Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwapendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.aliran esensialisme filsafat pendidikan |
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salawat beriring
salam tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme” ini bertujuan
untuk memenuhi tugas perkuliahan. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang juga telah berperan serta menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tidak luput dari tantangan dan hambatan
yang penulis temukan, namun berkat dorongan, bimbingan, dari semua
pihak di atas penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Namun demikian penulis menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Esensialisme
2.2 Latar Belakang Munculnya Esensialisme
2.3 Konsep Pendidikan Esensialisme
2.4 Ciri-ciri (karakteristik) Aliran
Esensialisme
2.5 Beberapa Pandangan Umum Filsafat
Esensialisme
2.6 Tokoh-Tokoh filsafat Esensialisme
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Filsafat adalah berfikir dan merasa
sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat
berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan
Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia
dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan
sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.
Filsafat Esensial merupakan filsafat
pendidikan konservatif yang dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap praktek
pendidikan progresif di sekolah-sekolah, para esensialis berpendapat bahwa
fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada
generasi muda dimana pendidikan harus nilai-nilai luhur yang tertata jelas.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Sebutkan
Pengertian dan sejarah filsafat
pendidikan esensialisme
2.
Konsep apa saja yang menjadi dasar
pemikiran dari pendidikan esensialisme
3. Sebutkan Karakteristik dan tokoh-tokoh filsafat
pendidikan esensialisme
1.3
Tujuan Penulisan
Penyususnan makalah ini
bertujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami apa saja masalah-masalah yang
ada di dalam aliran filsafat pendidikan esensialisme ini, baik dari segi
pengertian, sejarah munculnya, konsep pendidikan, dan tokoh-tokoh aliran ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Esensialisme
Esenssialisme adalah suatu filsafat dalam aliran
pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada
trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Bagi aliran ini "Education as Cultural
Conservation", pendidikan sebagai pemeliharaan kebudayaan karena dalil ini
maka aliran esensialisme dianggap para ahli sebagai "Conservatif road to
culture, "yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama warisan
sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai, tata yang jelas.
Dengan artian esensialisme ingin kembali ke masa
dimana nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul
dalam ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan
nilai-nilai ilmu mereka kekal. Esensialisme suatu filsafat pendidikan
konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap pendapat
aliran progesif di sekolah-sekolah.
2.2 Latar Belakang Munculnya Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan
ciri-ciri yang berbeda dengan pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih
fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Nilai-nilai yang di dalamnya adalah yang berasal dari kebudayaan dan
dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang. Kesalahan dari
kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada kecenderungan
bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan
kebudayaan warisan itu.
Dari paparan diatas dapat disimpulkanb bahwa
prinsip-prinsip Essensislisme adalah :
o
Esensialisme berakar pada ungkapan
realisme objektif dan idealisme objektif yang moderen, yaitu alam semesta
diatur oleh hukum alam sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam
rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya.
o
Sasaran pendidikan adalah
mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan budaya. Pendidikan harus
dibangun atas nilai-nilaiyang kukuh, tetap dan stabil.
o
Nilai (kebenaran bersifat
korespondensi ).berhubungan antara gagasan dengan fakta secara objekjtif.
o
Bersifat konservatif (pelestarian
budaya) dengan merefleksikan humanisme klasik yang berkembang pada zaman
renaissance.
2.3 Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme
1.
Gerakan Back to Basic
Menurut filsafat esensialisme, pendidikan sekolah
harus bersifat praktis dan memberi pengajaran yang logis yang mempersiapkan
untuk hidup mereka, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuannya adalah untuk meneruskan warisan budaya
dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakomulasi dan telah
bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang
telah teruji oleh waktu yang lama, selain itu tujuan pendidikan esensialisme
adalah mempersiapkan manusia untuk hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan
tetapi sekolah memberi kontribusi bagaimana merancang sasaran mata pelajaran
sedemikian rupa, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia hidup.
3.
Kurikulum
Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School,
mengutarakan hal-hal yang lebih jelas dari Horne. Disamping menegaskan supaya
kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan
yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai
empat bagian, ialah :
o
Universum. Pengetahuan yang
merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia, diantaranya
adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata surya dan lain-lainnya.
Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
o
Sivilisasi. Karya yang dihasilkan
manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu
mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, hidup aman
dan sejahtera.
o
Kebudayaan. Karya manusia yang
mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan
penilaian mengenai lingkungan.
o
Kepribadian. Bagian yang bertujuan
pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan
kepribadian yang ideal.
Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah
membentuk pribadi bahagia didunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang
bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam
sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip
dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.
4. Peranan Guru dan Sekolah.
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan
warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan
pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai
peranan guru banyak persamaan dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai
seorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang
sangat baik untuk digugu dan tiru.
5. Prinsip-prinsip pendidikan
Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat
dikemukakan sebagai berikut :
§ Pendidikan haruslah dilakukan melalui usaha keras tidak begitu saja
timbul dari dalam diri siswa.
§ Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
§ Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang
telah ditentukan.
§ Sekolah harus mempertahankan metode-metode trasdisional yang bertautan
dengan disiplin mental.
§ Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
§ Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental
merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah.
2.4 Ciri-ciri (karakteristik) Aliran Esensialisme
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang
disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya
belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari
dalam diri siswa.
2. Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat
dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada
spsies manusia.
3. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan
pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang
pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan
sebuah teori yang lemah.
2.5 Beberapa Pandangan Umum Filsafat Esensialisme
Ø Pandangan Ontologi
Para filusuf Esensialisme merupakan suatu konsepsi
bahwa dunia atau realitas ini dikuaasai oleh tata tertentu yang mengatur dunia
beserta isinya. Bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita, dan
perbuatan manusia harus disesuaikan dengan tata tersebut. Konsep tata dipandang
menurut idealism dan realisme.
o
Ontology Idealisme. Pendukung
Esensialisme adalah idealisme yang berpandangan, bahwa manusia adalah makhluk
yang semua tata serta kesatuan atau totalitasnya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan sama dengan alam semesta atau makrokosmos, kalaupun berbeda
hanya skala atau ukurannya saja.
o
Ontology Realisme. Realisme
pendukung esensialisme adalah realisme objektif. Manusia adalah makhluk yang
memiliki intelegensi atau kesadaran hakikatnya adalah biologi dan berkembang,
kesadaran bukan primordial melainkan muncul kemudian dalam sejarah evolusi.
Karena itu sering disebut lebih disebut sebagai produk alam.
Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan
bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal
yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau
pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai
kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing
peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta
mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.
Ø Pandangan Epistomologi
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam
pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang
dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan
semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik,
tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual.
Epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses
dan produk dari seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis
mengenai peserta didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk
menyelenggarakan pendidikan.
§ Epistomologi Idealisme
Sumber Pengetahuan. Bahwa kesadaran manusia adalah
bagian dari kesadaran yang absolute. Karena itu, dalam diri manusia tercermin
suatu harmoni dengan alam semesta, khususnya pikiran manusia (human mind) ada
pun manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir, intuisi, atau introspeksi.
§ Epistomologi Realisme
Sumber Pengetahuan adalah dunia luar subjek,
pengetahuan diperoleh pengalaman pengamatan (kontak langsung melalui panca
indra). Criteria kebenaran. Suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu
sesuai dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen.
Ø Pandangan Aksiologi
Teori nilai menurut Idealisme bahwa hukum-hukum
etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia
secara aktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian
posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai
itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama,
bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun
yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas
otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara
aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih
dan melaksanakan.
§ Aksiologi Idealisme
Cita-cita manusia adalah manifestasi dari
keanggotaannya dalam suatu masyarakat pribadi yang spiritualis yang diperintah
oleh Tuhan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa idealism mungkin melandasi
totalitarianism, mungkin juga pendukung demokrasi.
§ Aksiologi Realisme
Moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan atau
dari kebudayaan masyarakat. Moral itu disosialisasikan oleh masyarakat terhadap
anggotanya atau diinternalisasikan sendiri oleh individu melalui pengalaman
hidupnya dalam masyrakat. Ini berarti bahwa kata hati adalah cerminan aspirasi
masyarakat, bukan Tuhan.
2.6 Tokoh-Tokoh filsafat Esensialisme
1.
Johan Frieddrich Herbart
(1776-1841)
Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya
penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan
itu oleh Herbart disebut pengajaran.
2.
William T. Harris (1835-1909)
Tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya
realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan
spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun
menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
3. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya
sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang
menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh
mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap
tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel
mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan.
Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis
mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan
adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.
4. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme
dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak
dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme
menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa
pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya
sendiri(memilih,melaksanakan). Dia memadukan antara aliran idealisme dan
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai tidak dapat ditandai
dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang
menentukan adanya kualitas tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan esensialisme merupakan sebuah aliran
pendidikan yang tidak pendidikan yang tidak setuju terhadap praktek-praktek
pendidikan progressivisme, yang mengklaim bahwa pergerakan progressive telah
merusak standar-standar intelektual dan moral diantara kaum muda. Metode yang
digunakan adalah metode tradisional yang menekankan pada inisiatif guru, guru
haruslah orang terdidik dan dapat menguasai pengetahuan dan kelas semua itu
harus berada di bawah penguasaan guru.
Esensialis menginginkan agar sekolah berfungsi
sebagai penyampaian warisan budaya dan sejarah yang mengandung nilai-nilai
luhur para filosof sebagai ahli pengetahuan dimana nilai-nilai kebudayaan itu
masih tetap terjaga dan kekal.
3.2 Saran
Di dalam makalah ini, mungkin banyak sekali
terdapat kesilapan ataupun kesalahan, baik dari segi penulisan ataupun
pengertian. Jadi oleh sebab itu, saya selaku penulis memohon maaf dan meminta
saran dan kritikan yang sifatnya membangun, agar dapat menjadi perbaikan bagi
saya untuk makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Usiono,
M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,2006.
DR, Nur Ahmad
Fadhil Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, Medan : Penerbit IAIN Press,
2001.
Uyoh Sadullah, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Muhammad Noor
Syam, Filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan Pancasila,
Surabaya : Usaha Nasional, 1988.
Jalaluddin dan
Abdullah idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
Jogjakarta: Usaha Nasional, 1988.
Zuhairini dan
Dkk, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta: Bumi aksara, 1994.
Muhmidayeli, filsafat
pendidikan Islam,Yogyakarta : Aditya media, 2005.
Hamdani Ali, Filsafat
pendiikan, Yogyakarta : kota kembang, 1993.
Tim Pengajar
UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2010.
Prof. Imam
Barnadib, M. A. D.Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset,1990.