Pertumbuhan Janin Dan Gizi Ibu Hamil Boleh Makan
Pertumbuhan Janin
Kehidupan janin di dalam rahim ibu (intrauterus) dibagi menjadi tiga
fase pertumbuhan yaitu fase germinal, embrional dan fetus (janin) :
1. Fase Germinal
Berlangsung pada waktu 10 -14 hari
setelah pembuahan. Zigot (hasil pembuahan) berkembang cepat 72 jam setelah
pembuahan, membelah diri menjadi 32 sel dan sehari kemudian sudah 72 sel.
Pembelahan ini berlangsung terus sampai menjadi 800 milyar sel atau lebih, dan
dari sinilah manusia tumbuh berkembang.
Dalam fase germinal ini terbentuklah
saluran yang menempel pada uterus yang dicapai selama 3-4 hari yang kemudian
berubah bentuk menjadi “blastocyst“ yang terapung bebas dalam uterus
selama satu atau dua hari. Beberapa sel sekitar pinggiran blastocyst membentuk
piringan embrionik (embryonic disk) merupakan massa sel yang tebal dan
dari sinilah bayi akan tumbuh. Massa ini mengalami deferensiasi menjadi tiga
lapisan, bagian atas yaitu ektoderm, bagian bawah endoderm dan lapisan tengah
mesoderm.
a. Ektoderm
Lapisan ini nantinya akan
membentuk lapisan kulit luar, kuku, rambut gigi, organ perasa dan system syaraf
termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
b.
Endoderm
Lapisan bagian bawah ini akan membentuk system
pencernaan, hati, pancreas, kelenjar ludah, system pernafasan.
c.
Mesoderm
Lapisan tengah (mesoderm)
merupakan lapisan yang akan berkembang dan berdeferensiasi menjadi lapisan
kulit bagian dalam, urat daging, kerangka, sistem ekskresi dan system
sirkulasi.
Gambar 2.1 berikut menunjukkan proses pembuahan sampai terjadi impalantasi di dalam rahim ibu.
Representase diagramatis siklus ovarium;
mulai dari pembuahan sampai implantasi
|
Sumber: Fox, SI (1984)
Gambar 2.1 Representase
diagramatis siklus ovarium;
mulai dari pembuahan sampai implantasi
Bagian lain dari blastocyst tumbuh
menjadi plasenta, tali pusat dan kantong empedu. Pada masa ini pula yaitu pada
usia embrio 4 minggu, embrio mengeluarkan hormone yang menyebabkan berhentinya
siklus haid ibu.
2. Fase Embrional
Berkembang mulai pada 2 – 8 minggu
setelah pembuahan. Selama fase ini system pernafasan, pencernaan, system syaraf
dan tubuh tumbuh dan berkembang cepat. Pada periode pertumbuhan embrional ini
sangatlah peka terhadap pengaruh lingkungannya. Keadaan tidak normal atau cacat
pada waktu lahir dapat terjadi karena adanya gangguan pada masa kandungan tiga
bulan pertama.
Selama periode pertumbuhan embrio
terjadi pembelahan sel, dan relatif lebih cepat dari periode lainnya. Pertumbuhan embrio yang cepat tersebut menunjukkan
kebutuhan oksigen dan zat gizi tinggi untuk setiap unit massa embrio. Hal ini menyebabkan embrio sensitif terhadap
perubahan suplai gizi dan oksigen. Pada saat ketersediaan oksigen menurun atau
kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan yang
permanen (Rosso,1990)
3. Fase Fetus (Janin)
Berkembang delapan minggu setelah
pembuahan. Sel tulang pertama mulai tumbuh dan embrio menjadi janin. Dari
periode ini sampai saat kelahiran bentuk tubuh makin sempurna, bagian-bagian
tubuh tumbuh dengan laju yang berbeda-beda dan janin sendiri tumbuh memanjang
sampai kira-kira 20 kalinya.
Selama janin tumbuh dan berkembang,
total cairan tubuh menurun dari 92 menjadi 72 persen. Perubahan ini diikuti
oleh peningkatan protein dan lemak terutama selama dua bulan terkahir
kehamilan, dimana peningkatan protein lebih banyak dari pada lemak. Selain itu
pada janin terjadi pula pertambahan yang nyata pada natrium, kalsium dan besi.
Natrium terutama terdapat dalam cairan ekstraseluler dan dalam tulang, sedang
kalium terdapat dalam cairan intraseluler berkaitan dengan massa sel.
Kegiatan janin selama dalam kandungan
selain menghisap zat gizi dan bernafas, janin juga bergerak aktif seperti
menyepak, berputar, melengkung dan menggenggam. Selain itu janin mampu
melakukan respon terhadap rangsangan suara atau getaran. Janin juga peka
terhadap kondisi kejiwaan ibunya, misalnya ibu yang mengandung merasa takut,
sedih atau cemas maka janin akan melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat.
Demikian pula apabila si ibu kelelahan. Respon tersebut diduga karena adanya
perubahan sekresi kelenjar yang terjadi dalam tubuh ibunya.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat
dibagi berdasarkan trimester :
1. Trimester pertama
Pada trimester pertama atau tiga bulan pertama masa kehamilan merupakan masa dimana system organ prenatal dibentuk
dan mulai berfungsi. Pada minggu ke 3 sel-sel mulai membentuk organ-organ
spesifik dan bagianbagian tubuh. Minggu ke 13, jantung telah lengkap dibentuk dan
mulai berdenyut, sebagian besar organ telah dibentuk,dan janin mulai dapat
bergerak (Gambar2.2)
Bagi wanita hamil tentu saja masa
trimester pertama ini merupakan masa penyesuaiannya baik secara fisik maupun
emosi dengan segala perubahan yang terjadi
dalam rahimnya. Pada trimester pertama ini ibu sering mengalami mual atau, ingin muntah, tidak selera makan yang
sering dikenal dengan “mornong sickness”, yang dapat menyebabkan berkurangnya
intik ma kanan ibu (Michio and Kushi, A, 1985).
Defisiensi gizi dan pengaruh-pengaruh
lain yang membahayakan janin seperti penggunaan obat, vitamin A dosisi tinggi,
radiasi atautrauma dapat merusak atau menghambat perkembangan janin
selanjutnya. Sebagain besar keguguran
terjadi pada masa ini, bahkan sekitar sepertiga dari kejadian keguguran terjadi
karena wanita tidak menyadari bahwa dia sedang benar-benar hamil. Masa trimester pertama merupakan masa yang
kritis, sehingga harus dihindari hal-hal yang memungkinkan kegagalan
pertumbuhan dan perkembanganjanin (Wardlaw,G.M., et al, 1992).
Periode kritis perkembangan janin selama kehamilan |
Gambar 2.2 Periode kritis
perkembangan janin selama kehamilan
2. Trimester kedua
Pada awal trimester kedua, berat janin sudah sekitar 100 g. Gerakan-gerakan janin sudah mulai dapat
dirasakan ibu. Tangan, jari, kaki dan jari kaki sudah terbentuk, janin sudah
dapat mendengar dan mulai terbentuk gusi, dan tulang rahang. Organ-organ tersebut terus
tumbuh menjadi bentuk yang sempurna, dan pada saat ini denyut jantung janin
sudah dapat dideteksi dengan stetoskop. Bentuk tubuh janin saat ini sudah
menyerupai bayi (Gambar 2.2).
3. Trimester ketiga
Memasuki trimester ketiga, berat janin
sekitar 1-1,5 kg. Pada periode ini uterus
semakin membesar sampai berada di bawah tulang susu. Uterus menekan keatas
kearah diafragma dan tulang panggul. Hal ini sering membuat ibu hamil merasa jantung sesak dan
kesulitan pencernaan. Seringkali ibu
juga mengalami varises pada pembuluh darah sekitar kaki, wasir, dan lutut keram
karena meningkatnya tekanan kepada perut, rendahnya laju darah balik dari limbs,
dan efek dari progesterone, yang menyebabkan kendurnya saluran darah.
Setelah usia kehamilan mencapai sekitar
28 –30 minggu, bayi yang lahir disebut prematur (sebelum minggu ke 37
kehamilan), mempunyai kesempatan untuk hidup baik bila dirawat dalam suatu
perawatan “bayi baru lahir risiko tinggi”.
Namun, mineral dan cadangan lemak pada bayi tidak normal, yang seharusnya
dibentu pada bulan terakhir kehamilan. Masalah medis lain pada bayi prematur
adalah masih belum mampu mengisap dan menelan dengan baik, sehingga perawatan
bayi ini sangat sulit (Wardlaw, G.M., et al, 1992).
Kurva Pertumbuhan janin
Beberapa kurva pertum buhan janin
mempunyai bentuk yang sama. Ketika data berat janin sebelum dan sesudah minggu
ke 24 kehamilan dikombinasikan, pola pertumbuhan janin menjadi bentuk baku
mengikuti bentuk “kurva elongated sigmoid”. (Gambar 2.3). Sampai 14-16 minggu kehamilan kenaikan
absolut berat janin relatif kecil.
Priode selanjutnya terjadi peningkatan yang lebih besar, sampai usia
33-34 minggu kehamilan. Pada minggu menjelang kelahiran kenaikan kembali
melambat (Rosso, 1990).
Pertambahan panjang juga relatif kecil
sampai usia 14-16 minggu kehamilan, kemudian meningkat cepat sampai minggu ke
35-37 kehamilan. Seperti halnya kurva
berat, kurva panjang janin menjelang kelahiran juga melambat.
Perbedaan kemiringan kurva berat dan panjang terjadi pada minggu ke 33-34 dan 37-38 menunjukkan secara
proporsional pertambahan berat lebih besar dari pada pertambahan panjang. Hal ini menggambarkan bahwa pada masa tersebut
terjadi akumulasi/penimbunan lemak tubuh yang sangat cepat.
Rata-rata Pertumbuhan Janin menurut Usia Kehamilan |
Sumber: Rosso (1990)
Gambar 2.3 Rata-rata
Pertumbuhan Janin menurut Usia Kehamilan
Kurva perubahan lingkar kepala mengikuti
pola yang sama dengan pertumbuhan linier (panjang badan). Hasil scanning ultrasound menunjukkan bentuk
kemiringan yang sama antara pertumbuhan linier dengan kurva diameter biparietal.
Kurva ini sangat penting memberi kontribusi untuk kepentingan perawatan
neonatal dan untuk mengenali kemungkinan terjadinya retardasi pertumbuhan janin
(Rosso, 1990).
Mekanisme Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin dikontrol secara
genetik dan diatur sangat kompleks, masih banyak yang tidak diketahui tentang
interaksi beberapa hormon dan “faktor pertumbuhan”. Namun secara sederhana digambarkan bahwa
pertumbuhan terdiri dari dua kejadian/penomena : yaitu pertambahan jumlah sel
(hyperplasia), dan pertambahan ukuran sel (hypertrophy). Proses pertumbuhan berlangsung kontinu yang
dimulai dengan hyperplasia dan berakhir dengan hypertrophy. Studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa
pertumbuhan pada berbagai organ dan jaringan
berbeda rentang waktunya. Hal ini telah
dipelajari bahwa penggunaan perubahan
kandungan DNA sebagai suatu indeks jumlah sel.
Pada sebagian besar organ dan jaringan kandungan DNA meningkat secara
linier hingga mencapai kondisi stabil. Untuk beberapa jaringan yang tidak
berkembang lagi ditandai dengan berhentinya pertambahan sel; atau di bagian
lain digambarkan bahwa populasi sel, walaupun masih terjadi pembelahan sel,
telah dicapai suatu keseimbangan diantara pembentukan sel dan kehilangan
sel. Pada titik pertumbuhan ini dikuti
secara kontinu peningkatan/pertambahan ukuran sel digambarkan pada rasio
berat/DNA atau protein/DNA yang lebih besar.
Studi terhadap mekanisme pertumbuhan janin
telah ditunjukkan bahwa diperkirakan usia 25 minggu kehamilan menggambarkan
pertumbuhan janin yang cepat dalam pembelahan sel. Pada 10 minggu terakhir
terjadi peningkatan yang sangat cepat pada ukuran sel atau pertumbuhan “hyper-trophic”. Pada saat ini pembelahan sel terus terjadi
tetapi sangat lambat.
Organ yang dalam pertumbuhan prenatal
telah banyak dan secara luas dipelajari adalah otak. Hasil studi menunjukkan bahwa kandungan DNA
otak secara keseluruhan meningkat secara linier sampai lahir dan berlanjut
terus meningkat lebih lambat sampai usia 18-24 bulan (Gambar 2.4).
Beberapa organ mempunyai ciri pola pertumbuhan
selluler. Sebagai contoh, ginjal dan
jantung rasio protein/DNA meningkat lambat sampai minggu ke 30 kehamilan,
setelah itu meningkat lebih cepat. Rasio
protein/DNA pada jantung meningkat secara linier selama kehamilan.
Pertumbuhan otak yang digambarkan
oleh kandungan DNA
|
Gambar 2.4 Pertumbuhan otak
yang digambarkan
oleh kandungan DNA
Karena peran pertambahan sel yang sangat
penting pada pertumbuhan janin, periode perkembangan intrauterin disebut
sebagai “critical period” (periode kritis). Otak adalah organ yang lebih
berisiko, sejak awal sampai akhir pertumbuhan hyperplasia. Secara teoritis, bila terjadi retardasi
pertumbuhan janin dapat menyebabkan penurunan jumlah sel otak secara
irreversibel (tidak dapat diperbaiki).
Studi lain juga menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara lingkar
kepala saat baru lahir dengan kandungan DNA otak. Ukuran kandungan DNA organ lain pada janin
ditunjukkan lebih rendah pada janin yang pertumbuhannya terhambat
(growth-retarded fetuses) (Rosso, 1990)
Komposisi Tubuh Janin
Beberapa studi tentang komposisi tubuh
janin, ditentukan secara langsung dengan analisis kimia, dan telah dipublikasikan (Camerer, 1902; Givens
and Mary, 1933; Iob and swanson, 1934; Widdowson and Spray, 1951; Widdowson. 1981, dalam Rosso, 1990) Beberapa informasi tersebut digunakan untuk mengembangkan
“referensi” model komposisi janin oleh Ziegler et.al, 1976.
Persamaan regresi digunakan untuk
menghitung jumlah absolut dari setiap unsur yang dihubungkan dengan umur. Dari perkiraan komposisi tubuh dan peningkatan
berat badan pada berbagai usia kehamilan, komposisi pertambahan berat dan
peningkatan komponen tubuh setiap hari dapat ditentukan.
Perubahan total air dan kadar protein
dalam pertumbuhan janin berubah paralel terhadap berat badan. Rata-rata bayi lahir diperkirakan mengandung
2400g air dan 400 g protein. Perubahan
kandungan lemak tubuh mengikuti pola kandungan air dan protein. Hingga minggu
ke 30 kehamilan diperkirakan sebagian besar lemak berada pada berbagai lokasi
membran sel. Setelah minggu ke 30
kehamilan, lemak disimpan dalam jaringan adipoisa dan meningkat dengan cepat
(lihat Tabel 2.1). Secara umum selama kehamilan terjadi
penurunan proporsi air dan sebaliknya peningkatan pada protein, lemak dan
mineral tubuh.
Tabel 2.1 Komposisi Tubuh
Janin dari minggu ke 24 – 40 kehamilan
Sumber : Ziegler et.al, 1976, dalam Rosso (1990)
Kebutuhan Gizi untuk Janin
Untuk pertumbuhan janin yang memadai
diperlukan zat-zat makanan yang cukup, dimana peranan plasenta besar artinya
dalam transfer zat-zat makanan tersebut.
Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan. Misalnya pada akhir bulan
ketiga kehamilan berat janin hanya sekitar 30 gram dan kecepatan maksimum
pertumbuhan janin terjadi pada minggu ke 32-38.
sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir tersebut
(Suryani, 2002).
Kebutuhan gizi janin diperkirakan dengan
berbagai cara antara lain : 1) perkiraan konsumsi oksigen dan produksi
karbondioksida; 2) transfer zat gizi dari ibu ke janin; 3) perubahan
perkembangan komposisi tubuh janin (Rosso, 1990)
Kebutuhan Zat Gizi Makro
Kebutuhan energi janin digunakan untuk
proses metabolisme, pertumbuhan fisik, dan kebutuhan minimal aktifitas fisik.
Janin tidak memerlukan energi untuk pemeliharaan temperatur tubuh, karena ibu telah memberikan janin suhu lingkungan
37oC. Energi yang dibutuhkan janin menjelang
kelahiran diperkirakan sekitar 96kkal/kg/hr atau 336 kkal/hr dengan berat janin
3,5 kg.
b. Protein
Transpor protein melalui plasenta
terutama asam amino yang kemudian disintesis oleh fetus menjadi protein
jaringan. Pada akhir kehamilan, diperkirakan
kebutuhan protein sekitar 1,8 g/kg/hr.
c. Lemak
Sebagian besar dari 500 gram lemak tubuh
janin ditimbun antara minggu ke 35-40 kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak
yang ditimbun kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan syaraf
pusat dan dinding sel syaraf. Sampai
pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5 % lemak dalam tubuh janin, setelah itu
jumlahnya meningkat mencapai 7,8 % pada minggu ke 34 dan 16 % pada saat sebelum
lahir. Pada bulan terakhir kehamilan
sekitar 14 gram lemak perhari ditimbun. Transpor asam lemak melalui plasenta
sekitar 40 % dari lemak ibu, sisanya disintesa oleh janin.
Baik lemak maupun protein meningkat
dengan cepat pada bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya berat
janin. Sebagian besar lemak ditimbun
pada daerah subkutan, oleh karna itu pada bayi “aterm” 80 % jaringan lemak
tubuh terdapat pada jaringan subkutan.
d. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 gram karbohidrat
pada minggu ke 33, dan pada waktu lahir meningkat menjadi 34 gram. Konsentrasi glukogen pada hati dan otot-otot
skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Kebutuhan Zat Gizi Mikro
Kebutuhan vitamin dan mineral janin
tidak diketahui secara pasti. Namun para
ahli ada yang memperkirakannya berdasarkan vitamin yang terakumulasi pada
janin. Misalnya vitamin E, dari berbagai studi yang dipublikasikan Filer (1968) dalam Rosso (1990), kandungan vitamin E pada janin meningkat secara
proporsional dengan meningkatan berat tubuh berdasarkan kebutuhan energi janin.
Selain itu kebutuhan vitamin dapat juga diperkirakan berdasarkan konsumsi
energi pada janin, misalnya thiamin diperlukan sekitar 0,04 mg, niasin 1,2 mg,
dan riboflavin 0,075 mg.
b. Mineral
Kebutuhan mineral juga diperkirakan
melalui informasi kandungan mineral pada janin. Selama 2 minggu terakhir
kehamilan, rata-rata janin memerlukan 3,1 mg/hr, angka ini lebih besar
dibandingkan dengan kebutuhan bayi pada tahun pertama kehidupan yang hanya
sekitar 0,6 mg/hr. Rata-rata kandungan zinc
dalam tubuh janin sekitar 2,0 mg/hr atau 0,6 mg/kg/hr. Sedangkan kalsium sekitar 300 mg/hr (Rosso,
1990)
Peranan Plasenta
Plasenta bukan sekedar organ untuk
transport makanan, tetapi juga mampu menyeleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain
(resintesis) sebelum mencapai janin.
Suplai zat-zat makanan ke janin yang sedang tumbuh tergantung pada
jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,
mensintesis dan transport zat-zat makanan yang menentukan suplai makanan ke
janin.
Janin yang malnutrisi pada umumnya
disebabkan oleh gangguan suplai makan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh
darah plasenta, ibu dengan KEP (Kurang Energi Protein) atau akibat berkurangnya
transport zat-zat makanan melalui plasenta.
Diperkirakan 1/3 – ½ bayi yang BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dilahirkan
pada usia kehamilan diatas 37 minggu, yang berarti kejadian BBLR tersebut
disebabkan gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan, bukan karena usia
kehamilan yang kurang.
Berbagai bagian dari plasenta ikut aktif
dalam mentransfer, memproses dan mensintesis zat-zat makanan dalam pengaruh
hormon ibu, janin dan plasenta. Udara dan air berdifusi bebas menembus
plasenta, tetapi bagaimana mekanismenya belum diketahui. Zat-zat makanan tidak langsung dari darah ibu
ke darah janin, tetapi dari darah ibu ke plasenta pada sisi ibu, dimana
protein, enzim dan asam nukleat disintesis.
Konversi dan sintesis selanjutnya terjadi pada plasenta di sisi janin.
Karbohidrat merupakan sumber utama bagi
janin dan ini diperoleh secara kontinu dari transfer glukosa darah ibu melalui
plasenta. Sedangkan lemak bukan sumber
energi utama, hanya ditransfer secara terbatas dalam bentuk asam lemak melalui
plasenta. Pertumbuhan sel janin adalah
hasil dari sintesis protein yang berasal dari asam amino yang ditransfer
melalui plasenta.
Ibu yang malnutrisi atau berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah, mempunyai plasenta yang beratnya lebih rendah
dibandingkan dengan ibu yang tidak malnutrisi.
Dari berbagai penelitian, penurunan berat plasenta berkisar 1450 %,
jumlah DNA juga menrun, rasio protein/DNA menurun, permukaan villous berkurang,
akibat pertukaran darah janin-ibu yang menurun. Berat badan lahir mempunyai korelasi
yang bermakna dengan berat plasenta.
Infeksi berat pada plasenta karena malaria dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin.