Informasi Penting yang harus diketahui keluarga dan masyarakat tentang Pengaturan Kelahiran |
Informasi Penting yang harus diketahui keluarga dan masyarakat tentang Pengaturan Kelahiran |
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Diharapkan pada 2015 angka kematian bayi turun menjadi 102 per 100.000
Kelahiran Hidup. Pencapaian tahun 2015 merupakan target komitmen global MDG’s.
Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan dan keselamatan
ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan dan
cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta
kapan akan berhenti mempunyai anak.
Namun demikian, faktanya jutaan perempuan termasuk remaja
puteri tidak bisa mengendalikan kehamilan
atau pengaturan jarak kelahiran bahkan tidak memiliki akses terhadap metode KB
yang efektif.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk
menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak.
Melalui pelayanan KB pasangan suami istri dapat menentukan pilihan kontrasepsi
berdasarkan informasi yang mereka pahami, misalnya tentang kehamilan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan risiko, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan faktor usia serta akses terhadap pelayanan kesehatan.
Adanya jaminan akses terhadap pelayanan KB untuk pasangan
suami istri, serta jaminan pendidikan bagi semua anak akan sangat membantu
mencegah kematian ibu dan anak serta kecacatan. Segala pertimbangan ini akan
membantu semua perempuan usia subur, remaja puteri dan anak untuk dapat tetap
hidup sehat dan sejahtera.
Informasi Penting yang harus diketahui keluarga dan
masyarakat tentang Pengaturan Kelahiran
1 Hamil sebelum usia 18 tahun atau di atas 35 tahun akan
meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.
Di Indonesia, setiap jam satu orang ibu meninggal.
Menurut SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Berdasarkan hasil
SKRT 2001 penyebab kematian Ibu adalah perdarahan (28%), keracunan kehamilan
(24%) dan infeksi (11%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kurang
energi kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian
ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak nemia.
Sedangkan laporan rutin Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
tahun 2007, penyebab langsung kematian
ibu adalah perdarahan (39%), keracunan kehamilan (20%), infeksi (7%) dan
lainlain (33%).
Menunda kehamilan pertama sampai ibu berusia minimal 18
tahun membantu memastikan kehamilan dan persalinan yang lebih aman. Hal ini
mencegah risiko bayi lahir prematur maupun bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR).
Sedangkan bagi ibu, proses kehamilan dan persalinan pun
lebih lancar baik dari segi fisik maupun mental. Hal ini menjadi penting
terutama di daerah-daerah di mana pernikahan usia dini merupakan adat dan
remaja menghadapi tekanan untuk segera hamil.
Melahirkan bagi seorang remaja puteri akan lebih
berbahaya dan lebih sulit dibandingkan dengan perempuan dewasa. Bayi yang lahir
dari seorang ibu yang masih sangat muda cenderung meninggal pada tahun pertama
kehidupan bayi. Remaja puteri umumnya belum memiliki pinggul yang berkembang
sempurna. Dengan demikian kehamilan bagi kelompok ini akan memberikan konsekuensi
yang serius, seperti keracunan kehamilan, kelahiran prematur, kelahiran lewat
waktu, kelahiran dengan penyulit, anemia (kurang darah) bahkan kematian ibu dan
atau bayi.
Semakin muda seorang ibu, semakin besar risiko bagi ibu
dan bayinya. Bagi remaja puteri di bawah usia 15 tahun, risiko kematian
meningkat dengan tajam. Remaja puteri yang melahirkan sebelum usia 15 tahun
memiliki risiko kematian lima kali lipat dibandingkan dengan ibu usia 20
tahunan.
Setiap perempuan usia subur, menikah atau tidak menikah,
memerlukan bantuan untuk menunda kehamilan. Semua pihak yang terkait dalam
masalah kehamilan dini baik remaja puteri dan ibu muda, remaja putra dan pria
serta keluarganya, harus sadar tentang risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana
cara menghindarinya. Informasi ini harus juga mencakup tentang bagaimana
mencegah infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Setelah usia 35 tahun, risiko yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan bagi perempuan meningkat lagi. Risiko tersebut
termasuk tekanan darah tinggi, perdarahan, keguguran dan diabetes selama kehamilan serta cacat bawaan pada bayi.
2 Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, seorang ibu
sebaiknya menunda kehamilan berikutnya sampai anaknya yang terakhir berusia
minimal dua tahun.
Risiko kematian bagi bayi baru lahir (0 - 28 hari) dan
bayi di bawah satu tahun meningkat kalau
jarak kelahiran terlalu dekat (kurang daridua tahun). Selain itu risiko lahir prematur dan BBLR
juga semakin tinggi.
Bayi yang lahir dengan BBLR sulit untuk tumbuh dengan
baik, lebih mudah sakit, serta memiliki kemungkinan meninggal empat kali lebih
besar pada usia satu tahun pertama dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan
berat badan normal.
Salah satu ancaman bagi kesehatan dan pertumbuhan anak
usia di bawah dua tahun adalah kelahiran adiknya. Bagi anaknya yang berusia
lebih tua pemberian ASI kemungkinan terhenti, sehingga ibunya kekurangan waktu
untuk menyiapkan makanan dan memberikan perhatian serta pelayanan yang
diperlukan oleh semua anaknya.
Pada saat kehadiran seorang bayi di tengah-tengah
keluarga, sangat penting bagi ayah untuk membantu ibu guna mengurus bayi dan
anaknya yang lain. Kedua orang tua maupun pengasuhnya harus memberikan
perhatian dan pelayanan yang sama kepada anak laki-laki dan anak perempuan.
Tubuh seorang ibu memerlukan waktu untuk pemulihan
setelah kehamilan dan persalinan. Bagi seorang ibu sebelum hamil lagi, ia
memerlukan kesehatan dan status gizi yang baik. Jika seorang ibu mengalami
keguguran, ia harus menunggu paling sedikit enam bulan untuk hamil lagi agar
risiko bagi diri dan bayinya berkurang.
Untuk melindungi kesehatan keluarganya, kedua orang tua
harus sadar tentang pentingnya (1) jarak dua tahun antara kelahiran anak
terakhir dengan awal kehamilan berikutnya dan (2) membatasi jumlah kehamilan.
3 Risiko kesehatan selama kehamilan dan persalinan akan
semakin meningkat, jika seorang ibu terlalu sering hamil.
Tubuh seorang ibu akan mudah sekali menjadi lemah karena
hamil yang berulang kali, melahirkan, dan merawat anak kecil. Setelah mengalami
kehamilan berulang kali, seorang ibu
akan menghadapi risiko masalah kesehatan yang semakin meningkat, seperti anemia
dan pendarahan.
4 Pelayanan KB memberikan pasangan suami istri pengetahuan
dan kemampuan untuk merencanakan kapan akan mulai punya anak, berapa jumlah
anak yang akan dimiliki, berapa tahun jarak usia antara anak, dan kapan akan
berhenti melahirkan. Terdapat banyak pilihan alat kontrasepsi yang aman,
efektif dan dapat diterima untuk mencegah kehamilan.
Tenaga kesehatan terlatih serta fasilitas pelayanan
kesehatan harus memberikan informasi dan nasihat untuk memberdayakan perempuan
agar bisa mengambil keputusan tentang KB dan membantu untuk memilih metode KB
yang dapat diterima, aman, menyenangkan, efektif dan terjangkau.
Tenaga kesehatan terlatih serta fasilitas pelayanan
kesehatan harus juga menyediakan informasi kepada remaja puteri dan putera
tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan KB yang (1) sensitif bagi remaja (2)
mendorong mereka untuk mengembangkan keterampilan guna menjaga kesehatan dan
mengambil keputusan tentang kehidupan yang bertanggung jawab.
Media komunikasi yang spesifik untuk menjangkau
remaja puteri perlu dikembangkan guna membantu
mereka melalui konseling, penyediaan kontrasepsi, pelayanan kehamilan, dan
pasca kelahiran.
Suami memiliki peran penting dalam mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan, sehingga penting
bagi suami untuk mendapatkan informasi
dan pelayanan terkait kesehatan reproduksi.
Remaja laki-laki dan pria dewasa memiliki peran penting
untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Menjadi sangat penting buat
mereka untuk memiliki akses kepada berbagai informasi dan pelayanan yang
terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang remaja
puteri, ia cenderung memilih metode KB yang lebih tetap, menunda pernikahan dan
mengasuh anak, memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik, memiliki jumlah anak
lebih sedikit dan lebih sehat. Dengan demikian, mengupayakan anak untuk sekolah
menjadi sangat penting bagi kesehatan ibu dan anak, di samping manfaat lainnya
dari pendidikan.
Remaja putera dan puteri perlu mendapatkan pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi tentang kehamilan yang tidak diinginkan termasuk bahaya
aborsi, serta pengetahuan perlindungan ganda dari kondom sebagai alat kontrasepsi
dan alat pencegah infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS. Di antara
sekian banyak alat kontrasepsi, kondom merupakan alat yang dapat memberikan perlindungan
terhadap kehamilan dan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks, termasuk
HIV.
Di beberapa negara, jumlah kematian yang terkait dengan
aborsi di kalangan remaja puteri sangat tinggi. Remaja puteri, ibu muda beserta
pasangannya harus mendapatkan informasi tentang pencegahan kehamilan, dan berbagai risiko lainnya yang terkait dengan aborsi.
Seorang ibu yang memberikan ASI eksklusif selama enam
bulan, dapat menunda masa haid sehingga dapat mencegah kehamilan. Penundaan
kehamilan bisa terpenuhi dengan syarat yaitu ibu belum haid, bayi berusia
kurang dari enam bulan serta bayi mendapatkan ASI saja tanpa pemberian makanan
atau pun minuman lain (Metode Amenore
Laktasi/MAL). Keefektifan metode KB ini adalah sebesar 98% setara dengan metode kontrasepsi lainnya.
5 Setiap pria dan wanita usia subur berhak mendapatkan
informasi dan pelayanan KB serta bertanggung jawab terhadap KB. Mereka perlu mengetahui
tentang manfaat KB bagi kesehatan dan berbagai pilihan yang tersedia.
Pasangan Suami Istri termasuk remaja putera dan puteri
ikut bertanggungjawab untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan termasuk
mendapatkan akses informasi tentang berbagai metode dan manfaat KB dari tenaga
kesehatan terlatih. Informasi tentang KB juga dapat diperoleh dari dokter,
perawat, bidan, klinik KIA atau klinik KB, guru, dan organisasi
pemuda/perempuan.