ANALISA DIRI PERAWATA DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik |
Analisa diri
perawat dalam komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam menilai
aspel-aspek yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri
secara terapeutik kepada klien.
Perawat merupakan
profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stres
yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen
utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri dalam komunikasi terapeutik.
Jadi, analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik sendiri merupakan dasar
utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Fokus analisa
diri perawat dalam komunikasi terapeutik yang penting adalah kesadaran diri,
klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan
rasa tanggung jawab. Khususnya dalam berhubungan dengan klien anak, perawat
perlu mengkaji pengalaman masa kanak-kanaknya karena dapat mempengaruhi
interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat
memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas
diri.
Tujuan
analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik
Tujuan utama dari
analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik untuk menjawab pertanyaan
dibawah ini :
1. Siapa saya ?
2. Apa yang penting untuk
saya ?
3. Bagaimana mengenal
perasaan saya ?
4. Seperti apakah role model yang baik bagi saya
?
5. Mengapa kamu
ingin menolong orang ?
6. Seperti apakah bentuk
kesadaran dan petunjuk untuk melakukan tindakan ?
Aspek
– aspek analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik
Kesadaran Diri
Sebagai
instrument dalam berkomunikasi yang bertujuan terapeutik, maka perawat harus
dapat mengenali perasaan, perilaku dan kepribadiannya secara pribadi maupun
sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Perawat harus dapat menjawab pertanyaan
“siapa saya?” yang sebenarnya.
Kesadaran diri
perawat ini diharapkan dapat membuat perawat dapat menerima perbedaan dan
keunikan klien. Kesadaran diri yang mantap akan mempengaruhi komunikasi yang
terapeutik. Untuk membantu mengenal siapa sebenarnya diri seseorang pada aspek
perilaku, pikiran, dan perasaan, dapat dilihat dari teori “Self Disclosure”
yang digambarkan oleh Johari Window sebagaimana tabel 1 ini:
Analisa kesadaran diri menurut “Johari Window” |
Jika kuadran I yg
diperbesar, maka individu ini cenderung bahkan selalu terbuka dengan orang
lain. Ciri khas dari individu ini ad periang, familier, mudah akrab, tidak
kikir, banyak teman dan menyenangkan
Jika kuadran II
diperbesar, maka individu ini suka menonjolkan dirinya sendiri, dia merasa
paling hebat, seperti katak dalam tempurung. Dia tidak menyadari bahwa
tindakannya tidak benar, dia buta terhadap dirinya sendiri sehingga area ini
disebut juga Blind Area (area buta).
Jika kuadran III
diperbesar, maka individu ini akan nampak suka menyendiri, pendiam, tidak suka
bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Individu ini lebih banyak
menyimpan rahasia, sehingga area ini dapat disebut dengan Secret area.
Jika kuadran IV
diperbesar, individu ini tidak diketahui oleh orang lain namun dia tahu banyak
tentang orang lain. Dia tertutup terhadap dirinya, tidak ada yang tahu tentang
dirinya sekalipun dirinya sendiri, hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatu
tentang dirinya.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan
melalui 3 cara :
a. Mempelajari diri sendiri
Salah satu
penyebab tidak efektipnya komunikasi perawat-klien adalah karena perawat kurang
menyadari tentang aspek yang ada dalam dirinya. Aspek diri yang berada diluar
kesadaran sso akan nerada diluar kendalinya. Hal ini dp merusak interaksinya
dengan orang lain. Karena itu perawat perlu mempelajari dirinya agar dia tahu
apa kelebihan dan kekurangannya yang dimilikinya. Untuk menjadi sso (diri yang
utuh) ada 4 aspek yg perlu mendapat perhatian :
1) Tubuh (struktur, fungsi, bentuk
dan penggunaan bahasa tubuh
2) Pengalaman subjektif
3) Hubungan dengan orang lain
4) Perasaan2 yang muncul tanpa
disadari ketika berinteraksi atau mendapat pengalaman baru
b. Cara belajar dengan orang lain
Banyak sekali
sifat dan perilaku kita yang kita tidak sadari tetapi orang lain melihat atau
merasakannya. Stevens R (1996) menyatakan tidak ada seorang pun yang mampu
mengenali dirinya secara keseluruhan. Karena itu seorang perawat perlu
mendengarkan semua pendapat atau komentar klien, teman sejawat ataupun orang
lain ttg dirinya dan berusaha mengubah dirinya ke arah yang lebih baik.
Penolakan terhadap kritik dan saran orang lain hanya akan merugikan diri
sendiri karena tidak akan ada perubahan dalam diri
c. Mengembangkan sikap terbuka
Keterbukaan mrpkn
salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Dengan terbuka pada orang lain sso
akan merasa aman ketika berinteraksi karena tidak ada sesuatu yang
disembunyikan. Kebiasaan membuka diri ini bisa dilatih dengan cara sering
berkenalan dg orang baru dan mencoba memperkenalkan diri pada orang tersebut. Membuka
diri juga bisa dilakukan pada sso yg dp dipercaya, dan dirasakan bisa membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Keterbukaan yang berlebihan di depan umum
juga tidak baik karena tidak semua orang mampu melihat pengalaman hidup sso
secara objektif. Keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan atau
memfitnah orang tersebut.
Kesadaran diri
menentukan pola komunikasi yang dibangun antara komunikator dengan komunikan,
antara perawat dengan klien. Kesadaran diri yang baik dapat menciptakan
hubungan yang terapeutik yang saling memuaskan.
Klarifikasi Nilai
Kenyamanan dan
kepuasan perawat terhadap sistem nilai yang dianut merupakan modal yang
bermakna bagi perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik. Perawat akan
lebih siap dan mantap dalam mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan
nilai yang dimiliki, sehingga hubungan terapeutik antara perawat-klien tidak
terganggu.
Tehnik Klarifikasi Nilai |
Tehnik ini
merupakan permainan yang mengandung pelajaran bahwa masing-masing individu
mempunyai tata nilai, pengalaman, kepercayaan, harapan dan kehidupan yang
berlainan. Seseorang tidak boleh hanya menilai orang lain dari sudut pandangnya
sendiri namun harus menghargai orang lain dengan sudut pandang yang beragam
Eksplorasi Perasaan
Perawat perlu
terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapeutik.
Jika perawat
terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi penting, yaitu
bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien. Sehingga
pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan
mengontrol penampilannya.
Tehnik Eksplorasi Perasaan |
Tehnik Eksplorasi Perasaan |
Tehnik pada tabel
3 tidak untuk membuat penilaian namun sebagai upaya individu/klien untuk jujur
dan berani mengungkapkan perasaannya. Dari ungkapan – ungkapan perasaan
tersebut dapat mengidentifikasi apakah perasaan klien positif atau negatif.
Bila perasaan
positif, terapis (perawat) perlu mendukung dan mengembangkan perasaan tersebut
dan sebaliknya, bila perasaan negatif maka perawat perlu mengarahkan dan
memberikan alternatif agar klien dapat mengelola perasaannya.
Kemampuan Menjadi Model
Seorang pasien
membutuhkan sosok pribadi yang dapat diteladaninya dalam mengubah perilaku.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu menjadi model bagi
klien dalam menjalani kehidupannya, karena perawat adalah orang yang paling
dekat dan paling lama bersama klien
Berkaitan dengan
kemampuan perawat dalam menjadi model, ada pendapat yang menyatakan bahwa
perawat harus mampu memisahkan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan
profesional.
Jadi ketika
berinteraksi dengan klien, perawat harus mampu tetap tersenyum walaupun dirinya
sedang mengalami konflik dengan suaminya. Hal tersebut mungkin sulit untuk
dilakukan karena adanya konflik yang mendominasi seseorang membuat dirinya
tidak mampu bersikap wajar atau apa adanya.
Perawat yang bisa
menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran.
Seorang perawat
yang dalam kehidupan sehari-harinya senantiasa cemas, penuh konflik, dan tidak
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tidak bisa menjadi model dan tidak
akan mampu mengubah perilaku klien menjadi labih baik
Kemampuan menjadi
model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadap apa yang disampaikan
kepada klien disamping tanggung jawab profesi
Etika dan tanggung Jawab
Dalam
melaksanakan Askep, perawat hrs bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukannya. Demikian pula
dalam berkomunikasi, perawat seharusnya bertanggung jawab atas perilakunya dan
mampu mengatasi semua kelemahannya
Perawat bisa
menunjukkan rasa tanggung jawabnya dlm berkomunikasi dengan cara meminta maaf
pada klien ketika, misalnya, dia bersikap atau berperilaku menyinggung perasaan
klien. Untuk mengatasi
kelemahannya, perawat bisa melakukan analisis diri sebelum berinteraksi dengan
klien.
Dalam
berinteraksi dengan klien, perawat harus menjunjung tinggi kode etik
keperawatan dan etika yang dibenarkan dalam sebuah hubungan terapeutik. Secara
etika, misalnya, seorang perawat laki-laki tidak dibenarkan memegang jemari
atau memeluk bahu klien perempuan tanpa tujuan terapeutik.
Referensi :
Mundakir, (2006). Komunikasi
Keperawatan : Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryani. (2005). Komunikasi
Terapeutik : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.