Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Typhus Abdominalis

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Typhus Abdominalis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Typhus Abdominalis
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Typhus Abdominalis
B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian thypus abdominalis?
  2. Bagaimana etiologi thypus abdominalis?
  3. Bagaimana Manifestasi Klinis thypus abdominalis?
  4. Bagaimanakah penatalaksanaannya?
  5. Apa komplikasi thypus abdominalis?
BAB II
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Typhus Abdominalis

A. Definisi Typhus Abdominalis

Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi Typhus Abdominalis

Penyakit Typhus Abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. 
Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch) merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen V1 (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

C. Manifestasi Klinis Typhus Abdominalis

Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
Walaupun gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gnagguan kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau awal minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.

D. Penatalaksanaan Typhus Abdominalis

  1. Tirah baring atau bed rest.
  2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.
  3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
  • Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
  • Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
  • Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
  • Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam. 
b. Antipiretik seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

E. Komplikasi Typhus Abdominalis

Perdarahan intestinal, perforasi intestinal, ileus paralitik, renjatan septik, pielonefritis, kolesistisis, pneumonia, miokarditis, peritonitis, meningitis, ensefalopati, bronkitis, karir kronik.
BAB III
STUDI KASUS TYPHUS ABDOMINALIS
Kasus :
Tn. T (6 tahun) BB : 30 kg, di bawa ke UGD RS Gambiran karena demam tidak turun, pagi turun sore malam naik lagi, mual muntah, setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat didapatkan data mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, pasien tampak lemah, T : 40oC, N : 90 x/menit, RR : 23 x/menit. Pasien tampak berkeringat, keluaran urin sedikit hanya 500 cc /jam. Lidah kotor. Pasien didiagnosa demam thypoid.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Nama : 
Tempat tanggal lahir :
Jenis kelamin : 
Umur : 
Pendidikan : 
Pekerjaan :
Status :
Agama :
Alamat :
Tanggal MRS :
No. RM :
Diagnosa Medis : Demam Thypoid
b. Keluhan utama : Demam
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan pasien sudah merasa tidak enak badan dan kurang nafsu makan, disertai dengan sakit kepala, badan panas, mual dan ada muntah. Panas berkurang setelah minum obat parasetamol, tapi hanya sebentar kemudian panas lagi. 
- Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini, apakah pasien pernah dirawat di RS, atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek dan batuk, dan sembuh setelah minum obat biasa yang dijual di pasaran. 
- Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada dalam keluarga pasien yang pernah sakit seperti pasien. 
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Mengkaji kesadaran dan keadaan umum pasien. Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien
  • Suhu : 40oc 
  • Nadi : 90 x/menit
  • RR : 23 x/menit
b. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan persistem
Suhu : 40oc, Nadi : 90 x/menit, RR : 23 x/menit
1. B1 (breath)
  • Bentuk dada : simetris 
  • Pola nafas : teratur 
  • Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan 
  • Sesak nafas : tidak ada sesak nafas 
  • Retraksi otot bantu nafas : tidak ada 
  • Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan 
2. B2 (Blood)
  • Irama jantung : teratur 
  • Nyeri dada : tidak ada 
  • Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan 
  • Akral : Tangan bentuk simetris, tidak ada peradangan sendi dan oedem, dapat bergerak dengan bebas, akral hangat, tangan kanan terpasang infus. Kaki bentuk simetris, tidak ada pembatasan gerak dan oedem, akral hangat. 
3. B3 (Brain)
  • Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih, pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+), tidak menggunakan alat bantu penglihatan. 
  • Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat. 
  • Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip. 
  • Kesadaran : kompos mentis 
4. B4 (Bladder)
  • Kebersiahan : bersih 
  • Bentuk alat kelamin : normal 
  • Uretra : normal 
  • Produksi urin : tidak normal (sedikit) 500 cc/jam, buang air kecil tidak menentu, rata-rata 4-6x sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri. 
5. B5 (Bowel)
  • Nafsu makan : anoreksia 
  • Porsi makan : ¼ porsi 
  • Mulut : Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada pembengkakan gusi, tidak teerlihat pembesaran tonsil 
  • Mukosa: pucat 
6. B6 (Bone)
  • Kemampuan pergerakan sendi : normal 
  • Kondisi tubuh : kelelahan, malaise, lemah 

B. Analisa Data 

Analisa Data
Etiologi
Masalah
Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Data Subjektif
1.      Demam (panas naik  turun)
2.      Mual
3.      Muntah

Data Objektif
1.      Mukosa bibir kering
2.      Turgor kulit jelek
3.      Pasien tampak lemah
4.      Lidah tampak kotor
5.      Keluaran urin 500 cc/24 jam
6.      T : 40oc
7.      N : 90 x/m
8.      RR : 23x/m
9.      Berkeringat
Kuman Salmonella typhii
masuk ke saluran cerna


Sebagian dimusnahkan
Asam lambung



Peningkatan asam
lambung



Mual, Muntah



MK  =  Kekurangan Volume     Cairan
Kekurangan volume cairan
Berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
Data Subjektif
1.      Demam (panas naik  turun)

Data Objektif

1.      Mukosa bibir kering
2.      Turgor kulit jelek
3.      Pasien tampak lemah
4.      Lidah tampak kotor
5.      T : 40oc
6.      N : 90 x/m
7.      Berkeringat
Kuman Salmonella typhii
masuk ke saluran cerna

Sebagian masuk
Ke usus halus

Ileun terminalis

Sebagian menembus
lamina propia

Masuk aliran limfe

Menembus dan masuk aliran darah

Hipothalamus

Demam

Peningkatan
Suhu tubuh

MK = Hipertermi
Hipertermi
Berhubungan dengan proses infeksi

C. Diagnosa
  1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
  2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
D. Prioritas Masalah 
  1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
E. Planning 
No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan :   asupan cairan adekuat dalam jangka waktu 1 x 24 jam
Kriteria Hasil:
-  Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam.
-  Menampilkan hidrasi yang baik misalnya membran mukosa yang lembab.
-  Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat.
1.   Kaji tanda-tanda dehidrasi.
2.   Berikan minum per oral sesuai toleransi.
3.   Atur pemberian cairan infus sesuai order.
4.   Ukur semua cairan output (muntah, urine, diare). Ukur semua intake cairan.
Intervensi lebih dini

Mempertahankan intake yang adekuat
Melakukan rehidrasi

Mengatur keseimbangan antara intake dan output
2.
Hipertermi  berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam barts normal pada jangka waktu 1x24 jam
-    Kriteria Hasil:
-    Suhu antara 36o-37o c
-    RR dan nadi dalam batas normal
-    Membran mukosa lembab
-    Kulit dingin dan bebas dari keringat yang berlebih.
-    Pakaian dan tempat tidur pasien kering
1.    Monitor tanda-tanda infeksi.
2.    Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.






3.    Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien. Kenakan pakaian tipis pada pasien.
4.    Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya.
5.    Berikan cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat.
6.    Berikan antipiretik, jangan berikan aspirin.
7.    Monitor komplikasi neurologis akibat demam.
Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh
Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun dihubungkan dengan resolusi infeksi.
Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi
Memfasilitasi kehiliangan panas lewat konveksi dan konduksi.
Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat.
Aspirin bersiko terjadi perdarahanGI yang menetap.
Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang meningkat.
F. Implementasi 
No
Hari / Tanggal Waktu
Implementasi
Paraf
1.





Senin, 28 November  2011
Jam 10.00 WIB
1.      Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
2.      Memberikan minum per oral sesuai toleransi.
3.      Mengatur pemberian cairan infus sesuai order.
4.      Mengukur semua cairan output (muntah,urine, diare), dan mengukur semua intake.
2.
Senin, 28 November 2011
Jam 11.00 WIB
1.      Memonitor tanda-tanda infeksi.
2.      Memonitor tanda-tanda vital setiap 2 jam.
3.      Memberikan suhu lingkungan yang nyaman pada pasien serta memakaikan pakaian tipis.
4.      Mengkompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya.
5.      Memberikan cairan iv sesuai order atau memnganjurkan intake cairan yang adekuat.
6.      Memberikan antipiretik.
7.      Memonitor komplikasi neurologis.

G. Evaluasi
Diagnosa 1:
S : Pasien menunjukkan hidrasi yang baik
O : TTV normal, intake dan output cairan seimbang.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
Diagnosa 2:
S : Pasien mengatakan tidak demam lagi
O : TTV normal, membran mukosa lembab, kulit dingin dan bebas dari keringan yang berlebih, pakaian dan tempat tidur pasien kering.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
BAB IV 
PENUTUP
A. Kesimpulan
  1. Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. 
  2. Penyakit Typhus Abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik.
B. Saran
Semoga dengan adanya asuhan keperawatan Typhus Abdominalis dapat menambah wawasan punulis khususnya tentang thypus abdominalis dan pembaca pada umumnya, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harakan untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »