Kemampuan Bicara Anak Usia Dini Dalam Pembelajaran Bahasa

A. Hakikat Anak Usia Dini 
1.   Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.  
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6). 
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14,  upaya pembinaan yang ditujukan bagi  anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD).  Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan  informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan  lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau  yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS). 
Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43).     
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.  Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui  lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti  tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
2. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung membertikan atribut/sifat lahiriah atau materiel terhadap setiap penghayatanya. 
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial.
Sementara itu, Rusdinal (2005: 16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.
Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar (1987: 230) mengungkapkan tentang karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:
a. Anak usia 4-5 tahun
1) Gerakan lebih terkoordinasi
2) Senang bernain dengan kata
3) Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati
4) Dapat mengurus diri sendiri
5) Sudah dapat membedakan satu dengan banyak
b. Anak usia 5-6 tahun
1). Gerakan lebih terkontrol
2). Perkembangan bahasa sudah cukup baik
3). Dapat bermain dan berkawan
4). Peka terhadap situasi sosial
5). Mengetahui perbedaan kelamin dan status
6). Dapat berhitung 1-10
Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun (kelompok B), mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi, perkembangan bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa. Dengan koordinasi gerakan yang baik anak mampu menggerakan mata-tangan untuk mewujudkan imajinasinya kedalam bentuk gambar, sehingga penggunaan gambar karya anak dapat membantu meningkatkan kemampuan    bicara anak.
3. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini
a.  Perkembangan Fisik/Motorik
Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung (Hurlock, 1978: 114). Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. 
Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan , otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus (Slamet Suyanto, 2005: 49). Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu. 
Berk menyatakan bahwa anak usia lima tahun memiliki banyak tenaga seperti anak usia empat tahun,  tetapi keterampilan gerak motorik halus maupun kasar sudah mulai terarah dan terfokus pada tindakan mereka (Caroll Seefelt dan Barbara  A.Wasik, 2008: 67). Keterampilan gerak motorik menjadi lebih diperhalus dan  keterampilan gerak motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi.   
Pada usia kanak-kanak 4-6 tahun, keterampilan dalam menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi. Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah kemampuan memasukan sendok kedalam mulut, menyisir rambut, mengikat tali sepatu sendiri, mengancingkan baju, melempar dan menangkap bola, menggunting, menggores pensil atau krayon, melipat kertas, membentuk dengan lilin serta mengecat gambar dalam pola tertentu. 
Dari kajian tentang perkembangan fisik-motorik diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia 5-6 tahun (kelompok B) otot kasar dan otot halus anak sudah berkembang.  Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan baik. Anak sudah dapat menggunakan tanganya untuk menggoreskan pensil atau krayon sehingga anak dapat membuat gambar yang diinginkanya. Gambar karya anak tersebut akan digunakan dalam rangka peningkatan kemampuan bicara anak.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir (Mansur, 2005: 33). Keat menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berfikir dan mengerti (Endang Purwanti dan Nur Widodo, 2005: 40).
Proses mental yang dimaksud adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep. Hal ini juga menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas. Anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis. Namun, pada tahap ini anak masih egosentris. (Slamet Suyanto, 2005: 55).
Sementara itu Santrock (2007: 253) menyatakan bahwa pada tahap pra-operasional, anak mulai merepresentasikan dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Anak mulai berfikir simbolik, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan magis mulai terkonstruksi. Pada tahap praoperasional dapat dibagi dalam sub-sub tahap, yaitu sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif.
Sub tahap fungsi simbolik terjadi antara usia 2 sampai 4 tahun. Dalam sub tahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Menurut DeLoache, kemampuan ini akan sangat memperluas dunia anak. Pada usia ini anak–anak mulai menggunakan desain-desain acak untuk menggambar orang, rumah, mobil, awan dan sebagainya (Santrock, 2007: 253). Mereka mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan “pura-pura”. Namun pada sub tahap ini anak masih berfikir egosentris dan animisme.  Anak belum mampu membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain.
Sub-tahap pemikiran intuitif, terjadi antara usia 4 sampai 7 tahaun.  Anak mulai mempraktikan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban dari berbagai pertanyaan. Namun anak masih berfikir secara sentralisasi, yaitu pemusatan perhatian pada suatu kerakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Cara berfikir anak pada tahap ini masih irreversible (tidak dapat dibalik). Anak belum mampu meniadakan suatu tindakan dari arah sebaliknya.
Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 81) menyatakan bahwa imajinasi anak anak usia 5 tahun  mulai berkembang, masih berfikir hal yang konkret, dapat melihat benda dari kategori yang berbeda, senang menyortir dan mengelompokan, pemahaman konsep meningkat, dan mengetahui tentang apa yang asli dan palsu.    Dari kajian mengenai perkembangan kognitif anak diketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap pre-operasional adalah mulai digunakanya bahasa simbolis yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Anak dapat berbicara tanpa dibatasi waktu sekarang dan dapat membicarakan satu hal bersama-sama. Dengan bahasa anak dapat mengenal bermacam benda dan mengetahui nama-nama benda  yang dikenal melalui pendengaran dan penglihatanya. Perkembangan bahasa ini akan sangat memperlancar perkembangan kognitif anak. 
c. Perkembangan Bahasa
Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya (Eni Zubaidah, 2003: 13). Hal ini dapat digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertentu belum dapat berbicara. Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan pada umur, namun mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun perkembang  tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan  berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa (Kartini Kartono, 1995: 127). 
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Suhartono (2005: 13-14) menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana untuk berfikir, sarana untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara dan sarana agar anak mampu membaca dan menulis.
Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan keinginan dan pendapatnya kepada orang lain. Anak-anak usia 5 tahun telah mampu menghimpun 8000 kosakata. Mereka dapat membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat mejemuk, serta bentuk penyususunan lainnya. Mereka telah belajar menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda (Gleason dalam Slamet Suyanto, 2005: 74).  
Mansur (2005: 36), menyatakan bahwa kemampuan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan kognitif anak, walaupun mulanya bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang berbeda. Namun sejalan dengan perkembangan kognitif anak, bahasa menjadi ungkapan dari pikiran. Ninio dan Snow seperti yang dikutip Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 76) menambahkan bahwa, anak usia 5 tahun semakin pintar dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata. 
Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74) karakteristik perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut: 
a. Anak pada usia 4 tahun:
1) Menguasai 4.000 – 6.000 kata
2) Mampu berbicara dalam kalimat 5-6  kata
3) Dapat berrpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.
4) Dapat belajar tentang kata mana yang diterima secara sosial dan mana yang tidak.
b. Anak pada usia 5 tahun:
1) Perbendaharaan kosakata mencapai 5000 – 8.000 kata.
2) Stuktur kalimat menjadi lebih rumit.
3) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan.
4) Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar.
5) Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara
6) Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.
Berdasarkan kajian mengenai perkembangan bahasa anak diketahui bahwa perkembangan bahasa  anak terjadi dalam interaksi dengan lingkungan. Bahasa merupakan ungkapan dari apa yang difikirkan anak, sehingga bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam karakteristik perkembangan bahasa yang telah disampaikan, dapat diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun (kelompok B) sudah mampu berbicara dengan struktur kalimat yang lebih rumit dan anak senang menggunakan bahasa untuk menceritakan gagasan, pengalaman, pengetahuan dan apa yang dipikirkanya kepada orang lain, sehingga gambar karya anak dapat dipilih dalam rangka meningkatkan kemampuan bicara anak.
Hal itu dilakukan dengan cara meminta anak menjelaskan hasil gambar yang dibuatnya. Dengan demikian kemampuan bicara anak dapat diketahui.
d. Perkembangan Emosi 
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan gelaja perilaku yang terlihat (Mansur, 2005: 56). Perkembangan emosi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan terutama dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan. Adapun dampak perkembangan emosi adalah sebgaai berikut: 1) emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari, 2) emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan, 3) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, 4) emosi mengganggu aktifitas mental, dan 6) reaksi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan (Soemantri, 2004: 142-143).
Seiring dengan bertambahnya usia anak, berbagai ekspresi emosi diekspresikan secara lebih terpola karena anak sudah dapat mempelajari reaksi orang lain (Yudha M Saputra dan Rudyanto, 2005: 26). Reaksi emosi yang timbul berubah lebih proporsional, seperti sikap tidak menerima dengan cemberut dan sikap tidak patuh atau nakal. Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 145) menambahkan beberapa ciri-ciri emosi pada anak antara lain: 1) emosi anak berlangsung singkat dan sementara, 2) terlihat lebih kuat dan hebat, 3) bersifat sementara, 4) sering terjadi dan 5) dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya. 
Menurut Ericson, anak usia TK berada pada tahap innititive vs guilt yang sedang berkembang kearah industry vs inferiority (Slamet Suyanto, 2005: 72). Ismail menyatakan bahwa pada tahap ini anak mengalami perkembangan yang positif dalam kreativitas, banyak ide, imajinasi, bernani mencoba, berani mengambil resiko dan mudah bergaul (Harun, 2009: 120). Pada tahap ini anak dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan mulai berinteraksi dengan lingkungan. Mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan dalam lingkungan sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya. Hal ini ditunjang dengan perkembangan motorik dan bahasanya yang sudah dapat menjelaskan dan mencoba apa yang dia inginkan.
Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 71-72), ada beberapa karakteristik perkembangan sosial anak usia 5 tahun antara lain:
1) Dapat mengatur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisaditerima secara sosial.
2) Anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka.
3) Mengahayati perilaku sosial yang pantas.
4) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.
5) Dapat melucu atau membuat lelucon
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa dengan perkembangan motorik dan bahasanya, anak usia 5-6 tahun (TK kelompok B) sudah mampu mengembangkan inisiatif untuk menjelaskan dan mencoba apa yang dia inginkan. Anak mampu menunjukan reaksi emosi dengan lebih proporsional, sehingga gambar karya anak dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bicara anak. 
B. Kemampuan  Bicara Anak Usia Dini
1.  Pengertian Kemampuan Bicara Anak Usia Dini
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Depdiknas, 2005: 707).  
Bicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain (Depdikbud, 1984: 7). Suhartono (2005: 22) mendefinisikan bicara sebagai suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut  dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya.  
Samuel A Kirk berpendapat bahwa bicara meliputi kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi (Sardjono, 2005: 6). Bunyi-bunyi tersebut merupakan perpaduan bunyi-bunyi yang berupa kata-kata, kemudian kata-kata tersebut menjadi sesuatu yang mempunyai arti penuh.  Bicara menjadi alat yang membantu dalam perkembangan suatu bahasa yang formal.
Sementara itu Hurlock (1978: 176) mengemukakan bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Hurlock, bicara merupakan kemampuan mental motorik yang melibatkan koordinasi kumpulan otot suara yang berbeda dan aspek mental seseorang untuk mengkaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.  Sementara itu, De Vreede Verekamp mengemukakan bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi-bunyi bahasa melalui organ artikulasi atau merupakan perbuatan manusia yang bersifat individual (Sardjono, 2005: 6).
Organ bicara tersebut antara lain telinga, alat bicara seperti: bibir, lidah, pipi, selaput suara, langit-langit dan rahang, dan alat pernafasan seperti: paru-paru dan hidung. Seseorang akan dapat berbicara dengan baik apabila seluruh organ bicara anak tidak mengalami gangguan.
Hariyadi dan Zamzani (1997: 54) berpendapat bahwa bicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab didalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan ide, pikiran dan gagasanya. Stewart dan Kenner Zimmer memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok (Suhartono, 2005: 21).
Dari berbagai definisi di atas, penulis menggambil kesimpulan bahwa kemampuan bicara merupakan kesanggupan, kecakapan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, harapan, dan pengetahuan kepada orang lain dalam bentuk kata-kata yang berarti agar apa yang disampaikan anak dapat dimengerti orang lain.
2. Karakteristik Kemampuan Bicara Anak Usia Dini 
Kemampuan bicara anak tentu saja berbeda dengan kemampuan bicara orang dewasa.  Ada dua tipe karakteristik bicara anak (Hurlock, 1976: 191) yaitu:
a. Berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentrik), anak berbicara bagi kesenangan diri mereka sendiri. Mereka tidak berusaha untuk bertukar ide atau memperhatikan perdapat orang lain. Bicara egosentris adalah percakapan semu atau monolog. 
b. Bicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi) adalah bicara yang diseasuakan dengan harapan orang lain yang diajak bicara. Hal ini dapat terjadi bila anak mampu memandang situasi dari sudut pandang orang lain.
Menurut Piaget perkembangan bahasa (termasuk bicara) pada tahap praoperasi merupakan transisi dari sifat sifat egosentris ke interkomunikasi  sosial (Paul Saparno, 2001: 55). Ginsberg dan Opper menyebutkan bahwa anak-anak menggunakan bahasa secara nonkomunikatif dan komunikatif (Paul Saparno, 2001: 55):
a. Penggunaan bahasa nonkomunikatif 
Ada tiga macam penggunaan bahasa yang nonkomunikatif (Paul Saparno, 2001: 56-57) antara lain:
1)  Anak menirukan apa saja yang baru saja ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar.
2) Anak berbicara sendirian (monolog). Seorang anak kadang berbicara keras secara sendirian tanpa mau berkomunikasi dengan orang lain seperti saat bermain.
3) Monolog diantara teman-teman. Seorang anak kadang berbicara dengan diri sendiri agak keras meskipun ia berada di tengah teman-temanya. Beberapa anak yang sedang duduk bersama dapat berbicara sendiri-sendiri tanpa ada maksud untuk berhubungan dengan teman yang lain. 
b. Penggunaan bahasa komunikatif. 
Seorang anak mulai mencoba berhubungan dengan orang lain. Misalnya, anak mencoba menjelaskan bagaimana permaian berfungsi atau kadang mengkritik teman lain. Mereka saling berbicara dan menanggapi apa yang dikatakan temanya, meskipun masih sering salah komunikasi. 
Bredekamp dan Copple menyebutkan karakteristik kemampuan anak usia 5 tahun adalah sebagai berikut (Ramli, 2005: 189 & 192-193):
a. Menggunakan kosa kata sekitar 5.000 sampai 8.000 dengan sering bermaian dengan kata-kata; melafalkan kata dengan sedikit kesukaran, kecuali bunyi-bunyi tertentu seperti “r”.
b. Menggunakan kalimat yang lebih sempurna dan kompleks.
c. Bergantian dalam percakapan, jarang menyela irang lain; mendengarkan pembicaraan lain jika iformasi baru dan menarik; menunjukan sisa-sisa egosentrisme dalam pembicaraan. Misalnya, menganggap pendengar akan memahami apa yang dimaksudkan.
d. Berbagi pengalaman secara verbal; mengetahui kata yang terdapat pada berbagai lagu.
e. Suka menindakkan peran oarang lain, pamer di depan oarang baru atau menjadi sangat malu di saat yang tak terduga.
f. Mengingat baris puisi sederhana dan mengukang kalimat dan ungkapan secara penuh dari orang lain, termasuk petunjuk dan iklan TV.
g. Menunjukan ketrampilan dalam menggunakan cara-cara komunikasi konvesional lengkap dengan titi nada dan perubahan nada suara.
h. Menggunakan isyarat nonverbal, seperti ungkapan wajah tertentu dalam menggoda sebaya.
i. Dapat bercerita dan menceritakan kembali dengan praktik; suka mengulang cerita, puisi, dan lagu-lagu; suka menindakkan sandiwara atau cerita.
j. Menunjukan kelancaran berbicara dalam mengungkapkan gagasan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dan diketahui bahwa karakteristik anak usia 5-6 tahun sudah menuju pada bicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi) dan pembicaran yang komunikatif. Anak dapat memahami pembicaraan orang yang sedang bercakap-cakap dengannya. Perbendaharaan kosakata anak semakin meningkat dan mampu berbicara dengan susunan kalimat yang lebih kompleks, sehingga pembicaraan anak sudah dapat dimengerti dan dipahami orang lain. 
3. Aspek-aspek Kemampuan Bicara Anak Usia Dini
Suhartono (2005: 138) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan bicara terdapat beberapa aspek yang harus dilakukan yaitu merangsang minat untuk berbicara, latihan menggabungkan bunyi bahasa, memperkaya perbendaharaan kosakata, pengenalan kalimat sederhana dan mengenalkan lambang tulisan. Sedangkan menurut Hurlock (1978: 185), berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berkaitan satu sama lain, yaitu: belajar pengucapan kata, membangun kosakata, membentuk kalimat. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Harun dkk (2009: 134), yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dilihat pada tingkat kemampuan pengucapan, penguasaan kosakata dan kalimat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil beberapa poin untuk mewakili aspek kemampuan bicara anak yaitu:
a)  Minat untuk berbicara 
Menurut Suhartono (2005: 138) merangsang minat untuk berbicara dimaksudkan supaya anak memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa-apa yang ada dalam pikirannya sesuai dengan kegiatanya sehari-hari. 
b) Pengucapan
Mengucapkan kata merupakan tugas utama dalam belajar berbicara. Pengucapan dipelajari anak dengan cara meniru. Suhartono (2005: 42) menambahkan bahwa kata yang diucapkan bisanya adalah kata-kata yang sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti konkret. Biasanya kata-kata tersebut adalah kata benda, kejadian dan orang-orang disekitar anak. 
c) Pengembangan kosakata
Kemampuan selanjutnya adalah mengembangkan jumlah kosakata. Dalam mengembangkan kosakata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi. 
Anak-anak lebih dahulu mempelajari arti kata yang sangat dibutuhkanya. Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74) menyatakan bahwa anak usia 5 tahun memiliki 5000 – 8000 kata. Kosakata yang paling banyak digunakan adalah kosakata umum, seperti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan.
Peningkatan kosakata tidak hanya diperoleh karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga mempelajari arti kata baru bagi kata-kata lama. 
d) Pembentukan kalimat
Pembentukan kalimat adalah menggabungkan kata kedalam kalimat yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami orang lain. Harun dkk (2009: 246) menyatakan bahwa kemampuan membuat kalimat sederhana bagi anak TK merupakan bagian yang substansial dalam pengembangan bahasa. Anak usia TK telah mampu membuat kalimat sederhana yang terdiri atas 6-8 kata (Eni Zubaidah, 2003: 22). Dalam bukunya, Harun dkk (2009: 248) menambahkan bahwa selain kemampuan  membuat kalimat sederhana, kemampuan anak dalam mengucapkan kalimat juga sangat berpengaruh pada kemampuan bicara anak.
Anak akan lancar dalam berbicara manakala anak terlatih untuk mempraktekkannya dalam interaksinya dengan lingkungan.  Dari beberapa poin di atas penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa aspek yang menjadi kriteria dalam menilai kemampuan bicara anak yaitu keberanian mengungkapkan gagasan, penguasaan kosakata, kemampuan membuat dan mengucapkan kalimat dengan lancar. 
4. Tahapan Perkembangan Bicara Anak Usia Dini
Setiap anak memiliki komponen pemerolehan bahasa yang sama. Hal tersebut dilihat dari segi perkembangan bahasa anak normal. Jalongo (Eni Zubaidah, 2003: 14) menyebutkan bahwa kesemua komponen tersebut dapat dilihat dari gejala dan tingkah laku anak yang meliputi fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatiknya.  Untuk anak normal tahapan tersebut terbagi dalam dua periode (Eni Zubaidah, 2003: 14) yaitu: 
a. Periode Pralinguistik
Tahap pertama periode ini ditandai dengan keluarnya suara tangis dan bunti-bunyi yang lain. Setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk tangis, anak mulai belajar mengoceh (babling stage). Jalongo mengelompokan perkembangan bahasa anak tahap pralinguistik ini terjadi sejak lahir sampai mencapai usia 11 bulan (Eni Zubaidah, 2003: 18). Tahap ini disebut juga tahap omong kosong, atau tahap kata tanpa makna. Anak tidak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai pola suku kata. Anak mulai menghasilkan bunyi konsonan-vokal dengan satu suku kata yang sering diulang-ulang (Tarigan, 1984: 264). 
b. Periode Linguistik
Periode linguistik berada pada tahap suku kata dimana anak hanya mengulang kata yang telah didengarnya. Jalongo mengelompokan perkembangan linguistik sebagai tahap kedua dan seterusnya, dan ditabelkan sebagai berikut (Eni Zubaidah, 2003: 21-23): 
Tabel 1. Perkembangan Linguistik Anak
Usia Anak
Ciri Perkembangan
1-2 tahun

Sekitar 2 tahun

Sekitar 3 tahun


4 tahun



5-6 tahun
Anak menggunakan holofrase, kosakata satu kata terdiri dari 3-6 kata

Anak menggunakan bahasa telegrafic yang terdiri dari 2-3kata

Kosakata yang digunakan terdiri dari 3-50 kata Sosial: peningkatan dalam berkomunikasi, anak mulai menggunakan percakapan

Kosakata; banyak kata bertambah setiap hari; yakni 200-300 kata Sosial: anak berusaha untuk berkomunikasi dan menunjukan  frustasi jika tidak memahami kemampuan orang lain (dewasa) untuk memahami, anak meningkat dramatis.

Penerapan pengucapan dan tata bahasa; kosakata mencapai 1400-1600 kata
Kompleks, susunan kalimat dan tata bahasa yang benar, menggunakan awalan; kata kerja sekarang, kemarin yang akan datang, rata-rata panjang kalimat meningkat menjadi 68 kata
Sosial: anak memiliki kontrol yang baik dari elemen percakapan.

Menurut Suhartono (2005: 52) anak usia TK berada pada tahap perkembangan bicara kombinatori. Suhartono (2005: 52-53) menambahlkan bahwa ciri-ciri pada tahap ini adalah : 
a. Anak mampu menggunakan bahasa dalam bentuk negatif, interigatif.
b. Kalimat yang diucapkan sudah mengarah pada kalimat pendek dan sederhana.
c. Berani mengatakan tidak jika disuruh melakukan sesuatu.
d. Dapat menunjukan ketidaksetujuan.
e. Bicara lebih teratur dan terstruktur.
f. Bicara anak sudah dapat dipahami orang lain
g. Anak mampu merespon pembicaraan orang lain baik positif maupun negatif.
Sementara itu Mangantar Simanjuntak dan Soenjono Dardjowidjojo  menyatakan bahwa tingkat perkembangan bahasa adalah sebagai berikut (Suhartono, 2005: 82-84):
a. Tingkat membabel (0-1 tahun)
Tingkat membabel terbagi atas dua hal yaitu cooing dan babbling. Anak sudah mampu mengucapkan pola suku kata yang berbentuk konsonan  vokal (KV). 
b. Masa holofrasa (1-2 tahun),
Pada mulanya anak menggunakan satu kata, yaitu kata benda atau kata kerja, yang kemudian digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh (Hurlock, 1976: 189). Contoh: kata (cucu) berarti susu, untuk menyampaikan “saya ingin minum susu”.
c. Masa ucapan dua kata (2-2,6 tahun)
Anak sudah mampu mengucapkan dua kata seperti “ma susu“  yang berarti mama“saya minta susu”. Hurlock (1978: 189) menambahkan bahwa pada usia dua tahun, anak mampu menggabungkan kata kedalam kalimat pendek yang seringkali berupa kalimat tak lengkap yang berisi satu atau dua kata benda, satu kata kerja, dan kadang-kadang satu kata sifat atau kata keterangan. Menurut Soenjono (200: 128), pada saat anak menggunakan ujaran dua kata, ujaran tiga katapun sudah mulai digunakan.  
d. Masa permulaan tata bahasa (2,6- 3 tahun)
Anak mulai dapat menggunakan bentuk bahasa yang lebih rumit. Kalimat yang diucapkan umumnya berupa kata tugas seperti “papa pergi ke kantor”.
e. Masa menjelang tatabahasa dewasa (3-4 tahun)
Anak dapat menghasilkan kosakata yang lebih rumit. Anak telah mampu menggunkaan imbuhan secara lengkap dan juga mempunyai subjek, predikat, dan objek bahkan keterangan bila diperlukan.
f. Masa kecakapan penuh (4-5 tahun)
Anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesaui kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya. Anak mampu memahami apa-apa yang disampaikan orang lain kepadanya atau apa yang ingin di sampaikanya kepada orang lain dengan baik.  Hurlock (1978: 189) menambahkan bahwa pada usia 4 tahun kalimat anak sudah lengkap berisi semua unsur kalimat.
Anak dikatakan dapat berbicara apabila sudah dapat menggunakan bahasa, yaitu apabila anak dapat mengeluarkan kata-kata yang berarti untuk dapat berhubungan dengan orang lain (Muhammad Azmi, 2006: 35). Anak mampu berkomunikasi dengan ujaran yang tepat dan jelas. Menurut Endang Supartini (2003: 65) dalam berkomunikasi, pembicaraan kita diharapkan selalu runtut, suara diikuti suara, kata diikuti kata, kalimat per kalimat. Beberapa orang mampu berbicara dengan lancar, namun beberapa orang saat berbicara masih diselingi eng.......eng....., eng ... atau eh...eh...eh, atau melakukan pengulangan (Endang Supartini, 2003: 66).
Soenjono (2005: 142) menambahkan bahwa ujaran yang ideal memiliki rangkaian kata-kata yang terangkai dengan rapi dan diujarkan dalam rangkaian yang tidak terputus-putus. 
Dari uraian di atas diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun telah mampu menyusun kalimat yang lebih kompleks yang terdiri atas semua unsur kalimat. Anak juga dapat membuat kalimat yang terdiri atas beberapa anak kalimat dan mampu berbicara dengan 6-8 kata perkalimat. Anak  dapat berbicara lancar dengan ujaran yang tepat dan jelas, berbicara dengan runtut tanpa selingan eng...eng...eng.   Anak mengetahui bagaimana caranya berbicara agar apa yang disampaikanya dapat dimengerti orang lain. 
C.  Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini
Slamet Suyanto (2005: 161) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk anak TK adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral, mengenal huruf dan membaca, mendengar dan memahami perintah, menulis dan menggunakan literatur. Suyanto (2005:171) menambahkan bahwa pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan (simbolis). Oleh karena itu, belajar bahasa sering dibagi menjadi dua bagian yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu membaca dan  menulis.
Sesuai dengan kurikulum tahun 2010, karakteristik perkembangan anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut:
1. Dapat berbicaradengan menggunakan kalimat sederhana
2. Mampu melaksanakan perintah lisan secara berurutan dengan benar
3. Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami
4. Menyebutkan nama, jenis kelamin, dan umurnya, menyebut nama panggilan orang lain
5. Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa
6. Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa dan mengapa
7. Dapat menggunakan kata depan
8. Dapat mengulang lagu anak dan menyanyikan lagu sederhana
9. Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana
10. Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin belajar
Secara lebih rinci dalam kurikulum 2010 diuraikan lingkup perkembangan dan capaian perkembangan bahasa sebagai berikut:
1. Menerima bahasa
Capaian perkembangan: mengerti beberapa perintah secara bersamaan; mengulang kalimat yang lebih kompleks; memahami aturan dalam permainan.
2. Mengungkapkan bahasa
Capaian perkembangan: menjawab pertanyaan yang lebih kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama; berkomunikasi secara lisan, memilik perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca; Menyusun kalimat sederhana dalam struktur yang lengkap; memiliki banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain; melanjutkan sebagain cerita atau dongeng yang telah diperdengarkan.
3. Keaksaraan

Capain perkembangan: menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal; mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama; memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf; membaca nama sendiri dan menulis nama sendiri. Dari uraian di atas diketahui bahwa  pembelajaran bahasa pada anak TK di arahkan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »