1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dalam bidang sastra,
khususnya penulisan puisi saat ini begitu pesat. Hampir setiap minggu berbagai judul
dan tema-tema puisi lahir. Baik yang ditulis oleh penyair senior maupun
penulis muda. Lihat saja pada beberapa buku antologi puisi yang telah
diterbitkan dan beredar di berbagai tokoh buku saat ini maupun pada publikasi
puisi melalui berbagai surat kabar (lokal dan nasional). Semua itu
memperlihatkan bahwa penulisan puisi saat ini sangat menggembirakan.
Puisi sebagaimana halnya bentuk cipta
sastra lainnya (cerpen, novel, dan drama), mengandung tema dan amanat.
Tema dalam sebuah puisi adalah hal-hal pokok yang membangun secara umum
permasalahan dalam sebuah puisi. Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro,
1995:67) mengantakan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Sementara amanat adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya
sastranya kepada pembaca. Pesan-pesan itu ditujukan pengarang dengan maksud mengajak
para pembacanya untuk arif dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang
ada.
Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh
dari membaca karya sastra, membuktikan bahwa kegiatan membaca karya sastra
perlu ditingkatkan. Selain untuk memberikan hiburan, membaca karya sastra juga
akan mendidik pembacanya menjadi orang yang beradab. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan Sumardjo dan Saini KM (1988: 8) bahwa dengan membaca karya sastra
ada 7 manfaat yang dapat diperoleh secara langsung oleh pembacanya. Manfaat
tersebut adalah (1) memberikan kesadaran kepada pembacanya tentang
kebenaran-kebenaran hidup ini; (2) menghibur atau memberikan hiburan kepada pembacanya;
(3) karya sastra besar itu abadi; (4) tidak mengenal batas kebangsaan; (5) mengajak
untuk mencintai seni; (6) memberikan penghayatan yang mendalam terhadap realitas
yang ada; dan (7) membantu pembacanya menjadi manusia yang berbudaya.
Berbicara tentang dunia puisi, tentunya
tak bisa dilupakan dari sosok penyair besar Indonesia yang telah memperkenalkan
dan mengangkat dunia puisi Indonesia mendunia. Beliau tidak lain adalah Taufiq
Ismail. Dari tangannya telah lahir beberapa karya puisi yang berkualitas,
bahkan telah mendunia. Dikemukakan Sayuti (2005:7) bahwa Taufiq Ismail adalah
seorang penyair besar Indonesia. Penyair yang dikenal sebagai sebutan Penyair
Angkatan ’66 ini telah menulis ratusan puisi. Karya-karya Taufiq dikumpulkan
dalam sejumlah antologi, sebagian lain dinyanyikan oleh Kelompok Bimbo,
sebagian lain dipublikasikan melalui rubrik budaya di berbagai media massa dan
sebagian lain hanya dibacakannya di depan publik.
Adapun karya Taufiq adalah sebagai
berikut: Tirani (1966), Benteng (1966), Puisi-puisi Sepi (1971),
Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan Langit (1971), Buku Tamu Musium
Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1974), Kenalkan Saya,
Hewan (sajak anak-anak, 1976), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani
dan Benteng (1993) dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2005). Meski
telah banyak karya Taufiq yang telah diterbitkan, menurut Sayuti, hanya dua
buku antologi puisi yang dikenal masyarakat luas. Adapun kedua buku kumpulan
puisi yang dimaksud adalah: Tirani dan Benteng (1993) serta Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia (2005).
Pembahasan atau penelitian puisi-puisi
Taufiq Ismail tentu sudah banyak dilakukan orang. Hal ini tidak hanya karena
Taufiq Ismail seorang penyair besar, tetapi karya-karya Taufiq yang monumental
memang selalu menarik perhatian banyak orang. Sayuti (2005:53-95) menyatakan
bahwa puisi-puisi Taufiq banyak mengandung refleksi moral dan kehidupan sosial.
Puisi-puisi dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (MAJOI) bukan sekadar reproduksi
realitas, melainkan sesuatu yang berpotensi mempertajam dan membuat lebih
intens penghayatan pada realitas. Dekadensi moral merupakan persoalan yang
paling dominan. Masalah tersebut berkait dengan ketidakadilan dalam hukum,
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang melanda para birokrat, serta
pelanggaran hak asasi manusia, khususnya kekerasan, kekejaman, dan pembunuhan
yang dialami rakyat kecil. Selain mengulas MAJOI sebagai karya yang
mengandung refleksi moral dan kehidupan sosial, Sayuti juga mengemukakan
tentang gaya pengucapan Taufiq Ismail dalam mengekspresikan gagasannya pada
puisi.
Menurut Sayuti, hampir sebagian besar
karya Taufiq dalam MAJOI menggunakan gaya paradoks, gaya empati dan gaya
ironi. Djojosuroto (2005:139-140) juga mengulas puisi-puisi Taufiq dalam MAJOI
yang mencerminkan/ merefleksikan humaniora. Dikemukakan oleh Djojosuroto
bahwa puisi Taufiq dalam MAJOI mengungkap banyak persoalan hati nurani
manusia, antara lain; masalah-masalah keadilan, kebenaran moral, protes sosial
dan kritik tajam terhadap situasi politik - ekonomi - sosial - budaya dan hukum
di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul :” Analisis Emosional Dalam
Kumpulan Puisi “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail”.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
unsur-unsur yang terdapat dalam kumpulan puisi “Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya
Taufiq Ismail?
2. Apa
makna emosional yang terkandung dalam kumpulan
puisi “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya
Taufiq Ismail?
3.
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan
unsur-unsur yang terdapat dalam kumpulan puisi “Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail.
2. Mendeskripsikan
makna emosional yang terkandung dalam kumpulan puisi “Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail.
4. Ruang
Lingkup Masalah.
Pada penelitian yang dilakukan ini
adalah mengkaji puisi-puisi Taufiq Ismail dari aspek emosional. Dengan
demikian, maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis
emosional puisi-puisi Taufiq Ismail.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai bahan informasi bagi guru, siswa, sekolah, dan juga peneliti
dalam rangka membantu keberhasilan peserta didik khususnya kemampuan
menganalisis struktur puisi.
1. Meningkatkan
motivasi belajar Bahasa Indonesia.
2. Menumbuhkan
sikap untuk berani berpendapat, mendengar pendapat dan bekerjasama.
b.
Bagi Guru
1.
Meningkatkan pemahaman dan
pengalaman dalam proses pembelajaran.
2.
Meningkatkan kreatifitas guru.
3.
Membantu siswa untuk menganalisis
proses berpikir mereka.
c.
Bagi Peneliti
1. Mendapat
pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
2. Melatih diri
dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep bahasa indonesia.
6.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Oleh karena aspek yang diteliti ini
berkait dengan aspek emosional, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan eklektik, yakni pendekatan gabungan dari beberapa
pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi sastra, pendekatan struktural, dan
pendekatan stilistika.
Suryabrata (1988:19) “jenis
penelitian yang digunakan penulis dalam analisis ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Dikatakan deskriptif karena
bertujuan membuat pencandraan secara sistematis mengenai fakta-fakta tertentu”.
Dalam penelitian ini, fakta-fakta yang dicandrakan (dideskripsikan) adalah aspek
emosional dari kumpulan puisi “Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail. Dari penjelasan
di atas dapat dikatakan bahwa penelitian ini diarahkan untuk memperoleh
deskripsi emosional yang objektif dan akurat terhadap kumpulan
puisi “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya Taufiq
Ismail dan melihat bahasa yang digunakan oleh Taufiq
Ismail serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa
dan sastra.
7.
Metode Penelitian
Ratna (2011:34) menyatakan bahwa metode
adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis
untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Sebagai alat sama dengan
teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah
dipahami. Menurut Ratna (2011) metode penelitian meliputi: deskripsi,
komparasi, sampling, induksi, deduksi, eksplanasi dan interpretasi, kualitatif,
dan kuantitatif.
Berkaitan dengan pandangan Ratna
tersebut maka metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskripif. Penulis mencoba mendeskripsikan aspek emosional
yang terkandung dalam kumpulan puisi “Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail.
8.
Data Penelitian.
Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah puisi-puisi yang ditulis Taufiq Ismail dalam kumpulan
puisi “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”, sebanyak 5 puisi.
Puisi-puisi tersebut erat kaitannya dengan peristiwa historis dan sosial
masa-masa menjelang dan sesudah keruntuhan rezim Orde Baru. Penelitian yang
dilakukan sebelumnya tidak mengkhususkan data penelitian seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini.
Adanya
puisi yang dimaksud adalah :
1. “Ketika Burung Merpati Sore Melayang”
2. “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”
3. “Seratus Juta”
4. “Tiga Tangga Sama, Kau Daki Berulang Kali”
5. “Miskin Desa Miskin Kota”
9.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis penelitian puisi ini akan menggunakan tekstual dan
kontekstual dalam perkembangan masa. Analisis kontekstual berbicara tentang
struktur (susunan/ fungsional (fungsi), behavior (tingkah laku) dan aspek
emosional. Analisis struktur akan berbicara tentang bagian-bagian dalam bentuk
kata/ kalimat puisi dan proses terjadinya/ terwujudnya penulisan puisi
10. Metode Pelaporan
Penelitian
ini menggunakan metode induktif dalam menyusun laporan. Data-data akan
disajikan pada bagian awal, analisis dan kesimpulan, ditempatkan pada bagian
belakang.