEG memperlihatkan gambaran yang khas, yaitu periodic lateralizing epileptiform discharge atau perlambatan fokal di area temporal atau frontotemporal 
  • Sering juga EEG memperlihatkan gambaran perlambatan umum yang tidak spesifik, mirip gambaran disfungsi umum otak CT kepala tetap normal dalam tiga hari pertama setelah timbulnya gejala neurologis, kemudian lesi hipodens muncul di regio frontotemporal 
  • T2-weight MRI dapat memperlihatkan lesi hiperdens di regio temporal paling cepat dua hari setelah munculnya gejala 
  • PCR likuor dapat mendeteksi titer antibodi virus herpes simpleks (VHS) dengan cepat. PCR menjadi positif segera setelah timbulnya gejala dan pada sebagian besar kasus tetap positif selama dua minggu atau lebih 

F. PERAWATAN

Pilihan pengobatan bervariasi, tergantung pada apa yang menyebabkan ensefalitis. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati ensefalitis meliputi:
  • ibuprofen untuk mengatasi sakit kepala dan demam
  • antibiotik untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
  • Antikonvulsan untuk mengatasi mengobati kejang
  • obat antivirus untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus
  • kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan otak
  • obat penenang untuk mengatasi lekas marah

G. PENGOBATAN 

Untuk mengatasi atau mencegah kejang diberikan obat anti-kejang (misalnya fenitoin). Kortikosteroid (misalnya prednison) digunakan untuk mengurangi pembengkakan otak dan peradangan.
Jika penderita tampak gelisah, maka diberikan obat penenang.
Untuk demam dan sakit kepala diberikan obat penurun panas dan pereda nyeri.
Pengobatan Ensefalitis Viral Akut
Jika mungkin, terapi spesifik harus diterapkan terhadap agen penyebab yang diidentifikasi atau dicurigai. Terapi antiviral dengan acyclovir merupakan indikasi pada HSE. Acyclovir merupakan analog 2’-deoxyguanosine dan menghambat secara selektif replikasi virus. Tahap pertama pada proses ini adalah monofosforilasi dan dikatalisis oleh timidin kinase yang diinduksi sel tertentu yang terinfeksi HSV, VZV atau fosfotransferase yang diproduksi CMV. Enzim pejamu mengubah monofosfat menjadi difosfat dan trifosfat. Trifosfat acyclovir menghambat sintesis virus DNA dengan berkompetisi dengan 2’-deoxyguanosine tryphosphate sebagai substrat untuk polimerase virus DNA. Potensi trifosfat acyclovir dalam menghambat polimerase DNA HSV-1 sebesar 30 – 50 kali dibandingkan kemampuannya menghambat polimerase DNA-alpha sel manusia. Acyclovir memiliki waktu paruh yang relatif singkat di plasma, dan lebih dari 80% diekskresi tanpa perubahan melalui fungsi ginjal. Studi secara konsisten membuktikan bahwa acyclovir paling efektif diberikan pada awal serangan HSE sebelum muncul keadaan koma pada pasien dan secara efektif menurunkan morbiditas dan mortalitas. Dosis standar pada HSE adalah 10 mg/kgBB 3x/hari (30 mg/kgBB/hari) selama 14 hari. Dosis pada neonatal 60 mg/kgBB/hari. Pada imunosupresi lama pengobatan menjadi 21 hari. Acyclovir efektif untuk HSV-1, HSV-2, dan VZV. Dosis untuk VZV sesuai dengan HSV.
Saat ini umum dilakukan untuk memulai terapi acyclovir pada pasien yang diduga menderita ensefalitis infektif akut. Meskipun hal ini dapat dibenarkan dan bermanfaat dalam pengobatan secara dini HSE, terdapat beberapa masalah akibat penggunaan secara luas acyclovir. Pertama dan paling utama pemberian acyclovir dapat menghambat atau mengaburkan diagnosis sesungguhnya (jika bukan HSE), sehingga diagnosis ensefalitis infektif lainnya seperti ADEM, atau ensefalitis non infektif seperti sindroma Reye, MELAS, atau ensefalopati Hashimoto dapat terlambat atau tidak terdiagosis. Kedua, pemberian acyclovir yang tidak tepat dapat menimbulkan ensefalopati toksik yang juga membingungkan dengan gejala ensefalitisnya.
Karena pengobatan acyclovir untuk HSV merupakan hal yang esensial, lebih banyak pasien dari penderita HSE sesungguhnya yang diberi terapi ini berdasarkan kecurigaan klinis. Pada pejamu yang imunokompeten, gambaran MRI adanya lesi di lobus frontobasal atau temporal akan mendukung diagnosis dan menunjang pemberian acyclovir selama 14 hari. Jika acyclovir telah diberikan sebagai terapi inisial dan gambaran MRI menunjukkan hal yang normal, terapi acyclovir tetap diteruskan sampai hasil PCR LCS menunjukkan adanya HSE atau jika hasil tersebut negatif maka dipikirkan kemungkinan diagnosis lain. Jika tidak berhasil ditegakkan diagnosis lain dan hasil PCR adalah negatif, maka merupakan kebijaksanaan untuk terus memberikan terapi acyclovir selama 10 hari. Hanya terdapat satu kasus HSE dengan pencitraan yang normal pada literatur. Pada pasien ini, diagnosis HSE ditegakkan berdasarkan PCR LCS yang diperoleh pada hari pertama perawatan, namun PCR yang diperoleh dari LCS hari ke-8 setelah pemberian terapi acyclovir menunjukkan hasil negatif. Kekambuhan HSE pernah dilaporkan terjadi beberapa minggu hingga bulan jika terapi diberikan hanya 10 hari atau kurang. Angka kekambuhan berkisar 5% namun pada pemberian terapi dosis tinggi dengan lama 21 hari kekambuhan tersebut belum terdokumentasi. Meskipun pernah dilaporkan resistensi terhadap acyclovir pada herpes simplex mucocutaneus di antara penderita AIDS, perkembangan resistensi acyclovir pada HSE belum pernah dilaporkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ensefalitis adalah sejenis penyakit peradangan otak yang disebabkan infeksi virus, bakteri, jamur, atau infeksi parasit. Organisme kecil itu memasuki jaringan otak melalui:
  • aliran darah setelah digit kutu atau nyamuk
  • infeksi langsung di sel-sel otak akibat sering cedera kepala
  • melalui saluran pernafasan
  • infeksi herpes atau gigitan hewan yang mengandung penyakit rabies
Penyebab encephalitis pada anak antara lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar Prof DR, Sidharta Priguna Prof DR .Neurologi klinis dasar. Dian rakyat. Jakarta. 2000.
FKUI. Standar pelayanan medik kesehatan anak nutrisi dan penyakit metabolik. UI. Jakarta. 2000 
FKUI. Panduan pelayanan medis Departemen Ilmu kesehatan anak RSCM. UI .Jakarta 2005 
Mansjoer, arif,Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek setiowulan ,editor. Kapita selekta Kedokteran edisi ketiga jilid kedua. media aesculapius. FKUI. Jakarta 2000.
Soedarmo,Poerwo S. Sumarno. Buku ajar Ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis edisi pertama .Ikatan Dokter Anak Indonesia .Jakarta. 2000.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »